Lemah Kuning! Nama ini sengaja aku pilih, karena ini akan mengingatkan pada suatu masalah tersendiri, yang menjadi harus dicampakkan, dan dijauhkan dari kebenaran. Dan mungkin kebenaran itu hanya menjadi suatu impian belaka. Namun demikian marilah kita bermimpi, banyak orang mengatakan dengin bermimpi suatu saat akan menjadi kenyataan. Jauh sebelum saya menggunakan kata ini untuk memberi judul blog, hanya satu masalah yang muncul ketika dilakukan pencarian menggunakan google.

28.4.09

Gestapu

Gerakan September 30 1965



Untuk Oka dan bokapnya, mohon maaf cerita ini agak saya edit dan beberapa nama menjadi tersamarkan.
(Cerita ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh bokap gw, dan inilah cikal bakal kenapa gw sangat simpati sama komunisme dan tokoh-tokohnya waktu itu. Tetapi sekarang gw udah bisa berpikir walaupun masih mengagumi tokoh-tokoh kiri itu nikmati ceritanya dan resapi terima kasih)

Tanggal 1 Oktober 1965
Suatu hari kami murid-murid sebuah SD di sebuah kampung, di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah seperti biasa sebelum lonceng dibunyikan sebagai tanda dimulai proses kegiatan belajar mengajar biasanya berkumpul disekitar kandang kerbau yang sudah tidak dipakai di rumah Mbah Hasyim sambil berkelakar atau ngobrol gaya anak desa.

Seingat saya hari itu tanggal 1 Oktober 1965 dan suasana sekolah yang masih gaduh karena belum masuk dan kelompok kami memang biasanya lebih suka bergerombol disekitar kandang kerbau namun pagi itu ada yang istimewa karena Sumoko yang biasa dipanggil Moko termasuk salah satu anak yang orang tuanya tergolong kaya di desa kami, dia berceloteh:

“Di Jakarta telah terjadi pembunuhan para Jenderal yang dilakukan oleh PKI,” celetuknya
“Dari mana kamu tahu?“ tanyaku.
“Tadi pagi berita dari radio!”, saya baru sadar pasti dia sudah mendengarnya karena punya radio.dan memang pada waktu itu radio merupakan barang mewah di desa kami dan baru ada empat buah salah satunya ya milik orang tunya Moko itu.

Sumadi ada juga disitu, dia adalah anaknya Lik Sudir, biasa kami memanggilnya, salah seorang pengikut Muhamadiyah karbitan yang dari awal memang sangat tidak suka mendengar kata komunis, walaupun saya tahu bahwa sebenarnya dia tak tahu komunis atau PKI itu apa, dia berceloteh bahwa yang meminpin gerakan itu adalah Untung.

“Yang memimpin membunuh jenderal-jenderal itu Untung namanya, dia orang Karangtalun“ serunya sok tahu saja. Tak ada yang menanggapi karena keburu bunyi lonceng sekolah sebagai tanda pelajaran dimulai.

Itulah sekelumit kenangan yang saya ingat untuk pertama kali mendengar tentang terjadinya Gerakan 30 September yang dilakukan oleh PKI dengan membunuh para Jenderal yang pernah difilmkan dan merupakan menu wajib untuk ditonton oleh PNS dan anggota KORPRI dalam memperingati hari Kesaktian Pancasila di era orde baru walaupun dalam hatiku ada keraguan tentang peristiwa tersebut apakah memang demikian.



Tari Tani
Sebelum meletus gerakan tiga puluh September 1965, sekitar tahun 1963 sampai tahun 1964 di desa kami ada perkumpulan seni yang pada waktu itu saya tidak tahu bahwa kegiatan perkumpulan seni itu atas prakarsa Barisan Tani Indonesia yang merupakan ormas yang ada dibawah Partai Komunis Indonesia. Hampir tiap malam ada kegiatan menari ditempat Mbah Sarjuki begitu saya memanggilnya, seorang petani yang mempunyai lahan sawah cukup luas, karena istrinya memang warisannya cukup banyak dan kebetulan pendoponya luas.

Disitulah latihan tari dilakukan, yang saya ingat tariannya sangat sederhana dengan tema petani yang giat mengolah sawah ladangnya namun penghasilannya tak mencukupi untuk hidup karena ternyata mereka hanyalah petani penggarap milik seorang juragan.

Latihan menari pada waktu itu dilakukan untuk memperingati HUT PKI entah yang ke berapa dan juga ada HUT tandingan dari Partai Nasional Indonesia, dengan dihiasai lambang partai secara besar-besaran baik dari PKI yang berupa Palu dan Arit dan dari PNI yang berupa Gambar Banteng Segitiga terasa semarak sekali desa kami, seolah-olah tidak akan pernah ada gesekan antara dua partai tersebut, dan yang paling aneh juga bahwa pada acara gelar tari pada Ulang Tahun PNI, salah satu tariannya yang dibawakan oleh Pemuda Marhaen dari Desa Kalirejo menampilkan tari tani yang sama dengan yang ditarikan oleh Pemuda Rakyat, yang membedakan gerakan tarinya bisu tanpa diiringi nyanyian. Kenapa demikian, pertanyaan tersebut tidak pernah terjawab hanya perkiraan saya bahwa Pemuda Marhaen kadang berperan sebagai Pemuda Rakyat. Pada hari yang telah ditentukan untuk memperingati HUT PKI yang diisi juga dengan Pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk oleh Ki Dalang Sudarto, saya diminta oleh bapak saya untuk mengantarkan beberapa butir kelapa untuk disumbangkan dalam rangka mensukseskan peringatan tersebut yang ternyata dari sumbangan sukarela dimaksud akhirnya dapat menyeret bapak saya ke dalam bui selama lebih kurang 6 (enam) tahun karena dianggap sebagai anggota partai terlarang tersebut.

Para penarinya adalah juga dari desa kami para remaja putra dan putri dan salah satunya adalah Bu Lik saya yang seumur dengan kakak saya, tetapi karena kakak saya pada waktu itu masih sekolah SMP walaupun diajak latihan dia tidak bersedia ikut menari dengan alasan harus belajar, yang akhirnya malah menyelamatkan kakak saya dari kewajiban apel pasca meletusnya Gerakan 30 September, sementara bu Lik saya yang hanya tamat SD harus ikut dibawa kemana-mana untuk ditanyai oleh petugas dari Koramil maupun Sektor Kepolisian walupun akhirnya tidak dipenjarakan tetapi terlanjur di cap sebagai anggota Gerwani.

Karena masih boleh dibilang anak-anak, dan satu-satunya hiburan yang ada, maka kesempatan untuk menonton latihan menari tidak pernah terlewatkan maka hampir semua gerakan dan lagu yang dibawakan saya dan teman-teman bermain Sumadi, Seminto, dan kembaran saya sendiri Paijo sangat hafal akan gerakan dan nyanyiannya, tidak jarang pada saat selesai mengaji di rumah Lik Kemin kita praktekkan tarian tersebut.


Menangis Semalam Suntuk
Dari obrolan di kandang kerbau tanggal 1 Oktober 1965 ternyata hiruk pikuknya suasana nun jauh di Ibu kota Negara sana sampai juga di desa kami. Isu-isu yang berkembang bahwa yang tidak sholat pasti di cap komunis, akhirnya banyak santri-santri baru yang dulu termasuk golongan abangan mulai rajin ke masjid karena takut diciduk istilah pada waktu itu. Dari kelompok Muhamadiyah langsung pesan seragam loreng untuk dipakai sholat ke masjid dan kebencian-kebencian terhadap yang golongan Abangan makin menjadi-jadi bahkan seorang anak kecil seperti saya pun sudah dicap anaknya PKI. Setiap malam pemuda-pemuda yang merupakan pemuda Marhaen dan juga dari kelompok pelajar GSNI serta pemuda Muhamadiyah bergerilya dari rumah kerumah yang menurut perangkat desa dicap PKI atau BTI ditugasi untuk mencorat-coret rumah orang-orang yang diindikasikan sebagai PKI tersebut dengan tulisan-tulisan yang tidak senonoh. Termasuk rumah yang saya tempati, rumah tembok, tinggi dan besar penuh dengan corat-coret yang tidak jelas ditujukan kemana, kalau sekarang yah barangkali seperti anak-anak sekolah yang mencorat-coret pagar dengan pilok yang tidak begitu jelas maksudnya. Kelak corat-coret yang sudah sekian lama menghiasi tembok disuruh membersihkan oleh kepala desa karena mau lebaran.

Bapak saya adalah pemetik kelapa kalau istilah pada waktu itu adalah tukang bangkelan yaitu menaksir kelapa dari bawah kemudian kalau sudah cocok harga, baru dilanjutkan dengan memetiknya, mengupasnya kemudian menjualnya lagi ke tengkulak lainnya, berangkatnya pagi-pagi karena lokasinya bisa puluhan kilometer dari desa tempat tinggal kami dan biasanya menjelang magrib baru sampai rumah, maka alasan apa yang dipakai oleh Pak Mantri Sarjono pegawai Kantor Penerangan kecamatan dan juga Mbah Lurah selaku Kepala Desa untuk menjerat bapak saya sebagai golongan anggota partai terlarang tersebut.

Pertama-tama setelah tanggal 1 Oktober 1965 beberapa desa di kecamatan Grabag didatangi RPKAD kalau sekarang Kopassus ada pemuda-pemuda yang dibawa karena menurut laporan termasuk anggota Pemuda Rakyat, bapak saya dipanggil oleh Kepala Desa (Mbah Lurah) ke rumahnya bersama-sama warga yang lainnya. Saya tidak ingat betul siapa saja dan apa saja yang ditanyakan, terlalu kecil bagi saya untuk tahu itu. Kemudian, hari berikutnya dipanggil oleh Pak Sarjono peagawai kantor Penerangan kecamatan, akupun tidak pernah tahu apa yang ditanyakan. Beberapa hari kemudian di panggil kekecamatan, dan dinyatakan langsung masuk bui pada hari itu, saya menangis semalam suntuk karena takut kehilangan beliau dan karena ada kabar burung bahwa setelah dibawa pasti akan ditembak mati oleh Hanra yang hanya bermodalkan berani dan nekat itu, sampai subuh tangisku belum reda dibujuk oleh kakak dan simbokku tetap saja aku tidak berhenti menangis akhirnya capai sendiri, tetapi ternyata hari esoknya disuruh pulang kerumah dan saya tidak tahu persis kapan bapak saya dimasukkan bui lagi, tetapi tahu-tahu sudah disuruh menginap di kantor pertanian di Kutoarjo. Lama kelamaan sebagai seorang anak yang belum tahu apa itu politik, apa itu partai terlarang dan segala tetek-bengek yang berkenaan dengan perebutan kekuasaan hanya bisa merasa kehilanagn sosok seorang bapak yang biasanya ada di rumah, sekarang tidak ada. Ejekan dan caci-maki mulai terasa dan tak pernah berhenti menimpa keluarga kami, setelah besar baru tahu bahwa politik, perebutan kekuasaan ternyata yang paling menderita adalah rakyat yang di bawah.



Membersihkan Tembok

Beberapa hari sebelum hari Raya ‘Idul Fitri Tahun 1966, Mbah Bayan, biasa kami menyebutnya, dimana dalam struktur pemerintahan desa pada waktu itu Kebayan adalah salah satu perangkat desa yang merupakan humas yang bertugas menyampaikan perintah Kepala Desa kepada masyarakat menyangkut kegiatan-kegiatan kemasyarakatan misalnya kerja bakti, rapat atau istilah pada waktu itu kumpulan atau selapanan, serta kewajiban-kewajiban masyarakat yang lain yang harus dikerjakan. Mbah Bayan memerintahkan kepada Simbok untuk membersihkan coretan-coretan di tembok, karena tidak ada tenaga selaian saya dan saudara kembar saya, rumah tembok besar dan tinggi yang penuh dengan corat-coret macam-macam tulisan seperti PKI Asu, gantung Aidit dsb, yang menghiasi tembok tebal tersebut kita bersihkan, sementara yang membuat tulisan, yang mencorat-coret tembok serta yang memerintahkan tidak pernah merasa berdosa. Itulah kejamnya politik.

Dengan membawa ember berisi kapur berdua dengan saudara kembarku, menaiki tangga bambu, menggunakan kuas dari gulungan batang ilalang, dalam kedaan berpuasa, pekerjaan mengapur tembok selesai dalam waktu dua hari, walaupun hasilnya tidak sempurna karena ternyata yang tulisannya tebal sangat sulit untuk ditutup dengan kapur, tetapi cukuplah dengan tembok yang bersih mudah-mudahan semua pelaku peristiwa pada waktu itu hatinya juga bersih sebersih tembok yang habis dikapur untuk menghadapi hari yang Fitri.


Malam Takbiran yang kelabu
Malam Takbiran adalah malam yang sangat menggembirakan, khusunya bagi anak-anak, walaupun puasanya belum sempurna, namun sangat antusias untuk menyemarkkan malam takbiran, dengan mengumandangkan takbir dan takhmid mengelilingi desa membawa obor dari bambu yang diawali dari halaman masjid menuju keselatan melewati jalan yang sebelah barat, memutar di selatan belok ke utara melewati jalan sebelah timur desa terus ke barat belok ke selatan sampailah di halaman masjid dan kemudian membubarkan diri untuk besok siap-siap memakai baju baru dan sarung untuk melaksanakan Sholat ‘Idul Fitri.

Malam itu cuaca hujan sehingga takbir keliling desa tidak bisa dilaksanakan, akhirnya hanya berkumpul dipendopo kelurahan (rumah Mbah Lurah), dan takbiran dilaksanakan apa adanya sesuai dengan kemampuan dan gaya anak-anak. Cucunya Mbah Lurah banyak, dan rata-rata tinggal di kota namun kalau hari raya khusunya ‘Idul Fitri pasti ngumpul semua dan diantara beberapa cucunya ada yang tinggal bersama Mbah Lurah dan merupakan teman sekolah sekaligus teman bermain, sehingga saya walaupun minder tetap saja berteman. Tak lama kemudian terdengar suara yang agak keras ditengah kesunyian setelah capek mengumandangkan takbir,

“Siapa yang tidak punya bapak?“ suara Pak Mar anak Mbah Lurah yang jebolan Sospol UGM walaupun hanya sampai sarjana muda.
"Ijan-Ijo!“ jawab cucu-cucunya serempak, termasuk anak-anak dari kerabat-kerabatnya.
"Memangnya bapaknya kemana?”,tanyanya lagi.
“Bapaknya di-ceduk!“ jawabnya serempak. Ceduk adalah istilah yang berlaku pada waktu itu untuk orang-orang yang dimasukkan tahanan karena dianggap terlibat gerakan atau terindikasi sebagai anggota Partai Komunis maupun Ormas-ormasnya.

Malu, marah, sedih, kecewa dan entah perasaan apa lagi yang berkecamuk dibenakku dan saudara kembarku pada waktu itu, dan setelah kejadian itu saya dan saudara kembarku memutuskan untuk pulang saja. Malam yang seharusnya penuh dengan suka cita, tetapi malah menjadikan malam kelabu yang tak akan pernah terlupakan dalam hidupku. Begitulah kehidupan ini, manusia dewasapun kalau lagi dihinggapi penyakit mumpung, apalagi anak-anak tak mampu lagi membedakan siapa yang salah, sehingga kalau bapaknya dianggap salah anaknyapun dianggap salah juga sehingga layak untuk dihina, diejek maupun ditertawakan, padahal tidaklah demikian, orang tua saya adalah salah satu korban diantara jutaan rakyat Indonesia yang menjadi korban politik atau sengaja dikorbankan untuk kepentingan kekuasaan, karena kelak sampai dibebaskan pada tahun 1971 tak ada satu patah katapun yang tersurat dalam surat pembebasannya yang dikeluarkan oleh Laksusda Jawa Tengah/DIY, tentang keterlibatan atau kesalahan apa gerangan yang dilakukan oleh bapak saya.


Pertama Membesuk Bapak Dalam Tahanan
Sebagai tahanan masal, kenapa demikian karena saking banyaknya orang yang dimasukkan dalam tahanan yang hanya karena tidak sholat atau lebih dikenal dengan istilah Abangan sehingga di anggap sebagai PKI atau BTI yang layak untuk diceduk, menjadikan Bui atau LP kalau istilah sekarang Lapas di Kutoarjo penuh, oleh karena itu sebagian dititipkan di Kantor Pertanian yang kelak dijadikan gedung Sekolah Pertanian (SPMA) Kutoarjo, penuh sesak, dan yang pasti kalau tidak dibawakan makanan dari rumah kemungkinan tidak akan kebagian jatah jagung rebus yang disediakan pihak LP.

Oleh karena itu setiap tiga hari sekali kita antarkan makanan berupa ketupat dan lauknya, yang paling sering adalah serundeng dan tempe bacem, pertimbangan simbok agar tahan agak lama, karena kalau harus mengirim makanan tiap hari jelas merupakan beban yang sangat berat. Karena kelapalah satu-satunya yang diandalkan untuk dapat menghidupi kami sekeluarga yang pada waktu itu masih mempunyai nilai jual yang cukup lumayan, maka hanya dari itulah kami sekeluarga dapat bertahan hidup ditengah-tengah cibiran dan caci maki masyarakat desa yang sebenarnya sama-sama tidak tahu tentang gejolak politik yang terjadi nun jauh di Ibukota sana.

Dengan dibonceng kakak saya dengan sepeda tua satu-satunya milik kami, berangkatlah kami ke Kutoarjo untuk menjenguk Bapak dengan pesan-pesan khusus dari simbok untuk berhati-hati dan kalau belok kekiri menjulurkan tangan ke kiri, begitu juga kalau belok ke kanan, tak lupa ketupat, serundeng dan tempe bacem bawaan yang telah disiapkan simbok untuk Bapak. Waktu itu masih dalam suasana lebaran ‘Idul Fitri Tahun 1966 saya tak ingat lagi bulannya, begitu sampai di Kantor Pertanian Kutoarjo, saya menyaksikan banyak orang berjubel ditempat yang tidak terlalu luas batin saya kok banyak banget sih orang yang di hukum itu penalaran saya pada waktu itu, kalau orang ditahan pasti dihukum, barulah saya tahu dikemudian kelak bahwa orang yang ditahan belum tentu dihukum, karena kalau dihukum berarti sudah jatuh vonis dan dinyatakan bersalah oleh Hakim, sedangkan Bapak saya sampai dibebaskan pada tahun 1971 tidak pernah dinyatakan melanggar sesuatu pasalpun baik secara Pidana apalagi Perdata, bunyinya hanya “Dibebaskan dari tahanan sementara tetapi 6 Tahun “, opo tumon?

Pertanyaan yang keluar dari Bapak yang masih saya ingat betul adalah

“Sudah pada nonton segoro apa belum?“ tayanya.
“Sudah kata kakakku, padahal hanya untuk menyenangkan Bapak saja, saya tidak mampu menjawabnya, hanya mengangguk kecil saja.

Nonton segoro atau melihat laut adalah satu-satunya hiburan bagi masyarakat Purworejo selama seminggu setelah lebaran dan sampai saat ini tradisi itu masih tetap berlangsung, padahal disana sebenarnya tidak ada keindahan yang mempesona yang ada hanya ombak yang kadang-kadang besar dan berbahaya, yang pasti pantainya panas dan tidak ada pepohonan yang bisa melindungi pengunjung dari sengatan matahari, tetapi tahayul yang dulu berkembang bahwa satu tahun sekali untuk kselamatan harus sowan Nyi Roro Kidul dengan jalan membuang kembang ke laut, kemudian cuci muka dengan air laut.

Hal ini ditanyakan Bapak karena setiap tahun beliau pasti mengajak kami untuk nonton segoro dengan membawa bekal nasi dan lauk pauknya, tempe bacem, sambel goreng kentang minus daging, serta oseng-oseng tempe dan kecambah dengan pertimbangan agar pengeluaran untuk jajan bisa ditekan. Karena jarak rumah kami dan pantai selatan tidak terlalu jauh kurang lebih hanya empat kilo meter biasanya cukup dengan jalan kaki, berangkat pagi-pagi dan tengah hari pulang. Dan tersirat jelas di wajahnya yang semakin tampak tua walaupun umurnya pada saat itu baru sekitar empat puluh tahun rasa bersalah dan penyesalan karena untuk lebaran kali ini tidak bisa mengajak anak-anaknya untuk nonton segoro.



Usaha Pembuatan Minyak Kelapa
Dengan dimasukkannya Bapak ke penjara praktis bahwa kehidupan simbok untuk mengurus lima ankanya adalah sangat berat, namun ketegaran jiwanya patut diacungi jempol, anak-anaknya tidak boleh cengeng dan tidak boleh untuk bermain-main dengan anak-anaknya orang yang hanya akan mencela dan mencibir, tetapi harus membantu apa saja yang bisa dikerjakan. Simbok adalah tipe orang yang sangat disiplin dalam mendidik anak-anaknya, kemudian kakak juga tidak jauh berbeda, kalau saya dan kembaran saya mau mendapat makanan yang dibuatnya, harus mencabuti rumput disela-sela tanaman singkong dan jagung yang sebelumnya ditanam Bapak, kalau belum dilaksanakan pasti makanan tidak diberikan, karena kebetulan kakak saya punya hobi bikin penganan yang paling sering dari singkong.

Dipekarangan rumah yang kami tinggali yang statusnya masih milik simbah, banyak ditumbuhi pohon kelapa yang merupakan satu-satunya komoditi yang dapat dipakai untuk menyambung hidup kami sekeluarga selama Bapak di penjara, karena saking banyaknya dan sampai pada kering akhirnya diborong sama tetangga untuk dipetik dan dibeli, pembelinya adalah Lik Imam yang sudah mempunyai usaha pembuatan minyak kelapa, istilah nya mbotok .

Saya tidak tahu persis kesepakatan yang diambil mengenai harga pada waktu itu tetapi yang saya ingat dan terasa aneh bahwa setiap dua belas atau tiga belas butir kelapa dihitung sepuluh, sehingga dari seribu butir kelapa kurang lebih hanya delapan ratus butir yang dibayar. Dari kejadian itu akhirnya Pak Lik Harun yaitu adik Bapak yang kala itu bekerja di Proyek Bendungan Sempor di Gombong berinisiatif untuk mendirikan usaha pembuatan minyak kelapa atau mbotok. Semua peralatan telah disiapkan di Gombong yang semuanya dari drum, kencengnya, cetakannya dan penampungan minyaknya, tenaga kerjanya adalah paman-paman yang merupakan adik-adik simbok (lain bapak) yaitu: Lik Bandi, Lik Kemin, Lik Senot serta orang lain tetapi dia masih saudara yaitu Lik Kadi.

Simbok bagian masak, kakak saya tukang catat, yah kalau sekarang mungkin namanya pembukuan atau administrasi keuangan. Saya dan kembaran saya membantu apa saja, mulai dari mengeluarkan kelapa dari tempurungnya atau disebut cokil, merendam kelapa, memarut kelapa. Sebagai pemegang buku kakak saya termasuk sangat disiplin, setiap transaksi tidak ada yang tidak tercatat bahkan simbah sebagai superviser yang tinggal di desa lain selalu dicatat datang dan pulangnya termasuk makannya, catatan yang paling saya ingat bunyinya adalah begini, “tanggal sekian simbah makan siang saja karena sore pulang,” atau “simbah makan sore saja karena datangnya siang”. Usaha pembuatan minyak kelapa tidak menjadikan keluarga kami hidupnya lebih mapan, hanya soal makan saja yang menjadi lebih enak dan lebih kenyang namun soal uang kayaknya tidak ada perubahan, untuk mengurangi beban akhirnya adik perempuan saya yang kala itu menjelang masuk SD dipungut anak oleh Lik Kemin karena setelah sekian lama berumah tangga dengan Lik Minten tidak dikaruniai anak, adik saya inilah yang kelak akan terbentuk menjadi orang yang paling patuh sedunia yang tidak ada tandingannya. Apapun yang diperintahkan oleh simbok walaupun dia masih memegang pekerjaan pasti disanggupinya, tidak pernah neko-neko, selalu nurut dan patuh sampai sekarang walaupun sudah menjadi PNS, inilah adik sekaligus sahabat saya yang paling mengerti tentang penderitaan saya.

Tahun 1966 saya masih kelas empat SD, ada perubahan permulaan tahun ajaran baru dari Agustus ke Januari, maka proses belajar mengajar pada waktu itu berlangsung selama satu setengah tahun bosan rasanya, tetapi menyenangkan juga. Pasca meletusnya pemberontkan G30S PKI, semua elemen masyarakat membentuk front-front perlawanan terhadap PKI yaitu Hansip/Hanra, Kokam dikalangan Muhamaddiyah, Kojarsena di kalangan pelajar Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas dan masih banyak yang lainnya. Kelompok perlawanan tersebut mengadakan latihan baris-berbaris, jurus-jurus ala militer serta latihan-latihan kemiliteran yang lain, seolah-olah akan menghadapi musuh besar, dengan segala macam atributnya, tidak ketinggalan Topi Pet atau kabaret, padahal yang dianggap musuh pada waktu itu adalah tetangganya atau bahkan saudaranya sendiri yang sebenarnya tidak mempunyai kekuatan apa-apa selain menerima takdir sebagai akibat korban politik.

Walaupun saya sadar bahwa kemampuan simbok untuk membelikan baju seragam Coklat Tua Muda untuk seragam Kojarsena tidak ada, tetapi sebagai seorang anak pasti mempunyai juga keinginan untuk mengenakan seragam Kojarsena lengkap dengan segala atributnya namun kenyataannya simbok hanya sanggup membelikan Topi Pet warna coklat dan ini dicatat oleh kakak saya sebagai pengeluaran luarbiasa dengan nama kegiatan atau akun dikelompok pengeluaran yaitu “pembelian Pet Ijan-Ijo“ saya lupa berapa harganya waktu itu.


Potong Rambut oleh Tukang Cukur Dadakan

Karena untuk potong rambutpun tidak punya biaya, dan melihat adik-adiknya rambutnya sudah panjang, tanpa teori atau ilmu tentang cukur mencukur rambut, kakakku memberanikan diri menjadi Tukang Cukur Dadakan. Hanya berbekal nekat dan dengan kepercayaan dan keyakinan bisa mencukur rambut serta berbekal gunting yang sudah tidak dapat dikatakan tajam. Kras-kres rambutku dipotong layaknya seorang tukang cukur professional. Dan sungguh karena ketololanku sekaligus kepatuhan terhadap kakakku aku menurut saja tetapi apa jadinya, setelah dianggap selesai saya bercermin dikaca almari yang merupakan harta yang cukup berharga yang kami miliki, yang dibeli dari Toko Irian di Kutoarjo. Walaupun namanya Toko Irian tetapi setelah aku sekolah SMA ternyata si empunya toko adalah keturunan Arab, bahkan salah satu cucunya adalah teman SMA saya.yaitu Ali Nahdi. Betapa sedihnya saya melihat rambut dikepalaku mirip terasering di lereng bukit bahkan mirip undak-undakan menuju makam Imogiri. Tak ketinggalan juga kakak saya apalagi simbok kelihatan sangat sedih dan menyarankan untuk diperbaiki di tukang cukur beneran, tetapi lagi-lagi tak ada uang dan malu untuk ke tukang cukur.

Esok hari seperti biasa masuk sekolah dan hebohlah tidak hanya kelas lima saja tetapi merembet ke kelas enam juga, dengan teriakan dan ejekan yang mereka lontarkan ibarat paduan suaranya Pranajaya, rambutnya undak-undakan dan anehnya saya tidak menanggapi, yah mau bagaimana wong bapaknya saja orang hukuman yang merupakan strata sosial terendah pada waktu itu.


Kakakku ke Jakarta.
Dengan berhentinya kegiatan mbotok, kakak saya jelas tidak punya kegiatan lagi oleh karena itu atas saran Pak Lik Harun, adiknya bapak yang dulu pernah diikuti selama setahun di Gombong, dan kebetulan kakak saya sudah menyelesaikan pendidikan SMP, akhirnya dengan perasaan berat simbok melepas kepergian kakakku untuk merantau ke Jakarta ikut sepupunya Bapak, yaitu Lik Kalimah. Saya merasakan kesedihan juga dan yang pasti beban simbok semakin berat, karena disamping harus mencari buruhan untuk menyambung hidup juga harus menjenguk dan mengirimi bapak makanan seminggu dua kali karena saya dan juga kembaran saya belum bisa secara pisik dan nalar meringankan beban simbok. Hanya surat yang selalu simbok dan saya nantikan untuk mengetahui kabar kakak di Jakarta. Suatu saat kakakku pernah cerita sudah kerja di pabrik mie kemudian pindah ke toko obat atau apotik, dan setiap surat yang datang dari kakak pasti saya yang lebih dulu membacanya dan akan disimak dengan sebaik-baiknya oleh simbok, karena menurut simbok dibanding kembaran saya, saya lebih jelas membacanya. Ada saatnya saya sangat bersedih dan selalu ingat kakak yang di Jakarta apabila mendengar lagu dari radionya Mbah Lurah dimana Lilis Suryani sedang menyanyi yang saya lupa judul lagunya tetapi masih ingat sayairnya antara lain “setelah kubaca isi suratmu yang telah lalu, aduhai sayang air mataku titik berlinang “. Tahun 1968 kakak saya melanjutkan pendidikan ke SPK secara Ikatan Dinas di Rumah Sakit RSPAD, sesuai dengan cita-cita awal untuk dapat membantu sesama. Simbok sangat bersyukur mendengarnya dan kelihatannya tidak pernah lepas berdo’a walapun tidak secara Islam tetapi menurut kejawen. Setiap wetonnya atau hari kelahirannya simbok senantiasa membuat bubur merah putih dan itu dilakukan untuk semua anak-anaknnya, untuk kakak saya setiap Sabtu Kliwon, saya setiap Selasa Legi, kemudian adik-adik saya masing-masing Kemis Wage dan Jum‘at Kliwon untuk si bungsu.

Kini simbok di rumah hanya tinggal bersama saya dan kembaran saya serta adik saya yang terkecil yang hampir tidak kenal dengan bapak, karena pada saat ditinggal bapak masuk bui baru berumur tiga tahun. Hinaan, cercaan, makian dan ejekan merupakan makanan sehari-hari baik dari orang lain maupun dari saudara-saudaranya bapak. Praktis dengan keadaan yang demikian saya tidak boleh cengeng dan juga harus sanggup berpikir dewasa sebelum dewasa. Pekerjaan orang dewasapun dilakoni, kesawah, mencari ikan, buruh memetik padi, mencari sisa-sisa singkong yang patah waktu dicabut dan sebagainya, adalah kegiatan diluar jam sekolah. Walaupun keadaan simbok dalam strata sosial yang terendah pada saat itu, namun tetap menyarankan kepada anak-anaknya untuk tetap sekolah dan dengan segala keprihatinan semuanya dapat berjalan sebagimana mestinya, bahkan sejak kelas V SD saya sudah termasuk murid yang dianggap cerdas, namun tak pernah menjadi juara, kalah dengan Ngatino yang bapaknya tidak termasuk anggota partai terlarang. Disamping sekolah, pada malam harinya saya juga belajar mengaji di Masjid yang gurunya adalah Guru Agama di SD yaitu Pak Khumaidi, sehingga sejak kelas V saya sudah bisa membaca Al Qur’an, bahkan pada waktu kelas VI pernah mewakili sekolah untuk mmengikuti Lomba Qiro’at tingkat kecamatan yang dilaksanakan di SD Dukuh Dungus walaupun tidak menjadi juara cukuplah sudah menjadi peserta. Surat yang dilombakan adalah Surat Al Baqarah ayat 1 sampai ayat 7. Ada sesuatu keinginan yang saya pendam sejak kelas IV yaitu ingin mempunyai pulpen tinta yang merknya Tatung, namun sampai tamat SD tidak pernah kesampaian karena simbok hanya mampu membelikan ballpoint yang harganya lima belas rupiah saja.


Empat Sekawan
Belajar bersama sudah saya lakukan sejak memasuki kelas V SD, tepatnya Tahun 1967. Saya sudah mempunyai kelompok belajar, namakan saja kelompok empat sekawan yang terdiri dari saya, kembaran saya, Suminto dan Nuruddin. Suminto adalah anaknya Lik Bandi adik tiri simbok, sedangkan Nuruddin adalah anaknya Pak Ahmad Dahlan, salah satu pengurus masjid dan juga guru mengaji di desa kami. Setiap pulang mengaji senantiasa kami belajar bersama dan juga tidur bersama di balai bambu yang dapat dipakai kami berempat. Kelompok belajar kami berlanjut sampai kami kelas VI yang akan menghadapi ujian akhir, yah kalau sekarang namanya UAN. Karena mata pelajaran yang diujikan hanya tiga mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Pengetahuan Umum dan Berhitung maka kami berempat hanya memfokuskan pada tiga mata pelajaran tersebut, yaitu dengan mengerjakan soal-soal latihan dan tanya jawab, dan tanpa direkayasa tanpa ada pemilihan dan segala tetek bengeknya sayalah leadernya yang dianggap dapat dijadikan panutan.oleh mereka bertiga.

Tibalah waktunya mengikuti ujian, kalau sekarang namanya Evaluasi Belajar Tahap Akhir yang kemudian diganti lagi menjadi Ujian Nasional atau UAN. Apapun namanya tentunya kelulusan yang diharapkan, dan dulu tidak ada istilah NEM yang lulus dan tidak lulus sama-sama mendapatkan Ijazah. Untuk yang dinyatakan lulus disamping Ijazah juga mendapat Tanda Lulus yang akan digunakan sebagai syarat untuk mendaftar ke SMP, dan yang tidak lulus cukup dengan raport. Dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 4 KM pada hari yang telah ditentukan, yang pasti dua hari yaitu Senin dan Selasa saya tidak ingat lagi tanggal dan bulannya tetapi tahunnya masih ingat yaitu 1968, kami serombongan murid SD dari kampung kami dengan berjalan kaki menuju lokasi ujian yang dilaksanakan di SD Dukuh Dungus. Karena dari jumlah murid klas VI sebanyak 33 orang, hanya beberapa yang orang tuanya memiliki sepeda, sehingga yang lainnya jalan kaki.dan saya lupa apakah sebelumnya saya sarapan apa tidak. Karena biasanya hanya sepojokan nasi sisa kemarin sore dibagi dua dengan kembaran saya ditambah ikan asin yang disangan/disangrai cukuplah sudah untuk mengganjal perut sampai seharian. Itupun masih beruntung jika saja tidak dirubung semut, dan itu merupkan menu utama sarapan pagi kami selama bapak ada di bui yang berlangsung sampai bulan Juli 1971.

Hari pertama yang diujikan adalah Berhitung dan Bahasa Indonesia dan tanpa kesulitan yang berarti saya dapat mengerjakan soal-soal ujian dengan baik dan tanpa ada usaha untuk berbuat curang untuk mencontek ataupun ngepek istilah pada waktu, karena yang dibawa hanya alat tulis dan tanda peserta ujian. Hari Selasa yaitu hari ke-2 yang diujikan adalah Pengetahuan Umum yang materinya cukup komplit, ada Sejarah, Ilmu Bumi, Ilmu Alam, Ilmu Hayat dan sebaginya tetapi inilah pelajaran yang sangat saya sukai terutama Sejarah. Dan pernah juga berkhayal kelak ingin menjadi ahli Sejarah atau kerennya Sejarawan tetapi itu hanyalah angan-angan anak desa yang sampai kini tak terwujud.

Pada hari pengumuman kelulusan, ternyata dari jumlah murid 33 orang yang lulus hanya 10 orang saja, yaitu saya, Ngatino, Suntaji, Agus, Karno, Chotimah, Barni Suprapti, Marsini, Sumisah dan Sri Wahyuningsih salah satu murid yang mengulang karena tahun sebelumnya tidak lulus. Pak Sarno Sastrodiharjo selaku Kepala Sekolah menyatakan saya adalah bintang pelajarnya dengan Nilai 8 untuk Berhitung, 8 untuk Bahasa Indonesia sedangkan untuk Pengetahuan Umum 7 dan dengan jumlah 23 sudah merupakan nilai tertinggi di Kecamatan Grabag. Dan dari kelompok empat sekawan ternyata hanya saya yang lulus, Nuruddin mengulang tahun berikutnya sedangkan kembaran saya dan Suminto sama-sama melanjutkan ke sekolah yang sama dengan saya yakni SMP Marhaenis Grabag. Dengan embel-embel Marhaenis pastilah sekolah yang kalau diistilahkan kasta adalah kasta terendah di bawah sekolah-sekolah Muhammadiyah tetapi begitulah kenyataannya.

Tidak ada rasa bangga dan tidak ada pula rasa kecewa baik dari murid, guru maupun orang tua, karena mereka semua sadar itulah kemapuan yang dimiliki murid. Dan sekolah tidak pernah takut untuk tidak dapat murid untuk tahun pelajaran yang akan datang, sedangkan orang tua murid sangat menyadari kemampuan anak-anaknya, dan ternyata orang tua murid pada waktu itu lebih menyadari dari pada sekarang ini, anak tidak naik kelas apalagi tidak lulus protes kesana kemari. Dan yang namanya perpisahan hanya diperuntukkan bagi yang lulus saja dan itupun sangat sederhana, diselenggarakan di ruang kelas VI dan dihadiri oleh perangkat desa kecuali Kepala Desa yang berhalangan hadir, saya ingat betul karena sayalah yang ditugaskan untuk menyampaikan undangannya.


Usaha Pembuatan Arang dari Tempurung Kelapa
Walaupun kebebasan Bapak dibatasi, namun dari waktu yang sangat terbatas Bapak masih berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yaitu dengan usaha pembutan arang dari batok (tempurung) kelapa. Ilmu ini beliau peroleh dari teman Bapak yang namanya Pak Markum dari desa Kedung Kamal, mantan Guru SD yang juga dianggap terlibat G30S/PKI sehingga nasibnya tidak jauh berbeda dengan Bapak.

Setelah tobong atau tungku pembakaran disiapkan dan telah di survey Pak Markum, maka mulailah usaha ini dijalankan. Bahan baku batok dibeli dari pengusaha minyak kelapa (mbotok) antara lain yang masih ada pada waktu itu yaitu. Batok kelapa disusun secara rapat dalam tobong pembakaran dan dinyalakan dari bawah dan dengan sendirinya batok akan turun. Setelah terbakar dan secara terus menerus diisi batok dari atas, kemudian setelah batok terbakar semua maka lubang tobong ditutup dengan jambangan dari tanah dan hari berikutnya tobong dibongkar dan jadilah arang.

Ternyata setelah jadi arang, kualitas arangnya bisa berbeda. Ada yang utuh seperti bentuk batok aslinya dan ada juga yang remuk. Yang utuh langung ditata dalam keranjang dan yang remuk diayak dulu sebelum dimasukkan keranjang dan siap dibawa ke Toko di Kutoarjo, dengan sepeda reyot yang Bapak miliki. Selama ada usaha pembuatan arang ada sedikit kecerahan diwajah kami sekeluarga, karena setiap habis menjual arang Bapak tidak lupa membeli kerupuk udang yang sangat gurih serta ikan asin layur sebagai lauk yang cukup bergengsi pada waktu itu. Namun kebabasn bapak untuk berusaha dibatasi lagi dan harus masuk ke LP di Purworejo, dan tidak bisa pulang setiap hari. Akhirnya usaha berhenti dan kelak dilanjutkan oleh Lik Sunar yang lebih dikenal dengan sebutan Sunarso BA (Sunar bakul areng).


Pindah ke Rumah Gubug
Sejak lahir sampai tamat SD Tahun 1968 kami menempati rumah besar yang merupakan rumah peninggalan Mbah Buyut Mulyorejo, karena Mbah Haji Dulmungin yang seharusnya menempatai rumah tersebut tinggal di Desa lain yaitu Sumberejo dan lebih dikenal dengan nama dukuh Njetak dan diangkat sebagai modin di desa tersebut dengan menempati rumah peninggalan Mbah Buyut Halirejo yang juga merupakan mertua dari Mbah Haji Dulmungin. Karena yang berhak rumah tersebut pensiun yaitu Mbah Usup adik terkecil dari Mbah Kecik (Mbah Haji Dulmungin Putri) memutuskan untuk pulang ke desa maka Mbah Dulmungin dan Mbah Kecik pulang ke rumah kami dan menjadi satu rumah dengan simbok dan kami anak-anaknya.

Cerita selanjutnya adalah hubungan mertua dan menantu yang kurang harmonis, yang merupakan cerita klasik dari zaman baheula sampai kini, ditambah karena bapak tidak dirumah. Rusaklah komunikasi menantu mertua sehingga diputuskan harus pindah rumah. Sementara bangunan yang bisa digeser adalah bengunan untuk menyimpan kayu bakar dan pernah juga sebagiannya digunakan sebagai kandang kambing waktu saya memelihara kambing Mbah Morini (bingung mau ditaruh mana cerita piara kambing). Maka pada awal tahun 1969 dengan dibantu oleh adik-adiknya simbok, Lik Bandi, Lik Kemin, Lik Senot, digeserlah bangunan tersebut kurang lebih dua puluh lima meter ke kanan, yang sebelumnya telah disiapkan pondasi dari tanah yang ditinggikan sedikit. Jadilah bangunan yang beratap daun kelapa tanpa eternit dan dindingnya bilik bambu lantainya tanah, berukuran empat kali delapan meter, menjadi tempat berteduh simbok dan kami bertiga sambil menunggu kebebasan bapak dan ternyata bengunan tersebut bertahan sampai tahun 1975. Dari rumah gubug inilah perjalanan hidup saya dan kembaran saya dimulai, dari tamat SD, SMP dan seterusnya sampai tamat SMA tahun 1974. Perjuangan untuk mempertahankan hidup sungguh sangat berat tetapi karena kepasrahan simbok disertai dengan do‘a yang tiada pernah berhenti semua dapat berjalan dengan baik tanpa ada perasaan tertekan dan terbebani walaupun hinaan, cercaan, makian dan cibiran datang silih berganti baik dari orang lain maupun dari saudara. Dan ternyata rumah tersebut baru dapat diperbaiki menjadi rumah setengah tembok permanen dan beratapkan genting serta lantainya diplester pada tahun 1975 setelah saya dan kembaran saya bekerja di Jakarta.


Mendaftar ke SMP
Bingung sedih bercampur aduk melihat teman-teman sudah mendaftar ke SMP maupun SMEP dan bapak demikian juga tampaknya, hanya sekedar mendaftarpun tidak ada biayanya, tidak punya uang yang ada hanya ikan gurami di kolam. Akhirnya dengan ikan itulah saya bisa mendaftar ke SMP Marhaenis Grabag yang kelak menjadi SMP Grabag yang merupakan cikal bakal SMP Negeri 1 Grabag dan sekarang kelihatannya sudah menjadi SMP Negeri yang ke 7 di Kabupaten Purworejo. Atas kebaikan Mbah Lurah enam ekor ikan gurami dibeli dengan harga tiga ratus rupiah, dan dengan bekal itu saya mendaftar tidak ke sekolah tetapi kerumah salah seorang guru yang tempat tinggalnya di desa kami namanya Pak Suyono.

Ada perasaan bangga bisa sekolah ke SMP tetapi sedih juga karena tdak seperti teman-teman yang lain bisa punya baju dari bahan berkulin, atau tetron sedangkan saya dan kembaran saya cukup dengan baju tenunan karya simbok sendiri yang dijahit oleh Mbah Hasyim. Dan untuk tahun-tahun berikutnya karena simbok sudah tidak sempat menenun lagi baju yang kami pakai dari bahan karung terigu atau karung bulgur yang diberi wantek warna gelap baik untuk celana maupun baju sehingga tulisan atau gambarnya masih bisa dibaca orang, dan untungnya pada saat itu di SMP Marhaenis Grabag belum mewajibkan siswanya untuk mengenakan baju seragam apalagi sepatu. Sekolah belum memiliki gedung tersendiri sehingga harus menumpang di beberapa Sekolah Dasar yang lokasinya berjauhan. Untuk kelas satu di SD Grabag, kelas dua di SD Sangubanyu dan kelas tiga di SD Dukuh Dungus. Gurunyapun sebagian besar adalah guru SD, kalau pagi mengajar SD dan sorenya mengajar di SMP.

Dari tiga puluh tiga anak hanya beberapa saja yang tidak meneruskan ke SMP dan hampir semuanya mendaftar ke SMP yang sama baik yang lulus maupun yang tidak lulus dan yang masuk ke SMEP Negeri hanya dua orang yaitu Ngatino dan Siti Chotimah, sedangkan Sri Wahyuningsih melanjutkan sekolah di kota, sehingga kelas I-a separo lebih diisi murid-murid dari SD kami. Banyak kejadian yang membanggakan tetapi banyak juga yang menyedihkan selama kelas satu, misalnya untuk mata pelajaran sejarah dan ilmu ukur, tidak ada yang bisa menandingi saya, tetapi untuk bayaran dan baju sangat menyedihkan karena bayaran pasti telat bahkan sampai sembilan bulan, sedangkan baju boleh dikata tidak pernah ganti dan suka dijadikan bahan omongan oleh murid-murid perempuan, dan suatu saat karena sudah tidak tahan lagi yang namanya Sunarti saya damprat dengan kata-kata yang sebenarnya halus tapi mengena:
“Berbahagialah kamu karena anaknya orang kaya sehingga, sehari bisa ganti tujuh kali.“ Dia malah menangis tapi cuek sajalah saya.

Seiring dengan itu tenaga saya sudah mempunyai nilai jual khusunya kalau sedang musim menggarap sawah, mulai dari menyangkul, mencabut benih atau ndaut, menyiangi tanaman alias matun dan sebagainya, walaupun upahnya belum penuh, kira-kira lima per enam upah orang dewasa. Kalau orang dewasa upahnya Rp30,- setengah hari, kalau saya sudah cukup puas dengan upah Rp25,- saja untuk setengah hari dan kegiatan tersebut saya lakukan di luar jam sekolah, sehingga perminggunya dapat mengumpulkan uang Rp. 200,- saja. Karena jam kerjanya dimulai dari hari Minggu sehari kemudian Senin pagi dan seterusnya sampai Sabtu pagi, itupun kalau ada yang menyuruhnya.

Suatu waktu setelah mendapat bayaran dari buruh mencangkul kepingin juga membeli sesuatu dari hasil keringat sendiri, maka pada suatu hari tepatnya hari Minggu kami bertiga saya, kembaran saya dan Haryadi ke Kutoarjo yang jaraknya lebih kurang sembilan kilo meter ditempuh dengan berjalan kaki pulang pergi. Saya beli tas sekolah yang mirip tasnya penjual nomor buntut, yang pada waktu itu cukup marak peredarannya sampai ke desa-desa. Sedangkan kembaran saya beli baju putih lengan panjang yang bahannya dari kain putih polos, yang jelas bukan berkulin apalagi tetron, tetapi cukup banggalah kelihatannya, walaupun akhirnya saya juga yang memakainya karena kesempitan kalau dipakai kembaran saya. Selain itu juga menyempatkan mampir warung di dalam Pasar Kutoarjo untuk jajan nasi rames, kembaran saya dan Haryadi memesan kopi cap Muntu (yang cukup terkenal di Purworejo dan sekitarnya) serta gemblong bakar. Karena belum pernah kikuk juga rasanya, duduk di warung makan, itulah pengalaman pertama saya jajan di warung.

Kehidupan berjalan terus dan dalam keadaan yang serba kekurangan tetapi sekolah juga jalan terus dan kewajiban-kewajiban sebagai anak sekolah tidak dapat terpenuhi, misalnya soal buku tulis pakai yang termurah. Saya ingat betul buku tulis gambar kereta yang terbuat dari jerami yang kasar dan kalau kena tinta cair tulisannya jadi mengembang kaya adonan kue yang sudah diberi soda kue. Dan untuk menghemat, saya punya kiat tersendiri yaitu satu baris ditulis dengan dua baris kalimat dengan huruf yang kecil-kecil dan juga kalau dari depan catatan pelajaran Sejarah Indonesia kemudian dibalik dari belakang adalah catatan Sejarah Dunia. Demikian juga dengan pelajran Ilmu Bumi jadi satu antara Ilmu Bumi Indonesia dan Ilmu Bumi Dunia, Ilmu Alam dan Ilmu Hayat, bahasa Indonesia dan bahasa daerah, PKK dan Kesenian, dsb.

Karena menunggak uang bayaran sampai sembilan bulan maka tidak ada jalan lain kecuali minta surat keterangan tidak mampu dari Kepala Desa. Lagi-lagi simbok menghadap Mbah Lurah dan setelah di kutbahi akhirnya simbok diberikan juga surat keterangan tidak mampu. Dengan kondisi badan yang kurang sehat, hari berikutnya simbok menghadap Kepala Sekolah yaitu Pak Karsido dan ternyata dengan keluhuran budi beliau dan tentunya banyak sudah yang simbok ceritakan akhirnya saya dan kembaran dibebaskan dari segala biaya sekolah sampai bapak dibebaskan dari penjara dengan pesan kepada simbok agar saya menhadap beliau, tetapi karena ada rasa takut dan malu saya tidak berani menghadap. Namun pada suatu hari setelah jam pelajaran selesai beliau mengharapkan kepada saya untuk menghadap, beliau berkata :
“Anak yang orang tuanya kemarin datang kerumah nanti agar menghadap saya.“ Tersentak saya antara malu dan takut, tetapi karena tekat yang kuat untuk dapat sekolah maka setelah jam pelajaran selesai saya dan kembaran saya menghadap beliau dan dengan sikap kebapakannya yang bijak beliau menugaskan saya dan kembaran saya untuk memegang kunci sekolah. Kalau masuk pagi sebelum sampai sekolah mampir ke rumah Pak Karsidi umtuk mengambil kunci dan siang sambil pulang mampir lagi kerumah beliau untuk mengembalikan kunci, begitu juga kalau masuk siang, kami bertiga saya, kembaran saya dan Suwardi anak dari sepupunya simbok, yaitu Siwo Misdar selalu berangkat lebih awal untuk membuka pintu sekolah dan pulangnya belakangan untuk menutup pintu sekolah dan pekerjaan ini kami lakukan sampai tamat SMP tahun 1971. Tetapi yang paling berperan dalam hal membuka dan menutup pintu sekolah adalah kembaran saya, saya hanya kadang-kadang kalau kebetulan kembaran saya tidak masuk sekolah. Yang dapat kita petik dari semua ini adalah ketulusan, kepedulian, tanggung-jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh seorang Kepala Sekolah kepada orang yang ingin belajar tetapi tidak mempunyai biaya dapat berlangsung. Sungguh mulia beliau, mudah-mudahan karena beliau sudah almarhum segala amalnnya akan dibalas Allah berlipat ganda serta mendapat tempat yang mulia disisi-Nya dan juga kepada anak-anaknya akan mendapat keberkahan dalam mengarungi kehidupan ini.


Bapak Dibebaskan Dari Bui
Setelah menghuni LP selama kurang lebih 6 tahun, akhirnya pada bulan Juli 1971 Bapak sudah dibebaskan. Surat pembebasan ditandatangi oleh Laksusda Jateng DIY yang intinya tidak ada indikasi terlibat dalam G30S/PKI, namun yang sungguh menyakitkan ada kata-kata dibebaskan dari tahanan sementara. Pertanyaannya sementara kok sampai 6 tahun lamanya, ini salah siapa, ini dosa siapa? Namun demikian biarlah itu berlalu barang kali hanya ingin saya sampaikan kepada semua pembaca khusunya generasi kini dan yang akan datang bahwa tidak semua orang yang dihukum itu bersalah dan tidak semua orang yang bersalah pasti di hukum, tetapi sebagai muslim kita wajib percaya bahwa hukum yang tidak disisipi kepentingan apapun termasuk kepentingan politik adalah hukum Allah yang akan kita pertanggung jawabkan di akherat kelak.

Dengan fisik yang sudah tidak kuat lagi, Bapak menekuni lagi pekerjaan lamanya sebagai buruh memetik kelapa (bangkelan), dan karena komoditi kelapa sudah mulai tidak menentu harganya maka pekerjaan itu dihentikan dan mulailah sebagai buruh tani. Kebetulan teman-teman beliau selama di LP banyak juga yang sawahnya luas sehingga saya dan Bapak dipercaya untuk mengerjakan sawahnya. Saya dan Bapak selalu beriringan dalam pulang dan pergi ke sawah yang kami kerjakan sehingga seperti kakak adik saja, dan yang tidak pernah saya lupakan adalah bahwa Bapak tidak pernah marah kepada anak-anaknya dan kesulitan apapun yang dihadapi tidak pernah membuat beliau emosi inilah pelajaran yang saya peroleh dari beliau yang saya coba terapkan kepada anak-anak saya walaupun zamannya sudah berbeda .

Kebebasan Bapak bukan berarti bahwa kehidupan kami dari sisi ekonomi maupun strata sosial berubah. Ternyata cap mantan tapol tetap melekat kuat dan baru berubah setelah kakak menikah dengan seorang tentara, yang dalam perjalanannya waktu suami kakak saya inilah yang mampu mengangkat harkat dan martabat kami sekeluarga dari posisi terpuruk dalam kubangan nasib dan garis tangan terangkat menjadi keluarga yang keberadaannya dianggap telah sejajar dengan mereka. Sujud syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat-Nya atas kemurahan dan limpahan rahmat-Nya, kami bisa seperti sekarang ini. Namun karena sesuai dengan janji Simbok dengan Kepala SMP Grabag pada waktu itu, apabila Bapak sudah bebas maka uang sekolah akan dibayar kembali, oleh karena itu sejak Bapak dibebaskan dari LP saya dan kembaran saya membayar kewajibannya sebagai murid sekolah walaupun untuk mencarinya tetap tidak mudah, dan tugas sebagai pengunci pintu tetap kami jalankan sampai tamat SMP kelak.


Tertimpa Kelapa
Hari Minggu adalah hari yang selalu saya isi dengan kegiatan-kegiatan apa saja untuk membantu orang tua. Waktu itu habis lohor setelah istirahat saya menyiangi pohon singkong, Bapak menganyam bilik bambu dan Simbok menampi beras yang akan dimasak sore nanti. Setelah beberapa kali pacul saya ayunkan ternyata mau copot sehingga harus saya kencangkan panteknya. Tanpa rasa khawatir sedikitpun saya jongkok di dekat Bapak menganyam bilik dibawah pohon kelapa yang tingginya kurang lebih 5 meter yang buahnya banyak namun mungkin kena hama sehingga walaupun belum tua ada yang jatuh dan menimpa kepala saya. Yang aneh Bapak saya tidak mendengarnya malah Simbok yang agak jauh yang melihat saya tersungkur tertimpa buah kelapa yang masih degan (kelapa muda) namun saya tidak pingsan, dan langsung diminumi air putih oleh Simbok langsung dari ceret, kemudian dibaringkan di resban (balai bambu yang ada senderannya) dan segera dipanggillah Mantri Saring, satu-satunya petugas yang biasa dipanggil untuk memeriksa orang sakit atau untuk mengkhitan khusunya di wilayah Kecamatan Grabag bagian Selatan. Setelah disuntik dan dipesan supaya tidurnya jangan pakai bantal.

Malam harinya barulah terasa ada perubahan pada kepala saya, yaitu apabila digerakkan sedikit saja terasa semuanya mau roboh dan kalau makan langsung muntah, ini berlangsung sampai berhari-hari dan sembuh dengan sendirinya. Mungkin inilah yang dinamakan gegar otak barangkali, tetapi pada waktu itu dianggap biasa-biasa saja, namun hanya rasa syukur kepada Sang Khalik Pencipta karena tidak harus dirawat di RS, kalau sampai dirawat pasti Bapak harus mencari biaya yang tidak sedikit pada waktu itu. Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada masalah dengan daya pikir saya.


Menghadapi Ujian Akhir SMP
Dengan segala keterbatasan yang ada akhirnya sampai waktunya tiba untuk mengikuti ujian akhir SMP pada tahun ajaran 1971, tentunya persiapannya juga tidak seperti sekarang ini, yah apa adanya saja. Pada tahun ajaran tersebut ada lima mata pelajaran yang diujikan secara nasional yaitu: Kewargaan Negara (Civics), Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Sejarah dan Aljabar. Pada waktu itu ada kejadian yang saya sampai saat ini tidak memahami maksudnya, seperti biasa saya bangun pagi dan tidak lupa membaca ala kadarnya sebagai persiapan agar dapat mengerjakan soal-soal pada hari pertama ujian akan dilaksanakan, tetapi tak disangka-sangka Siwo Aminah yang merupakan tetangga kami yang pada saat itu terganggu ingatannya datang dan membawa air putih dan saya disuruh meminumnya, dan tanpa sanggup membatahnya saya minum saja. Yang saya tidak habis piker, ya kok tahu kalau saya mau ujian wong dia lagi terganggu ingatannya. Dia bilang biar mudah mengerjakan soalnya, hal itu sampai saat ini tidak pernah ada yang tahu akan kejadian itu, mungkin hanya Simbok karena pada saat itu beliau di pawon sedang menjerang air yang merupakan kebiasaan yang beliau lakukan setiap pagi.

Setelah sarapan pagi ala kadarnya, seperti biasa yaitu nasi yang ada dipojok sumbul (bakul) dibagi berdua dengan lauk ikan teri yang disangan. Sepeda butut milik Bapak yang memang benar-benar butut dikayuh oleh kembaran saya yang memang badannya lebih gede dari saya, dan saya diboncengnya sambil membantu mengayuh pedal sepeda kita telusuri jalan kampung mualai dari desa Tunggulrejo, Sangubanyu, Kedung Kamal, Dukuh Dungus, Lewat Desa Jono, Tungtung Pahit, Ketiwijayan dan ketemu jalan raya Kutoarjo di Desa Sidarum, kemudian masuk ke Desa Semawung memotong rel terus dari perempatan belok kanan menuju alun-alun Kutoarjo. Dan disamping alun-alun itulah tempat kami melaksanakan ujian akhir SMP, tepatnya di SD Wirotaman. bangunan yang di belakang. Selama tiga hari melaksanakan ujian di tempat tersebut, tetapi pada hari yang ke tiga sampai di desa Sangubanyu turun hujan yang cukup lebat, kami serombongan tidak semuanya membawa paying, dan karena takut terlambat dan tidak bisa ikut ujian kami jalan terus, dan ternyata sampai Desa Ketiwijayan hujan reda. Kami yang basah kuyup berhenti sebentar untuk memeras baju yang basah kuyup, tetapi hanya bajunya saja, sedang celana pendek tidak mungkin dilepas sehingga pastilah tidak nyaman lalu bagaimana dengan sepatu? Pada waktu itu semuanya masih nyeker (tanpa sepatu) sehingga walaupun ujiannya dilaksanakan di kota tetapi jelas kelihatan mana yang dari kota mana yang dari desa. Yang dari desa pasti tidak memakai sepatu, sepatu masih merupakan barang yang mahal dan langka pada waktu itu.

Selesailah ujian, menunggu hasilnya tentunya berbeda kegiatan yang dilakukan dengan anak-anak sekarang, dulu tidak mungkin untuk jalan-jalan atau refreshing tetapi yang saya lakukan lebih banyak bekerja membantu orang tua, apakah menyiangi tanaman ganyong ataupun singkong dan juga mencari ikan di Ngepos yaitu rawa yang ada diseberang desa Karanganyar. Dan tidak pernah menghayal bisa meneruskan ke sekolah yang lebih tinggi karena kemampuan orang tua sebagai buruh pastilah sangat terbatas, hanya angan-angan saja yang jauh menerawang kemana-mana.

Setelah pengumuman kelulusan, ada rasa senang tetapi tidak terlalu bahagia, karena ada kekhawatiran tidak bisa melanjutkan ke SMA, namun demikian sebagai rasa terima kasih kepada Bapak Kepala Sekolah, saya dan Bapak menemui beliau ke rumahnya, tetapi ternyata beliau tidak ada dan menurut keluarganya Bapak Kepala Sekolah ada di Sekolahan dan ternyata benar adanya. Setelah Bapak menyampaikan ucapan terima kasih atas bantuannya selama ini Bapak Kepala Sekolah menyampaikan bahwa untuk ujian nasionalnya saya mendapat peringkat ke-2, yang pertama yang adalah Gunawan (sekarang Kepala SMP di Ketawang) dan beliau mengatakan bahwa untuk pengambilan Ijazahnya beliau tidak bisa membantunya, artinya harus membayar, Bapak bilang tidak apa-apa toh selama ini sekolah sudah banyak membantu.

Dalam perjalanan pulang saya masih tetap di boncengan, tidak ada sepatah katapun yang kita bicarakan, mungkin Bapak berpikir bagimana untuk mencari uang guna menebus Ijazah atau mungkin yang ada di benak beliau bagaimana kelanjutan sekolah anak-anaknya, saya tidak tahu pasti, sementara saya merasa bangga karena mendapat rangking 2 tetapi tidak bahagia karena memikirkan mau melanjutkan kemana.







(discontinous . . . . .)

24.4.09

Partai

KOMUNIS INDONESIA
Dari: Angelfire

Partai Komunis di HIndia disingkat PKI lahir pada 23 Mei 1920, tak lama berselang kata HIndia diubah menjadi Indonesia. (Dalam hal ini, PKI lah organisasi pertama yang memperkenalkan dan menggunakan kata Indonesia). Asal-usul PKI tidak dapat dipisahkan dari anggota-anggota Sarekat Islam (SI) Semarang yang menjadi demikian radikal dan bergabung dengan Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), yang didirikan di Semarang sejak tahun 1914. ISDV dianjurkan untuk bergabung dengan Komintern atas usul Sneevliet (yang waktu itu menggunakan nama samaran Haring). Dan untuk kebutuhan bergabung ini diperlukan nama negara. Sehingga dipakailah kata (H)India tersebut. Sedang alasan sebutan Partai Komunis, menurut salah satu pendirinya disebabkan :"Manifest jang ditulis Marx-Engels dinamai Manifest Komunis dan bukannja Manifest Social Demokrat." (Soe Hok Gie: "Di Bawah Lentera Merah," skripsi sarjana muda di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1964). Dalam akhir tahun 1919-an memang di Hindia-Belanda telah diterbitkan karya terjemahan Marx dan Engels yang menjadi fondasi dari gerakan komunisme, yaitu:

Manifesto Partai Komunis
(Karl Marx; Friedrich Engels)

Cetakan Ketiga

Yayasan "Pembaruan", Jakarta 1959

  

KETERANGAN PENERBIT

Terbitan sekarang ini adalah cetakan ketiga dari terjemahan hasil kerja Komisi Penerjemah, Depagitprop C.C. PKI yang terbitkan pada tahun 1952.

Naskah untuk cetakan ketiga ini disiapkan dengan lebih teliti lagi. Brosur cetakan kedua tersebut di atas telah diperiksa kembali seluruhnya dan di dalamya telah diadakan banyak perubahan-perubahan perbaikan sehingga terjemahan yang sekarang ini menjadi lebih jelas dan lebih tepat. Untuk keperluan ini telah digunakan dengan sebaik-baiknya edisi bahasa Inggeris Manifesto of the Communist Party, Balai Penerbitan Bahasa Asing, Moskow 1959, edisi bahasa Jerman Manifest der Kommunistischen Partei, Dietz Verlag, Berlin 1958, dan edisi bahasa Belanda Het Communistisch Manifest, Pegasus, Amsterdam 1948.

Pendahuluan - Keterangan Engels - Keterangan Edisi - Index

Manifesto Partai Komunis
Ada hantu berkeliaran di Eropa—hantu Komunisme. Semua kekuasaan di Eropa lama telah menyatukan diri dalam suatu persekutuan keramat untuk mengusir hantu ini: Paus dan Tsar, Metternich [12]; Guizot [13], kaum Radikal Perancis [14] dan mata-mata polisi Jerman.

Di manakah ada partai oposisi yang tidak dicaci sebagai Komunis oleh lawan-lawannya yang sedang berkuasa? Di manakah ada partai oposisi yang tidak melontarkan kembali cap tuduhan Komunisme, baik kepada partai-partai oposisi yang lebih maju maupun kepada lawan-lawannya yang reaksioner?

Dua hal timbul dari kenyataan ini.

I. Komunisme telah diakui oleh semua kekuasaan di Eropa sebagai suatu kekuasaan pula.
II. Telah tiba waktunya bahwa kaum Komunis harus dengan terang-terangan terhadap seluruh dunia menyiarkan pandangan mereka, cita-cita mereka, tujuan mereka, aliran mereka,dan melawan dongengan kanak-kanak tentang Hantu Komunisme ini dengan sebuah manifesto dari partai sendiri.

Untuk maksud ini, kaum Komunis dari berbagai nasionalitet telah berkumpul di London, dan merencanakan manifesto berikut ini untuk diterbitkan dalam bahasa Inggeris, Perancis, Jerman, Italia, Vlam dan Denmark.

I. KAUM BORJUIS DAN KAUM PROLETAR

[a]Sejarah dari semua masyarakat: [b] yang ada hingga sekarang ini adalah sejarah perjuangan kelas.
Orang-merdeka dan budak, patrisir dan plebejer [16], tuan bangsawan dan hamba, tukang-ahli [c] dan tukang pembantu, pendeknya : penindas dan yang tertindas, senantiasa ada dalam pertentangan satu dengan yang lain, melakukan perjuangan yang tiada putus-putusnya, kadang-kadang dengan tersembunyi, kadang-kadang dengan terang-terangan, suatu perjuangan yang setiap kali berakhir dengan penyusunan-kembali masyarakat umumnya atau dengan sama-sama binasanya kelas-kelas yang bermusuhan.

Dalam zaman permulaan sejarah, hampir di mana saja kita dapati suatu susunan rumit dari masyarakat yang terbagi menjadi berbagai golongan, menjadi banyak tingkatan kedudukan sosial. Di Roma purbakala terdapat kaum patrisir, kaum ksatria, kaum plebejer, kaum budak, dalam Zaman Tengah kaum tuan feodal, kaum vasal, kaum tukang-ahli, kaum tukang-pembantu, kaum malang, kaum hamba; di dalam hampir semua kelas ini terdapat lagi tingkatan-tingkatan bawahan.

Masyarakat borjuis modern yang timbul dari runtuhan masyarakat feodal tidak menghilangkan pertentangan-pertentangan kelas. Ia hanya menciptakan kelas-kelas baru, syarat-syarat penindasan baru, bentuk-bentuk perjuangan baru sebagai ganti yang lampau.

Tetapi zaman kita, zaman borjuasi, mempunyai sifat yang istimewa ini : ia telah menyederhanakan pertentangan-pertentangan kelas. Masyarakat seluruhnya semakin lama semakin terpecah menjadi dua golongan besar yang langsung berhadapan satu dengan yang lain - borjuasi dan proletariat.

Dari kaum hamba pada Zaman Tengah timbullah wargakota berhak-penuh dari kota-kota yang paling permulaan. Dari wargakota-wargakota ini berkembanglah anasir-anasir pertama dari borjuasi.

Ditemukannya benua Amerika, dikelilinginya Tanjung Harapan di Afrika Selatan, memberikan lapangan baru bagi borjuasi yang sedang tumbuh, pasar-pasar di Hindia Timur dan Tiongkok, kolonisasi atas Amerika, perdagangan dengan tanah-tanah jajahan, bertambah banyaknya alat penukaran dan barang dagangan pada umumnya, memberikan kepada perdagangan, kepada pelajaran, kepada industri, suatu dorongan yang tak pernah dikenal sebelum itu dan bersamaan dengan itu memberikan kepada anasir-anasir revolusioner dalam masyarakat feodal yang. sedang runtuh itu suatu kemajuan yang cepat.

Sistim industri yang feodal, di mana produksi industri dimonopoli oleh gilda-gilda semata-mata, sekarang tidak lagi mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang makin bertambah dari pasar-pasar baru. Sistim manufaktur [l7] menggantikannya. Tukang-tukang-ahli didesak keluar oleh kelas tengah manufaktur; pembagian kerja di antara berbagai gabungan gilda hilang dengan lahirnya pembagian kerja di setiap bengkel pertukangan sendiri-sendiri.

Sementara itu pasar-pasar senantiasa makin meluas, kebutuhan senantiasa bertambah. Sistim manufaktur itupun tak dapat lagi mencukupi. Segera sesudah itu uap dan mesin-mesin merevolusionerkan produksi industri. Kedudukan manufaktur direbut oleh Industri Modern raksasa, kedudukan kelas tengah industri oleh milyuner-milyuner industri, pemimpin-pemimpin kesatuan-kesatuan lengkap dari tentara industri, kaum borjuis modern.

Industri modern telah menciptakan pasar dunia yang telah dibukakan jalannya dengan ditemukannya Amerika. Pasar ini telah memberikan kemajuan maha besar pada perdagangan, pada pelajaran, pada perhubungan di darat. Kemajuan ini, pada gilirannya, bereaksi terhadap meluasnya industri; dan sebanding dengan meluasnya industri, perdagangan, pelajaran, perhubungan kereta api, maka dalam perbandingan yang sama borjuasi pun maju pula, kapitalnya bertambah dan mendesak ke belakang tiap-tiap kelas peninggalan dari Zaman Tengah.

Oleh sebab itu tahulah kita, bagaimana borjuasi modern itu sendiri adalah hasil dari perjalanan perkembangan yang lama, dari suatu rangkaian revolusi-revolusi dalam cara produksi dan cara pertukaran.

Tiap langkah dalam perkembangan borjuasi diikuti oleh suatu kemajuan politik yang sesuai dari kelas itu. Suatu kelas tertindas di bawah kekuasaan bangsawan feodal, suatu perserikatan bersenjata dan memerintah sendiri dalam komune [d] pada Zaman Tengah; di satu tempat berupa republik-kota yang merdeka (seperti di Italia dan Jerman), di lain tempat berupa, "pangkat ketiga" [18] Wajib-pajak dalam monarki (seperti di Perancis), sesudah itu, dalam masa manufaktur yang sebenarnya, dengan mengabdi pada monarki setengah-feodal [19] atau absolut sebagai kekuatan imbangan terhadap kaum bangsawan, dan dalam kenyataannya, batu dasar bagi monarki-monarki besar pada umumnya, maka pada akhirnya borjuasi, sejak berdirinya Industri Modern dan pasar dunia, telah merebut untuk dirinya sendiri segenap kekuasaan politik di dalam Negara konstitusionil modern. Badan eksekutif negara modern hanyalah merupakan sebuah komite untuk mengatur urusan-urusan bersama dari seluruh borjuasi.

Borjuasi, di dalam sejarah, telah memainkan peranan yang sangat revolusioner.

Borjuasi, di mana saja ia telah dapat memperoleh kekuasaan, telah mengakhiri semua hubungan feodal patriarkal pedesaan. Ia dengan tiada kenal kasihan telah merenggut putus pertalian-pertalian feodal yang beraneka ragam yang mengikat manusia pada "atasannya yang wajar", dan tidak meninggalkan ikatan lain antar manusia dengan manusia selain daripada kepentingan sendiri semata-mata, selain daripada "pembayaran tunai" yang kejam. Ia telah menghanyutkan getaran yang paling suci dari damba keagamaan, dari gairah keksatriaan, dari sentimentalisme filistin, ke dalam air dingin perhitungan egois. Ia telah menjatukan harga diri dengan nilai-tukar, dan sebagai ganti dari kebebasan-kebebasan tak terhitung jumlahnya yang telah disahkan oleh undang-undang yang tak boleh dibatalkan itu, ia telah menetapkan satu-satunya kebebasan yang tidak berdasarkan akal - Perdagangan Bebas. Pendek kata, penghisapan yang diselimuti dengan ilusi-ilusi keagamaan dan politik digantikan olehnya dengan penghisapan yang terang-terangan, tak kenal malu, langsung, ganas.

Borjuasi telah menanggalkan anggapan mulia terhadap setiap jabatan yang selama ini dihormati dan dipuja dengan penuh ketaatan. Ia telah mengubah dokter, advokat, pendeta, penyair, sarjana menjadi buruh-upahannya yang dia bayar.

Borjuasi telah merobek dengan kekerasan selubung perasaan kekeluargaan, dan telah memerosotkannya menjadi hubungan-uang belaka.

Borjuasi telah menyingkapkan bagaimana dapat terjadinya hal bahwa pertunjukan kekuatan secara kasar dalam Zaman Tengah, yang begitu dikagumi oleh kaum reaksioner itu, mendapatkan imbangannya yang wajar dan cocok berwujud kemalasan yang paling lamban. Dialah yang pertama-tama memperlihatkan apa yang dapat dihasilkan oleh kegiatan manusia. Ia telah melahirkan keajaiban-keajaiban yang jauh melampaui piramida-piramida Mesir, saluran-saluran air Roma dan katedral-katedral Gotik; ia telah melakukan ekspedisi-ekspedisi yang sangat berlainan dibanding dengan perpindahan-perpindahan bangsa-bangsa [20] serta perang-perang salib [21] di masa dahulu.

Borjuasi tidak dapat hidup tanpa senantiasa merevolusionerkan perkakas-perkakas produksi dan karenanya merevolusionerkan hubungan-hubungan produksi, dan dengan itu semuanya merevolusionerkan segenap hubungan dalam masyarakat. Sebaliknya, mempertahankan cara-cara produksi yang lama dalam bentuknya yang tidak berubah adalah syarat pertama untuk hidup bagi segala kelas industri yang terdahulu. Senantiasa merevolusionerkan produksi, kekacauan tiada putus-putusnya dalam segala syarat.sosial, ketiadaan kepastian serta kegelisahan yang abadi itu membedakan zaman borjuasi dengan semua zaman yang terdahulu. Segala hubungan yang telah ditetapkan dan beku serta berkarat, dengan rentetannya berupa prasangka-prasangka serta pendapat-pendapat kuno yang disegani, disapu bersih, segala yang dibentuk baru menjadi usang sebelum membatu. Segala yang padat hilang larut dalam udara, segala yang suci dinodai, dan pada akhirnya manusia terpaksa menghadapi dengan hati yang tenang syarat-syarat hidupnya yang sebenarnya, dan hubungan-hubungannya dengan sesamanya.

Kebutuhan akan pasar yang senantiasa meluas untuk barang-barang hasilnya mengejar borjuasi ke seluruh muka bumi. Ia harus bersarang di mana-mana, bertempat di mana-mana, mengadakan hubungan-hubungan di mana-mana.

Melalui penghisapannya atas pasar dunia borjuasi telah memberikan sifat kosmopolitan kepada produksi dan konsumsi di tiap-tiap negeri. Kaum reaksioner merasa sedih sekali karena borjuasi telah menarik dari bawah kaki industri bumi nasional tempat ia berdiri.

Semua industri nasional yang sudah tua telah dihancurkan atau sedang dihancurkan setiap hari. Mereka digantikan oleh industri-industri baru yang pelaksanaannya menjadi jadi masalah hidup dan mati bagi semua nasion yang beradab, oleh industri yang tidak lagi mengerjakan bahan mentah dari negeri sendiri, tetapi bahan mentah yang didatangkan dari wilayah-wilayah dunia yang paling jauh letaknya, industri yang barang-barang hasilnya tidak saja dipakai di dalam negeri tetapi di setiap pelosok dunia. Sebagai pengganti kebutuhan-kebutuhan masa lampau yang dipenuhi oleh produksi negeri sendiri, kita mendapatkan kebutuhan-kebutuhan baru, yang untuk memuaskannya diperlukan hasil-hasil dari negeri-negeri serta daerah-daerah iklim yang sangat jauh letaknya. Sebagai pengganti keadaan terasing serta mencukupi-kebutuhan-sendiri secara lokal maupun nasional yang lama, kita dapati hubungan ke segala jurusan, keadaan saling-tergantung yang universal di antara nasion-nasion. Dan seperti halnya dengan produksi material, demikian jugalah keadaannya dalam hal produksi intelek. Ciptaan-ciptaan intelek dari satu-satu nasion menjadi milik bersama. Kesepihakan serta kesempitan pandangan nasional menjadi makin tidak mungkin, dan dari sejumlah besar literatur nasional dan lokal timbullah suatu literatur dunia.

Borjuasi, dengan perbaikan cepat dari segala alat produksi, dengan makin sangat dipermudahnya kesempatan menggunakan alat-alat perhubungan, menarik segala nasion, sampai yang paling biadab pun, ke dalam peradaban. Harga-harga murah dari barang dagangannya merupakan artileri berat yang dengannya ia memporak-porandakan segala tembok-tembok Tiongkok, yang dengannya ia menaklukkan kebencian berkepala batu dari kaum biadab terhadap orang-orang asing. Ia memaksa semua nasion, dengan ancaman akan musnah, cara produksi borjuis; ia memaksa mereka mengemukakan apa yang olehnya disebut peradaban itu ke tengah-tengah lingkungan mereka, yaitu, supaya mereka sendiri menjadi borjuis. Pendek kata, ia menciptakan suatu dunia menurut bayangannya sendiri.

Borjuasi menundukkan desa kepada kekuasaan kota. Ia telah menciptakan kota-kota yang hebat, telah sangat menambah penduduk kota dibanding dengan penduduk desa, dan dengan demikian telah melepaskan sebagian besar penduduk dari kedunguan kehidupan desa. Sebagaimana halnya ia telah menjadikan desa bergantung kepada kota, begitupun ia telah menjadikan negeri biadab dan setengah-biadab bergantung kepada negeri yang beradab, nasion kaum tani kepada nasion kaum borjuis, Timur kepada Barat.

Borjuasi senantiasa makin bersemangat menghapuskan keadaan terpencar-pencar dari penduduk, dari alat-alat produksi, dan dari milik. Ia telah menimbun penduduk, memusatkan alat-alat produksi, dan telah mengkonsentrasi milik ke dalam beberapa tangan. Akibat yang sudah seharusnya dari hal ini adalah pemusatan politik. Propinsi-propinsi yang merdeka atau yang mempunyai hubungan tak begitu erat dengan kepentingan-kepentingan undang-undang pemerintah dan sistim pajak yang berlain-lainan menjadi terpadu sebagai satu nasion dengan satu pemerintah, satu tata undang-undang, satu kepentingan-kelas nasional, satu perbatasan dan satu tarif pabean.

Borjuasi, selama kekuasaannya yang belum genap seratus tahun itu, telah menciptakan tenaga-tenaga produktif yang lebih teguh dan lebih besar daripada yang telah diciptakan oleh generasi-generasi yang terdahulu dijadikan satu. Ditundukkannya kekuatan-kekuatan alam kepada manusia, mesin-mesin, pelajaran kapal api, pengenaan ilmu kimia pada industri dan pertanian, jalan kereta api, pembukaan benua-benua utuh untuk tanah garapan, telegrafi listrik, penyaluran sungai sejumlah sangat besar penduduk yang dengan kekuatan sihir dikeluarkan dari dalam tanah - abad terdahulu manakah yang dapat menduga adanya tenaga-tenaga produktif yang sedemikian itu tertidur dalam pangkuan kerja masyarakat?

Jadi tahulah kita: alat-alat produksi dan alat-alat pertukaran, yang di atas dasarnya borjuasi berkembang, telah ditimbulkan di dalam masyarakat feodal. Pada suatu tingkat tertentu dalam perkembangan alat-alat produksi dan alat-alat pertukaran ini, syarat-syarat tempat masyarakat feodal menghasilkan dan mengadakan pertukaran, organisasi feodal dari pertanian dan industri manufaktur, pendek kata, hubungan-hubungan feodal dari milik menjadi tidak lagi dapat disesuaikan dengan tenaga-tenaga produktif yang sudah berkembang; mereka merupakan belenggu-belenggu yang begitu banyak; mereka harus dipatahkan, mereka memang dipatahkan.

Sebagai gantinya datanglah persaingan bebas, disertai oleh susunan sosial dan politik yang diselaraskan dengannya, dan oleh kekuasaan ekonomi dan politik dari kelas borjuis.

Suatu gerakan yang serupa sedang berlangsung di hadapan mata kepala kita sendiri. Masyarakat borjuis modern dengan hubungan-hubungan produksinya, hubungan-hubungan pertukaran, dan hubungan-hubungan miliknya, suatu masyarakat yang telah menjelmakan alat-alat produksi serta alat-alat pertukaran yang begitu raksasa, adalah seperti tukang sihir yang tidak dapat mengontrol lagi tenaga-tenaga dari alam gaib yang telah dipanggil olehnya dengan mantra-mantranya. Sudah sejak berpuluh-puluh tahun sejarah industri dan perdagangan hanyalah sejarah pemberontakan tenaga-tenaga produktif modern melawan syarat-syarat produksi modern, melawan hubungan-hubungan milik yang merupakan syarat-syarat untuk hidup bagi borjuasi dan kekuasaannya. Cukuplah untuk menyebut krisis-krisis perdagangan yang dengan terulangnya secara periodik, setiap kali lebih berbahaya, mengancam kelangsungan hidup seluruh masyarakat borjuis. Di dalam krisis-krisis ini tidak saja sebagian besar dari baranghasil-baranghasil yang ada, tetapi juga dari tenaga-tenaga produktif yang telah diciptakan terdahulu, dihancurkan secara periodik. Di dalam krisis-krisis ini berjangkitlah wabah yang di dalam zaman-zaman terdahulu akan merupakan suatu kejanggalan - wabah produksi kelebihan. Tiba-tiba masyarakat mendapatkan dirinya terlempar kembali dalam suatu keadaan kebiadaban sementara; nampaknya seakan-akan suatu kelaparan, suatu perang pembinasaan umum telah memusnahkan persediaan segala bahan-bahan keperluan hidup; industri dan perdagangan seakan-akan dihancurkan; dan mengapa? Karena terlampau banyak peradaban, terlampau banyak bahan-bahan keperluan hidup, terlampau banyak industri, terlampau banyak perdagangan. Tenaga-tenaga produktif yang tersedia bagi masyarakat tidak lagi dapat melanjutkan perkembangan syarat-syarat milik borjuis; sebaliknya, mereka telah menjadi terlampau kuat bagi syarat-syarat ini, yang membelenggu mereka, dan segera setelah mereka mengatasi rintangan belenggu-belenggu ini, mereka mendatangkan kekacauan ke dalam seluruh masyarakat borjuis, membahayakan adanya milik borjuis. Syarat-syarat masyarakat borjuis adalah terlampau sempit untuk memuat kekayaan yang diciptakan olehnya. Dan bagaimanakah borjuasi mengatasi krisis-krisis ini? Pada satu pihak, dengan memaksakan penghancuran sejumlah besar tenaga-tenaga produktif, pada pihak lain, dengan merebut pasar-pasar baru dan menghisap pasar-pasar yang lama dengan cara yang lebih sempurna. Itu artinya, dengan membukakan jalan untuk krisis-krisis yang lebih luas dan lebih merusakkan, dan mengurangi syarat-syarat yang dapat mencegah krisis-krisis itu.

Senjata-senjata yang digunakan oleh borjuasi untuk menumbangkan feodalisme sekarang berbalik kepada borjuasi itu sendiri.

Tetapi tidak saja borjuasi itu menempa senjata-senjata yang mendatangkan mautnya sendiri; ia juga telah melahirkan manusia-manusia yang akan menggunakan senjata-senjata itu - kelas buruh modern - kaum proletar.

Dibandingkan dengan berkembangnya borjuasi, artinya, kapital, maka dalam derajat yang itu juga proletariat, kelas buruh modern, telah berkembang - suatu kelas kaum pekerja yang hanya hidup selama mereka mendapat pekerjaan, dan hanya mendapat pekerjaan selama kerja mereka memperbesar kapital. Kaum pekerja ini yang harus menjual dirinya sepotong-sepotong, adalah suatu barang dagangan seperti semua barang dagangan lainnya, dan karenanya diserahkan mentah-mentah kepada segala perubahan dalam persaingan, kepada segala perguncangan pasar.

Disebabkan oleh pemakaian mesin-mesin secara luas dan karena pembagian kerja, hilanglah segala sifat perseorangan dari pekerjaan kaum proletar, dan karena itu hilanglah segala kegairahan bagi si buruh. Ia semata-mata menjadi lampiran-tambahan dari mesin dan hanyalah kecakapan yang paling sederhana, paling menjemukan dan paling mudah didapat, yang dibutuhkan dari dia. Dari itu, biaya produksi dari seorang buruh terbatas hampir semata-mata pada bahan-bahan keperluan hidup yang diperlukan untuk hidupnya dan untuk pembiakan jenisnya. Tetapi harga sesuatu barang dagangan, dan oleh sebab itu juga harga kerja, [22] adalah sama dengan biaya produksinya. Oleh sebab itu sederajat dengan makin tidak menyenangkannya kerja itu, maka turunlah upahnya. Bahkan lebih dari itu, dalam derajat sebagaimana pemakaian mesin-mesin dan pembagian kerja bertambah, dalam derajat yang itu juga beban kerja bertambah, baik dengan memperpanjang jam kerja, dengan menambah banyaknya pekerjaan dalam waktu yang tertentu atau dengan mempertinggi kecepatan mesin-mesin, dsb.

Industri modern telah mengubah bengkel kecil kepunyaan majikan patriarkal menjadi pabrik besar kepunyaan kapitalis industri. Massa kaum buruh yang dikumpulkan dalam pabrik diorganisasi seperti serdadu. Sebagai serdadu biasa dari tentara industri mereka diatur di bawah perintah suatu susunan-kepangkatan yang rapi terdiri dari opsir-opsir dan sersan-sersan. Mereka itu tidak hanya menjadi budak kelas borjuis dan budak negara borjuis saja; mereka itu setiap hari dan setiap jam diperbudak oleh mesin-mesin, oleh mandor-mandor, dan terutama sekali oleh tuan pabrik borjuis orang-seorang itu sendiri. Semakin terang-terangan kelaliman ini menyatakan keuntungan sebagai tujuan dan maksudnya, semakin keji, semakin membencikan dan semakin memarahkanlah dia itu.

Semakin kurang kecakapan dan kurang pemakaian kekuatan yang diperlukan dalam kerja badan, dengan kata-kata lain, semakin industri modern menjadi sempurna, semakin banyak kerja kaum pria yang digantikan oleh kerja kaum wanita. Perbedaan umur dan perbedaan jenis kelamin tidak lagi mempunyai sesuatu arti kemasyarakatan yang penting bagi kelas buruh. Semuanya adalah perkakas kerja, kurang atau lebih mahalnya untuk dipakai, bergantung pada umur dan jenis kelamin mereka.

Jika penghisapan atas pekerja oleh pengusaha sudah sampai sedemikian jauhnya sehingga ia menerima upahnya dengan tunai, maka diterkamlah ia oleh bagian-bagian lain dari borjuasi, tuan tanah, tuan toko, pemilik pegadaian, dsb.

Lapisan rendahan dari kelas tengah - kaum pengusaha kecil, tuan toko dan tukang riba [23] umumnya, kaum pekerja-tangan dan kaum tani - semua ini berangsur-angsur jatuh menjadi proletariat, sebagian oleh karena kapitalnya yang kecil tidak cukup untuk menjalankan industri besar dan menderita kekalahan dalam persaingan dengan kaum kapitalis besar, sebagian oleh karena keahlian mereka menjadi tidak berharga untuk cara-cara produksi yang baru. Begitulah proletariat terjadi dari segala kelas penduduk.

Proletariat melalui berbagai tingkat perkembangan. Bersamaan dengan lahirnya, mulailah perjuangannya terhadap borjuasi. Mula-mula perjuangan itu dilakukan oleh kaum buruh orang-seorang, kemudian oleh buruh suatu pabrik, kemudian oleh buruh dari satu macam perusahaan di satu tempat melawan borjuis orang-seorang yang langsung menghisap mereka. Mereka tidak mengerahkan serangan-serangannya terhadap syarat-syarat produksi borjuis, tetapi terhadap perkakas-perkakas produksi itu sendiri; mereka merusakkan barang-barang impor yang menyaingi kerja mereka, mereka menghancurkan mesin-mesin, mereka membakar pabrik-pabrik, mereka mencoba mengembalikan dengan paksa kedudukan pekerja dari Zaman Tengah [24] yang telah hilang itu.

Pada tingkat tersebut kaum buruh merupakan suatu massa yang lepas tersebar di seluruh negeri dan terpecah belah oleh persaingan di kalangan mereka sendiri. Jika di sesuatu tempat mereka bersatu membentuk badan-badan yang lebih erat terhimpun, ini belumlah akibat dari persatuan yang aktif dari mereka sendiri, tetapi dari persatuan borjuasi, kelas yang untuk mencapai tujuan politiknya sendiri terpaksa menggerakkan seluruh proletariat, tambahan pula karena untuk sementara waktu mereka masih dapat berbuat demikian. Oleh karena itu, pada tingkat tersebut kaum proletar tidak melawan musuh-musuhnya, tetapi musuh-musuh dari musuh mereka, yaitu sisa-sisa monarki absolut, kaum pemilik tanah, borjuis bukan-industri, borjuasi kecil. Dengan demikian seluruh gerakan yang bersejarah itu berpusat di dalam tangan borjuasi; tiap-tiap kemenangan yang dicapai dengan cara demikian adalah kemenangan bagi borjuasi.

Tetapi dengan berkembangnya industri, proletariat tidak saja bertambah jumlahnya; ia menjadi terkonsentrasi di dalam massa yang lebih besar, kekuatannya bertambah besar dan ia semakin merasakan kekuatan itu. Kepentingan-kepentingan dan syarat-syarat hidup yang bermacam ragam di dalam barisan proletariat semakin lama semakin menjadi sama, sederajat dengan dihapuskannya segala perbedaan kerja oleh mesin-mesin dan dengan diturunkannya upah hampir di mana-mana sampai pada tingkat yang sama rendahnya. Persaingan yang semakin menjadi di kalangan kaum borjuis dan krisis-krisis perdagangan yang diakibatkannya, menyebabkan upah kaum buruh senantiasa berguncang. Perbaikan mesin-mesin yang tidak henti-hentinya itu senantiasa berkembang dengan lebih cepat, menyebabkan penghidupan mereka makin lama makin tidak tentu; bentrokan-bentrokan antara buruh orang-seorang dengan borjuis orang-seorang makin lama makin bersifat bentrokan-bentrokan antara dua kelas. Sesudah itu kaum buruh mulai membentuk perkumpulan-perkumpulan menentang kaum borjuis; mereka berhimpun untuk mempertahankan upah-kerja mereka; mereka mendirikan perserikatan-perserikatan yang tetap untuk mempersiapkan diri guna perlawanan yang sewaktu-waktu ini. Di sana-sini perjuangan itu meletus menjadi huru-hara.

Kadang-kadang kaum buruh memperoleh kemenangan, tetapi hanya untuk sementara waktu. Buah yang sebenarnya dari perjuangan mereka tidak terletak pada hasil yang langsung, tetapi pada senantiasa makin meluasnya persatuan kaum buruh. Persatuan ini dibantu terus oleh kemajuan-kemajuan alat-alat perhubungan yang dibuat oleh industri modern dan yang membawa kaum buruh dari berbagai daerah berhubungan satu dengan yang lain. Justru perhubungan inilah yang diperlukan untuk memusatkan perjuangan-perjuangan lokal yang banyak itu, yang kesemuanya mempunyai sifat yang sama, menjadi satu perjuangan nasional antara kelas-kelas. Tetapi tiap perjuangan kelas adalah suatu perjuangan politik. Dan persatuan ini, yang untuk mencapainya, wargakota pada Zaman Tengah dengan jalan-jalan mereka yang sangat buruk memerlukan waktu yang berabad-abad lamanya, berkat adanya jalan-jalan kereta api, dicapai oleh kaum proletar modern dalam beberapa tahun saja.

Terorganisasinya kaum proletar menjadi kelas ini, dan dengan sendirinya menjadi partai politik, senantiasa dirusak kembali oleh persaingan di antara kaum buruh sendiri. Tetapi ia selalu bangun kembali, lebih kuat, lebih teguh, lebih perkasa. la memaksakan pengakuan berdasarkan undang-udang atas kepentingan-kepentingan tertentu dari kaum buruh dengan jalan menggunakan perpecahan di dalam kalangan borjuasi sendiri. Maka lahirlah undang-undang sepuluh-jam di Inggris.

Kesimpulannya ialah bahwa bentrokan-bentrokan antara kelas-kelas di dalam masyarakat lama, dengan berbagai cara, mendorong maju perkembangan proletariat. Borjuasi terlibat dalam perjuangan yang terus-menerus. Mula-mula dengan aristokrasi; kemudian dengan bagian-bagian dari borjuasi itu sendiri yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang bertentangan dengan kemajuan industri; dan selamanya dengan borjuasi negeri-negeri asing semuanya. Di dalam segala perjuangan ini ia merasa terpaksa berseru kepada proletariat, meminta bantuannya, dan dengan begitu menarik proletariat ke dalam gelanggang politik. Oleh karena itu, borjuasi itu sendiri membekali proletariat dengan anasir-anasir politik dan pendidikan-umumnya sendiri, dengan perkataan lain, ia melengkapi proletariat itu dengan senjata-senjata untuk melawan borjuasi.

Selanjutnya, sebagaimana yang telah kita ketahui, golongan-golongan keseluruhan dari kelas yang berkuasa, dengan majunja industri, tercampak ke dalam proletariat, atau setidak-tidaknya terancam di dalam syarat-syarat mereka untuk hidup. Hal ini juga memberikan kepada proletariat anasir-anasir kesadaran dan kemajuan yang segar.

Akhirnya, dalam waktu ketika perjuangan kelas mendekati saat yang menentukan, proses kehancuran yang berlaku di dalam kelas yang berkuasa, pada hakekatnya di dalam seluruh masyarakat lama seutuhnya, mencapai watak yang demikian keras dan tegasnya, sehingga segolongan kecil dari kelas yang berkuasa memutuskan hubungannya dan menyatukan diri dengan kelas yang revolusioner, kelas yang memegang hari depan di dalam tangannya. Oleh karena itu, sama seperti ketika zaman terdahulu, segolongan dari kaum bangsawan memihak kepada borjuasi, maka sekarang segolongan dari borjuasi memihak kepada proletariat, dan terutama segolongan dari kaum ideologis borjuis yang telah mengangkat dirinya sampai pada taraf memahami secara teori gerakan yang bersejarah itu sebagai keseluruhan.

Dari semua kelas yang sekarang berdiri berhadap-hadapan dengan borjuasi, hanya proletariatlah satu-satunya kelas yang betul-betul revolusioner. Kelas-kelas lainnya melapuk dan akhimya lenyap ditelan industri besar, hanya proletariatlah yang menjadi hasilnya yang istimewa dan yang hakiki.

Kelas tengah rendahan, tuan pabrik kecil, tuan toko, tukang, petani, semuanya ini, berjuang melawan borjuasi, untuk menyelamatkan hidup mereka sebagai golongan dari kelas tengah hindar dari kemusnahan. Oleh karena itu mereka tidak revolusioner, tetapi konservatif. Bahkan lebih dari itu, mereka itu reaksioner, karena mereka mencoba memutar kembali roda sejarah. Jika secara kebetulan mereka itu revolusioner, maka mereka berlaku demikian itu hanyalah karena melihat akan bahaya mendekat berupa kepindahan mereka ke dalam proletariat, jadi mereka tidak membela kepentingan-kepentingannya yang sekarang, tetapi kepentingan-kepentingannya di masa datang, mereka meninggalkan pendiriannya sendiri untuk menempatkan dirinya pada pendirian proletariat.

Proletariat-gelandangan [25], massa yang membusuk secara pasif dari kalangan lapisan-lapisan terendah masyarakat lama, di sana-sini terseret ke dalam gerakan oleh suatu revolusi proletar; akan tetapi syarat-syarat hidupnya, menjadikan dia lebih condong untuk melakukan peranan sebagai perkakas yang disuap untuk mengadakan huru-hara reaksioner.

Syarat-syarat hidup masyarakat lama sudah dihancurkan di dalam syarat-syarat hidup proletariat. Proletar tidak mempunyai milik; hubungannya dengan isteri dan anak tidak ada lagi persamaannya dengan hubungan keluarga borjuasi; kerja industri modern, penundukan modern di bawah kapital, yang sama saja baik di Inggris maupun di Perancis, di Amerika maupun di Jerman, telah menghilangkan segala bekas watak nasional daripadanya. Undang-undang moral, agama, baginya adalah sama dengan segala prasangka borjuis, yang di belakangnya bersembunyi segala macam kepentingan-kepentingan borjuis.

Semua kelas terdahulu yang memperoleh kekuasaan, berusaha memperkuat kedudukan yang telah diperolehnya dengan menundukkan masyarakat dalam keseluruhannya kepada syarat-syarat pemilikan mereka. Kaum proletar tidak dapat menjadi tuan atas tenaga-tenaga produktif dalam masyarakat, kecuali dengan menghapuskan cara pemilikan mereka sendiri yang terdahulu atas tenaga-tenaga produktif, dan dengan begitu menghapuskan juga segala cara pemilikan lain yang terdahulu. Mereka tidak mempunyai sesuatu pun yang harus dilindungi dan dipertahankan, tugas mereka ialah menghancurkan segala perlindungan dan jaminan yang terdahulu atas milik perseorangan.

Semua gerakan sejarah yang terdahulu adalah gerakan dari minoritet-minoritet, atau untuk kepentingan minoritet-minoritet. Gerakan proletar adalah gerakan yang sadar-diri dan berdiri sendiri dari mayoritet yang melimpah, untuk kepentingan mayoritet yang melimpah. Proletariat, lapisan yang paling rendah dari masyarakat kita sekarang, tidak dapat bergerak, tidak dapat mengangkat dirinya ke atas, tanpa hancur luluhnya seluruh lapisan atas dari masyarakat yang resmi.

Walaupun tidak dalam isinya tetapi dalam bentuknya, perjuangan proletariat dengan borjuasi adalah mula-mula suatu perjuangan nasional. Proletariat di masing-masing negeri tentu saja pertama-tama harus membuat perhitungan dengan borjuasinya sendiri.

Dalam melukiskan fase-fase yang paling umum dari perkembangan proletariat, kita turuti jejak peperangan dalam negeri, yang lebih atau kurang tersembunyi yang bergolak di dalam masyarakat yang ada, sampai pada titik di mana peperangan itu meletus menjadi revolusi terang-terangan, dan di mana penggulingan borjuasi dengan kekerasan meletakkan landasan bagi kekuasaan proletariat.

Hingga kini, sebagaimana yang telah kita ketahui, segala bentuk masyarakat telah didasarkan atas antagonisme antara kelas-kelas yang menindas dengan kelas-kelas yang tertindas. Tetapi untuk dapat menindas suatu kelas, haruslah dijamin syarat-syarat tertentu untuknya di mana ia setidak-tidaknya dapat melanjutkan hidupnya sebagai budak. Si hamba, dalam zaman perhambaan, meningkatkan dirinya menjadi anggota komune, seperti juga halnya dengan si borjuis kecil, di bawah tindakan absolutisme feodal, mengembangkan dirinya menjadi borjuis. Sebaliknya, buruh modern bukannya terangkat naik dengan adanya kemajuan industri, tetapi bahkan senantiasa makin jatuh merosot di bawah syarat-syarat hidup kelasnya sendiri. Ia menjadi orang melarat dan kemelaratan berkembang lebih cepat daripada penduduk dan kekayaan. Dan di sinilah menjadi terang, bahwa borjuasi tidak pada tempatnya lagi untuk menjadi kelas yang berkuasa di dalam masyarakat, dan tidak mampu lagi untuk memaksakan syarat-syarat hidupnya kepada masyarakat sebagai undang-undang yang menentukan. Ia tidak cakap memerintah karena ia tidak mampu menjamin penghidupan bagi budaknya di dalam rangka perbudakannya itu, karena ia terpaksa membiarkan budaknya tenggelam ke dalam keadaan yang sedemikian rupa sehingga ia harus memberi makan kepada budaknya, dan bukannya ia diberi makan oleh budaknya. Masyarakat tidak dapat lagi hidup di bawah borjuasi ini, dengan perkataan lain, adanya borjuasi tidak dapat didamaikan lagi dengan masyarakat.

Syarat terpokok untuk hidupnya, dan berkuasanya kelas borjuis, adalah terbentuknya dan bertambah besarnya kapital; syarat untuk kapital ialah kerja-upahan. Kerja-upahan semata-mata bersandar pada persaingan di antara kaum buruh sendiri. Kemajuan industri, yang pendorongnya dengan tak sengaja adalah borjuasi, menggantikan terpencilnya kaum buruh, yang disebabkan oleh persaingan, dengan tergabungnya mereka secara revolusioner, yang diperoleh karena perserikatan. Perkembangan industri besar, karenanya, merenggut dari bawah kaki borjuasi landasan itu sendiri yang di atasnya borjuasi menghasilkan dan memiliki hasil-hasil. Oleh sebab itu, apa yang dihasilkan oleh borjuasi ialah, terutama sekali, penggali-penggali liang kuburnya sendiri. Keruntuhan borjuasi dan kemenangan proletariat adalah sama-sama tidak dapat dielakkan lagi.

  

II. KAUM PROLETAR DAN KAUM KOMUNIS

Bagaimanakah hubungan antara kaum Komunis dengan kaum proletar umumnya ?

Kaum Komunis tidak merupakan suatu partai tersendiri yang bertentangan dengan partai-partai kelas buruh lainnya. Mereka tidak mempunyai kepentingan-kepentingan tersendiri dan terpisah dari kepentingan-kepentingan proletariat sebagai keseluruhan.

Mereka tidak mengadakan prinsip-prinsip sendiri yang sektaris, yang hendak dijadikan pola bagi gerakan proletar.

Kaum Komunis dibandingkan dengan partai-partai kelas buruh lainnya berbeda hanyalah karena hal ini :

Di dalam perjuangan nasional dari kaum proletar di berbagai negeri, mereka menunjukkan serta mengedepankan kepentingan-kepentingan bersama dari seluruh proletariat, terlepas dari segala nasionalitet.

Pada berbagai tingkat perkembangan yang harus dilalui oleh perjuangan kelas buruh melawan borjuasi, mereka senantiasa dan di mana saja mewakili kepentingan-kepentingan gerakan itu sebagai keseluruhan.

Oleh sebab itu kaum Komunis, pada satu pihak, pada prakteknya adalah bagian yang paling maju dan teguh hati dari partai-partai kelas buruh di setiap negeri, bagian yang mendorong maju semua bagian lain-lainnya; pada pihak lain, secara teori mereka mempunyai kelebihan atas massa proletariat yang besar itu dalam pengertian tentang garis perjalanan, syarat-syarat, dan hasil-hasil umum terakhir dari gerakan proletar.

Tujuan terdekat dari kaum Komunis adalah sama dengan tujuan semua partai proletar lain-lainnya : pembentukan proletariat menjadi suatu kelas, penggulingan kekuasaan borjuasi, perebutan kekuasaan politik oleh proletariat.

Kesimpulan-kesimpulan secara teori dari kaum Komunis sama sekali bukanlah berdasar pada pikiran-pikiran atau prinsip-prinsip yang telah diciptakan, atau yang ditemukan oleh salah seorang pembaharu-dunia.

Kesimpulan-kesimpulan itu hanya menyatakan semata-mata, secara umum, hubungan-hubungan yang sebenarnya yang timbul dari suatu perjuangan kelas yang sedang berlaku, dari suatu gerakan sejarah yang sedang berjalan di depan mata kita. Penghapusan hubungan-hubungan milik yang ada sekarang sama sekali bukanlah suatu ciri yang istimewa dari Komunisme.

Segala hubungan milik di masa lampau senantiasa tunduk pada perubahan kesejarahan yang diakibatkan oleh perubahan syarat-syarat sejarah.

Revolusi Perancis misalnya, menghapuskan milik feodal untuk memberi tempat kepada milik borjuis.[26]

Ciri istimewa Komunisme - bukanlah penghapusan milik pada umumnya, tetapi penghapusan milik borjuis. Tetapi milik perseorangan borjuis modern adalah pernyataan terakhir dan paling sempurna dari sistim menghasilkan dan memiliki hasil-hasil yang didasarkan pada antagonisme-antagonisme kelas, pada penghisapan terhadap yang banyak oleh yang sedikit.

Dalam artian ini, teori kaum Komunis dapatlah diikhtisarkan dalam satu kalimat saja: Penghapusan milik perseorangan.

Kita kaum Komunis telah dimaki bahwa kita ingin menghapuskan hak atas milik yang diperdapat seseorang sebagai hasil kerja orang itu sendiri, milik yang dianggap sebagai dasar dari semua kemerdekaan, kegiatan dan kebebasan seseorang.

Milik yang diperoleh dengan membanting tulang, yang direbut sendiri, yang dicari sendiri secara halal! Apakah yang tuan maksudkan itu milik si tukang kecil, milik si tani kecil, suatu bentuk milik yang mendahului bentuk milik borjuis ? Itu tidak perlu dihapuskan; perkembangan industri telah menghancurkannya banyak sekali, dan masih terus menghancurkannya setiap harinya.

Ataukah yang tuan maksudkan itu milik perseorangan borjuis modern ?

Tetapi adakah kerja-upahan, kerja si proletar, mendatangkan sesuatu milik untuk dia? Sama sekali tidak. Ia menciptakan kapital, yaitu semacam milik yang menghisap kerja-upahan, dan yang tidak dapat bertambah besar kecuali dengan syarat bahwa ia menghasilkan kerja-upahan baru untuk penghisapan baru. Milik dalam bentuknya yang sekarang ini adalah didasarkan pada antagonisme antara kapital dengan kerja-upahan. Marilah kita periksa kedua belah segi dari antagonisme ini.

Untuk menjadi seorang kapitalis, orang tidak saja harus mempunjai kedudukan perseorangan semata-mata, tetapi kedudukan sosial dalam produksi. Kapital adalah suatu hasil kolektif, dan ia hanya dapat digerakkan oleh tindakan bersama dari banyak anggota, malahan lebih dari itu, pada tingkatan terakhir, ia hanya dapat digerakkan oleh tindakan bersama dari semua anggota masyarakat.

Oleh karena itu kapital bukanlah suatu kekuasaan pribadi, ia adalah suatu kekuasaan sosial.

Jadi, jika kapital itu dijadikan milik bersama, menjadi milik semua anggota masyarakat, dengan itu milik pribadi tidak diubah menjadi milik sosial. Hanyalah watak sosial milik yang diubah. Watak kelasnya hilang.

Marilah kita sekarang bicara tentang kerja-upahan.

Harga rata-rata dari kerja-upahan ialah upah minimum, yaitu jumlah bahan-bahan keperluan hidup yang mutlak diperlukan untuk mempertahankan buruh sebagai seorang buruh dalam hidup sekedarnya. Oleh karena itu, apa yang telah dimiliki oleh buruh-upahan berkat kerjanya, hanyalah cukup untuk memperpanjang dan melanjutkan lagi hidup yang sekedarnya itu. Kita sekali-kali tidak bermaksud untuk menghapuskan pemilikan pribadi atas hasil-hasil kerja ini, pemilikan yang digunakan untuk mempertahankan dan melanjutkan lagi hidup biasa sebagai Manusia, dan yang tidak menyisakan kelebihan yang dapat digunakan untuk menguasai kerja orang-orang lain. Yang hendak kita hapuskan hanyalah watak celaka dari pemilikan ini, di mana buruh hidup hanya untuk memperbesar kapital belaka, dan dibolehkan hidup hanya selama kepentingan kelas yang berkuasa memerlukannya.

Di dalam masyarakat borjuis, kerja yang hidup ini hanyalah suatu alat untuk memperbanyak kerja yang telah tertimbun. Di dalam masyarakat Komunis, kerja yang tertimbun itu hanyalah suatu alat untuk memperluas, memperkaya, memajukan kehidupan buruh.

Di dalam masyarakat borjuis, karenanya, masa lampau menguasai masa kini; di dalam masyarakat Komunis, masa kini menguasai masa lampau. Di dalam masyarakat borjuis, kapital adalah bebas merdeka dan mempunyai kepribadian, sedang manusia yang bekerja tidak bebas dan tidak mempunyai kepribadian.

Dan penghapusan keadaan begini ini dikatakan oleh kaum borjuis, penghapusan kepribadian dan kemerdekaan! Dan memang begitu. Penghapusan kepribadian borjuis, penghapusan kebebasan borjuis dan kemerdekaan borjuis itulah yang memang dituju.

Dengan kemerdekaan diartikan, di bawah syarat-syarat produksi borjuis sekarang ini, perdagangan bebas, penjualan dan pembelian bebas.

Tetapi jika penjualan dan pembelian itu lenyap, penjualan dan pembelian bebas itupun lenyap juga.

Obrolan tentang penjualan dan pembelian bebas ini, dan segala "kata-kata gagah" lainnya dari borjuasi mengenai kemerdekaan pada umumnya, mempunyai arti, jika ada, hanya jika dibandingkan dengan penjualan dan pembelian terbatas, dengan pedagang-pedagang terbelenggu dari Zaman Tengah, tetapi tidak mempunyai arti jika dipertentangkan dengan penghapusan secara Komunis atas penjualan dan pembelian, atas cara produksi borjuis, dan atas borjuasi itu sendiri.

Tuan merasa ngeri karena maksud kami untuk menghapuskan milik perseorangan. Tetapi di dalam rnasyarakat tuan yang ada sekarang ini, milik perseorangan sudah dihapuskan bagi sembilan persepuluh dari penduduk; ia ada pada beberapa orang justru karena ia tidak ada pada mereka yang sembilan persepuluh itu. Jadi tuan memaki kami karena kami bermaksud menghapuskan suatu bentuk milik, yang untuk adanya diperlukan syarat berupa tidak adanya suatu milik apa pun bagi mayoritet melimpah dari masyarakat.

Pendek kata, tuan memaki kami bahwa kami bermaksud menghapuskan milik tuan. Memang begitu, itulah justru yang kami maksudkan.

Sejak dari saat ketika kerja tidak lagi dapat dijadikan kapital, uang, atau sewa, [27] dijadikan suatu kekuasaan sosial yang dapat dimonopolisasi, artinya, sejak dari saat ketika milik pribadi tidak dapat lagi dijadikan milik borjuis, dijadikan kapital, sejak dari saat itu, tuan katakan, kepribadian telah hilang.

Maka itu tuan harus mengakui bahwa yang tuan maksudkan dengan pribadi adalah tidak lain daripada seorang borjuis, seorang pemilik borjuis. Orang ini memang harus disapu bersih dan tidak diberi kemungkinan untuk hidup.

Komunisme tidak menghapuskan kekuasaan seseorang untuk memiliki hasil-hasil masyarakat; apa yang dilakukannya hanyalah merampas kekuasaan seseorang untuk menjadikan kerja orang lain takluk kepadanya dengan cara pemilikan semacam itu.

Orang telah mengemukakan keberatan bahwa dengan penghapusan milik perseorangan akan berhentilah semua pekerjaan, dan kemalasan umum akan merajalela.

Menurut pendapat ini, masyarakat borjuis tentunya sudah lama lenyap karena kemalasan semata-mata; karena mereka dari anggota-anggotanya yang bekerja, tidak mendapat apa-apa, dan mereka yang mendapat sesuatu, tidak bekerja. Seluruh keberatan ini hanyalah ungkapan lain dari kata-kata yang sama artinya: tak ada lagi kerja-upahan apabila tak ada lagi kapital.

Semua keberatan yang dikemukakan terhadap cara menghasilkan dan memiliki hasil-hasil material secara Komunis telah dikemukakan juga terhadap cara menghasilkan dan memiliki hasil-hasil intelek secara Komunis. Justru karena bagi kaum borjuis itu, lenyapnya milik kelas berarti lenyapnya produksi itu sendiri, maka lenyapnya kebudayaan kelas baginya berarti juga lenyapnya semua kebudayaan.

Kebudayaan itu, yang hilangnya sangat ditangisi olehnya, bagi golongan terbanyak yang melimpah hanyalah berarti bahwa mereka itu dijadikan mesin.

Tetapi janganlah ribut bertengkar dengan kami selama terhadap penghapusan milik borjuis yang kami maksudkan itu tuan mengenakan ukuran anggapan-anggapan borjuis tuan tentang kemerdekaan, kebudayaan, hukum, dsb. Pikiran-pikiran tuan itu justru adalah tidak lain daripada buah yang dihasilkan oleh syarat-syarat produksi borjuis dan milik borjuis tuan, tepat seperti halnya dengan ilmu hukum tuan adalah tidak lain daripada kemauan kelas tuan yang dijadikan undang-undang untuk semua, suatu kemauan, yang tujuan serta wataknya yang hakiki ditentukan oleh syarat-syarat hidup ekonomi kelas tuan.

Anggapan egoistis yang menyebabkan tuan mengubah bentuk-bentuk sosial yang timbul, dari cara produksi dan bentuk milik tuan sekarang ini--hubungan-hubungan kesejarahan yang timbul dan lenyap selama gerak maju produksi--menjadi hukum alam dan hukum akal yang abadi, anggapan ini sama dengan anggapan semua kelas berkuasa yang telah mendahului tuan. Apa yang sudah jelas tuan ketahui tentang milik kuno [28], apa yang sudah tuan akui tentang milik feodal, tentu saja akan terlarang bagi tuan untuk mengakui tentang bentuk milik borjuis tuan sendiri.

Penghapusan keluarga! Orang yang paling radikal pun akan naik darah karena maksud keji kaum Komunis ini.

Didasarkan atas landasan apakah keluarga sekarang, keluarga borjuis itu? Atas kapital, atas hasil pendapatan perseorangan. Dalam bentuknya yang berkembang sempurna keluarga semacam ini terdapat hanya di kalangan borjuasi saja. Tetapi keadaan ini mempunyai pelengkapnya berupa ketiadaan keluarga yang terpaksa di kalangan kaum proletar, dan berupa pelacuran umum.

Keluarga borjuis akan lenyap dengan sendirinya apabila pelengkapnya lenyap, dan kedua-duanya akan lenyap bersama dengan lenyapnya kapital.

Apakah tuan menuduh kami hendak menghentikan penghisapan anak-anak oleh orang tuanya? Kami mengakui kejahatan ini.

Tetapi, tuan akan berkata, kami menghancurkan hubungan-hubungan yang paling mesra, karena kami mengganti pendidikan rumah dengan pendidikan sosial.

Dan apakah pendidikan tuan tidak juga ditentukan oleh masyarakat? Oleh hubungan-hubungan sosial, yang di bawah syarat-syaratnya tuan mendidik, oleh campur tangan langsung, atau tidak langsung dari masyarakat dengan perantaraan sekolah-sekolah, dsb.? Kaum Komunis tidak menciptakan campur tangan masyarakat dalam pendidikan; mereka hanya berusaha untuk mengubah watak campur tangan itu, dan untuk menyelamatkan pendidikan agar hindar dari pengaruh kelas yang berkuasa.

Obrolan borjuis tentang keluarga dan pendidikan, tentang ikatan mesra antara ibu-bapak dengan anak, menjadi makin memuakkan, seiring dengan, karena akibat industri besar, makin terputusnya segala ikatan keluarga di kalangan kaum proletar, dan makin terubahnya anak-anak mereka menjadi barang dagangan biasa dan perkakas kerja.

Tetapi kalian kaum Komunis hendak melakukan hak bersama atas kaum wanita, teriak seluruh borjuasi dengan serentak.

Borjuis memandang isterinya hanya sebagai suatu perkakas produksi belaka. Ia mendengar bahwa perkakas-perkakas produksi akan digunakan bersama, dan tentu saja tidak akan sampai pada kesimpulan lain kecuali bahwa nasib dipergunakan bersama itu akan menimpa pula kaum wanita.

Ia sama sekali tidak mempunyai dugaan bahwa sasaran sebenarnya yang dituju ialah justru menghapuskan kedudukan kaum wanita sebagai perkakas produksi semata-mata.

Lain daripada itu tak ada lagi yang lebih menggelikan daripada kegusaran borjuis kita terhadap apa yang mereka namakan hak-bersama atas kaum wanita yang secara resmi berlaku di kalangan kaum Komunis. Kaum Komunis tidak perlu melakukan hak-bersama atas kaum wanita; hal ini telah ada hampir sepanjang segala zaman.

Borjuis kita tidak puas dengan hal bahwa untuk mereka ada tersedia isteri-isteri dan anak-anak gadis kaum proletar, belum lagi pelacur-pelacur biasa, sangat gemar saling menggoda isteri-isteri yang satu dengan lainnya di kalangan mereka sendiri.

Dalam kenyataannya perkawinan borjuis adalah suatu sistim isteri-isteri untuk bersama. Kaum Komunis paling banyak hanyalah dapat dituduh bahwa mereka hendak melakukan hak-bersama atas kaum wanita secara sah dan terang-terangan, untuk mengganti yang tersembunyi secara munafik. Lain daripada itu, teranglah dengan sendirinya bahwa hapusnya sistim produksi yang sekarang ini tentu mengakibatkan pula hapusnya hak-bersama atas kaum wanita yang timbul dari sistim tersebut, ialah hapusnya pelacuran baik yang resmi maupun yang tidak resmi.

Selanjutnya kaum Komunis dituduh hendak menghapuskan tanah air dan nasionalitet.

Kaum buruh tidak mempunyai tanah air. Kita tidak dapat mengambil dari mereka apa yang tidak ada pada mereka. Karena proletariat pertama sekali harus merebut kekuasaan politik, harus mengangkat dirinya menjadi kelas yang memimpin dari nasion, harus mewujudkan dirinya sebagai nasion, maka sejauh itu ia bersifat nasional, biarpun tidak dalam arti kata menurut borjuasi.

Perselisihan-perselisihan dan antagonisme-antagonisme nasional antara bangsa-bangsa makin lama makin menghilang, disebabkan oleh perkembangan borjuasi, oleh kemerdekaan berdagang, oleh pasar dunia, oleh keseragaman dalam cara produksi dan dalam syarat-syarat hidup yang selaras dengan itu.

Kekuasaan proletariat akan lebih mempercepat hilangnya itu semua. Aksi yang bersatu, paling tidak dari negeri-negeri yang beradab, adalah salah satu syarat utama untuk pembebasan proletariat.

Sederajat dengan dihapuskannya penghisapan atas seseorang oleh orang lainnya, dihapuskan jugalah penghisapan atas suatu nasion oleh nasion lainnya. Sederajat dengan hilangnya antagonisme antara kelas-kelas dalam suatu nasion, berakhir jugalah permusuhan suatu nasion terhadap nasion lainnya.

Tuduhan-tuduhan terhadap Komunisme yang didasarkan pada pendirian agama, filsafat dan, pada umumnya, pendirian ideologi tidaklah perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh.

Apakah diperlukan penglihatan yang dalam, untuk memahami bahwa pikiran, pandangan dan pengertian manusia, pendek kata, kesadaran manusia, berubah dengan tiap-tiap perubahan dalam syarat-syarat hidup materilnya, dalam hubungan-hubungan sosialnya dan dalam kehidupan sosialnya?

Hal lain apakah yang dibuktikan oleh sejarah pikiran, kecuali bahwa produksi intelek mengubah wataknya sederajat dengan hal bahwa produksi materil telah berubah? Pikiran-pikiran yang menguasai dalam tiap-tiap zaman adalah senantiasa pikiran-pikiran kelas yang berkuasa.

Apabila orang berbicara tentang pikiran-pikiran yang merevolusionerkan masyarakat, ia tidak lain hanyalah, mengungkapkan kenyataan, bahwa di dalam masyarakat lama, anasir-anasir dari suatu masyarakat baru telah diciptakan, dan bahwa leburnya pikiran-pikiran lama berjalan dengan langkah-langkah yang sama dengan leburnya syarat-syarat hidup yang lama.

Ketika dunia kuno sedang mendekati ajalnya, agama-agama kuno ditaklukkan oleh agama Kristen. Ketika pikiran-pikiran Kristen dalam abad ke-18 tunduk pada pikiran-pikiran rasionil, masyarakat feodal melakukan perjuangan mautnya melawan borjuasi yang ketika itu revolusioner. Pikiran-pikiran tentang kebebasan beragama dan kemerdekaan menganut suara hati, hanyalah mengungkapkan adanya kekuasaan persaingan bebas di dalam bidang pengetahuan.

"Tak dapat disangkal lagi," demikian orang akan berkata, pikiran-pikiran bersendikan agama, moral, filsafat, hukum, dsb. telah berubah dalam perjalanan perkembangan sejarah. Tetapi agama, moral, filsafat, ilmu politik, dan hukum, senantiasa tetap bertahan dan mengatasi pergantian ini.

"Kecuali itu, ada kebenaran-kebenaran abadi, semacam Kemerdekaan, Keadilan, dsb., yang lazim berlaku untuk segala keadaan masyarakat. Tetapi Komunisme menghapuskan kebenaran-kebenaran abadi, ia menghapuskan semua agama, dan semua moral, dan bukannya menyusun semuanya itu atas dasar yang baru; karenanya ia bertindak bertentangan dengan segala pengalaman sejarah yang lampau."

Apakah jadinya arti tuduhan ini? Sejarah dari seluruh masyarakat masa lampau terdiri dari perkembangan antagonisme-antagonisme kelas, antagonisme-antagonisme yang mempunyai berbagai bentuk dalam berbagai zaman.

Tetapi bagaimanapun juga bentuknya, satu kenyataan adalah sama untuk segala zaman yang telah lampau, yaitu, penghisapan atas sebagian dari masyarakat oleh suatu bagian yang lain. Maka tidaklah mengherankan bahwa kesadaran sosial dari abad-abad yang lampau, biarpun terdapat segala kebanyak ragaman dan corak, bergerak dalam bentuk-bentuk tertentu yang sama, atau pikiran-pikiran umum, yang tidak dapat hilang sepenuhnya kecuali dengan lenyapnya sama sekali antagonisme-antagonisme kelas.

Revolusi Komunis adalah pemutusan yang paling radikal dengan hubungan-hubungan milik yang tradisionil; tidaklah mengherankan bahwa perkembangannya membawa serta pemutusan yang paling radikal dengan pikiran-pikiran yang tradisionil.

Tetapi marilah kita biarkan saja dulu, keberatan-keberatan borjuis terhadap Komunisme.

Telah kita lihat di atas, bahwa langkah pertama dalam revolusi kelas buruh, adalah mengangkat proletariat pada kedudukan kelas yang berkuasa, memenangkan perjuangan demokrasi.

Proletariat akan menggunakan kekuasaan politiknya untuk merebut, selangkah demi selangkah, semua kapital dari borjuasi, memusatkan semua perkakas produksi ke dalam tangan Negara, artinya, proletariat yang terorganisasi sebagai kelas yang berkuasa [29]; dan untuk meningkatkan jumlah tenaga-tenaga produktif secepat mungkin.

Tentu saja, pada permulaannya, ini tak dapat dilaksanakan kecuali dengan jalan perombakan tak kenal ampun terhadap hak-hak atas milik, dan terhadap syarat produksi borjuis; oleh sebab itu dengan jalan tindakan-tindakan yang nampaknya secara ekonomi tidak mencukupi dan tak tertahankan, tetapi yang selama berlangsungnya gerakan itu, berlari lebih cepat, sehingga menghendaki perombakan yang lebih lanjut terhadap susunan masyarakat lama, dan merupakan sesuatu yang tak terelakkan sebagai cara untuk merevolusionerkan cara produksi.

Tindakan-tindakan ini tentu saja akan berlainan di negeri-negeri yang berlainan.

Biarpun demikian, di negeri-negeri yang paling maju, tindakan-tindakan yang berikut ini umumnya dapat saja diterapkan [30].
  • Penghapusan milik berupa tanah dan penggunaan segala sewa tanah untuk anggaran Negara.
  • Pajak penghasilan progresif yang berat.
  • Penghapusan hak waris.
  • Penyitaan milik semua emigran dan pemberontak.
  • Pemusatan kredit di tangan Negara, dengan perantaraan sebuah bank nasional dengan kapital Negara dan monopoli penuh.
  • Pemusatan alat-alat perhubungan dan pengangkutan ke dalam tangan Negara.
  • Penambahan pabrik-pabrik dan perkakas-perkakas produksi yang dimiliki oleh Negara; penggarapan tanah-tanah terlantar, dan perbaikan tanah umumnya sesuai dengan rencana bersama.
  • Wajib kerja yang sama untuk semua, pembentukan tentara-tentara industri, terutama untuk pertanian.
  • Penggabungan antara perusahaan pertanian dengan perusahaan industri, penghapusan berangsur-angsur perbedaan antara kota dan desa, dengan pembagian penduduk yang lebih seimbang ke seluruh negeri.
  • Pendidikan cuma-cuma untuk semua anak di sekolah-sekolah umum; penghapusan kerja anak-anak di pabrik dalam bentuknya yang sekarang ini. Perpaduan pendidikan dengan produksi materiil, dsb., dsb.
Apabila, dalam perjalanan perkembangan, perbedaan-perbedaan kelas telah hilang, dan seluruh produksi telah dipusatkan ke dalam tangan suatu perserikatan luas dari seluruh nasion, kekuasaan umum akan kehilangan watak politiknya. Kekuasaan politik, menurut arti kata yang sesungguhnya, hanyalah kekuasaan terorganisasi dari suatu kelas untuk menindas kelas yang lain. Apabila proletariat selama perjuangannya melawan borjuasi terpaksa, karena tekanan keadaan, mengorganisasi dirinya sebagai kelas, apabila, dengan jalan revolusi, ia menjadikan dirinya kelas yang berkuasa, dan, sebagai kelas yang berkuasa, menghapuskan dengan kekerasan hubungan-hubungan produksi yang lama, maka ia, bersama-sama dengan syarat-syarat ini akan menghilangkan syarat-syarat untuk adanya antagonisme-antagonisme kelas dan adanya kelas-kelas pada umumnya, dan dengan demikian akan menghapuskan kekuasaannya sendiri sebagai kelas.

Sebagai ganti dari masyarakat borjuis yang lama, dengan kelas-kelasnya beserta antagonisme-antagonisme kelasnya, kita akan mempunyai suatu persekutuan hidup di mana perkembangan bebas dari setiap orang menjadi syarat bagi perkembangan bebas dari semuanya.

III. LITERATUR SOSIALIS DAN KOMUNIS [31]

1. Sosialisme reaksioner

a. Sosialisme feodal
Disebabkan oleh kedudukanya di dalam sejarah, menjadilah panggilan suci aristokrasi Perancis dan Inggeris untuk menulis brosur-brosur menentang masyarakat burjuis modern. Dalam revolusi Perancis bulan Juli 1830, dan dalam gerakan Reform Inggeris, [32] aristokrasi ini sekali lagi takluk pada parvenu [33] yang dibenci itu. Suatu perjuangan politik yang gawat sudah tidak mungkin ada lagi sama sekali. Hanya tinggal perjuangan literaturlah yang masih mungkin. Tetapi dalam lapangan literaturpun semboyan-semboyan lama dari zaman restorasi telah menjadi tidak mungkin. [34]

Untuk membangkitkan simpati, aristokrasi itu terpaksa pura-pura melupakan kepentinganya sendiri dan merumuskan surat tuduhanya terhadap burjuasi demi kepentingan kelas buruh yang terhisap semata-mata. Jadi aristokrasi membalas dendamnya dengan menjanjikan lagu-lagu sindiran terhadap majikannya yang baru, dan membisikkan ke telinga majikanya itu ramalan-ramalan buruk tentang bencana yang akan datang.

Dengan jalan ini timbullah sosialisme feodal: setengah ratapan, setengah sindiran; setengah gema masa lampau, setengah ancaman masadatang; kadang-kadang dengan kritiknya yang pietah, pahit dan tajam menusuk burjuasi tepat pada ulu hatinya; tetapi akibatnya selalu menggelikan karena sama sekali tak mempunyai kemampuan untuk memahami perjalanan sejarah modern.

Untuk menghimpun Rakyat di sekitar dirinya, aristokrasi melambai-lambaikan kantong-pengemis proletar sebagai panji-panjinya. Tetapi sedemikian sering Rakyat mengikuti mereka, Rakyat melihat di belakang mereka lambang kebesaran feodal yang lama, dan lari bubar dengan tawa lebar dan mengejek.

Sebagian dari kaum Legitimis [35] Perancis dan kaum "Inggeris Muda" [36] memainkan lakon ini.

Dalam menunjukkan bahwa cara penghisapan mereka adalah berlainan dengan cara penghisapan burjuasi, kaum feodal lupa bahwa mereka menghisap dalam keadaan-keadaan dan syarat-syarat yang berlainan sama sekali, dan yang kini telah menjadi kuno. Dalam memperlihatkan bahwa di bawah kekuasaan mereka tak pernah ada proletariat modern, mereka.lupa bahwa burjuasi modern adalah anak keturunan yang sewajarnya dari bentuk masyarakat mereka sendiri.

Lain daripada itu, mereka sedikit sekali menyembunyikan watak reaksioner dari kritiknya sehingga tuduhan mereka yang terutama terhadap burjuasi berarti juga bahwa di bawah rezim burjuis berkembanglah suatu kelas, yang nantinya akan pasti menghancurleburkan seluruh susunan tatatertib masyarakat lama.

Kemarahan mereka terhadap burjuasi mengenai hal bahwa burjuasi melahirkan proletariat, tidak sehebat kemarahannya mengenai hal bahwa burjuasi melahirkan proletariat yang revolusioner.

Oleh sebab itu, dalam praktek politik, mereka ikut serta dalam segala tindakan kekerasan terhadap kelas buruh; dan dalam kehidupan biasa sehari-hari, biarpun ucapan-ucapannya begitu muluk tinggi membubung, mereka tidak malu-malu untuk memungut warisan buah lezat yang jatuh dari pohon industri dan tidak malu-malu pula untuk menukarkan kejujuran, cinta dan kehormatan dengan perdagangan bulu domba, perdagangan ubi-gula dan minuman-minuman keras yang terbuat dari kentang. [37]

Sebagaimana pendeta senantiasa berjalan bergandengan tangan dengan tuan tanah, demikian jugalah Sosialisme Gereja dengan Sosialisme Feodal.

Tak ada hal lain yang lebih mudah daripada memberi pulasan Sosialis pada asetisme [38] Kristen. Bukankah agama Kristen telah berseru dengan lantangnya menentang milik perseorangan, menentang perkawinan, menentang Negara? Bukankah ia, sebagai ganti semuanya itu tadi, telah mengkhotbahkan kedermawanan dan kemiskinan, pembujangan dan kebiasaan menahan nafsu, kehidupan biara dan Ibunda Gereja? Sosialisme Kristen tidak lain hanyalah air suci yang digunakan oleh pendeta untuk mengkuduskan sakit-hati kaum aristokrat.

b. Sosialisme Burjuis Kecil
Aristokrasi feodal bukanlah satu-satunya kelas yang telah diruntuhkan oleh burjuasi, bukanlah satu-satunya kelas yang syarat-syarat kelangsungannya menjadi rusak dan musnah dalam suasana masyarakat burjuis modern. Warga kota dari Zaman Tengah dan petani pemilik kecil adalah pendahulu dari burjuasi modern. Di negeri-negeri yang industri dan perniagaannya belum berkembang, kedua kelas ini masih hidup berdampingan dengan burdjuasi yang sedang tumbuh.

Di negeri-negeri di mana peradaban modern telah berkembang sepenuhnya, terbentuklah suatu kelas burjuis kecil, yang terombang-ambing di antara proletariat dan burjuasi dan senantiasa memperbarui dirinya sebagai bagian-tambahan dari masyarakat burjuis. Tetapi anggota-anggota orang-seorang dari kelas ini terus-menerus dicampakkan kedalam kalangan proletariat oleh karena persaingan, dan setelah industri modern maju, mereka itu malahan melihat datangnya saat dimana mereka akan lenyap sama sekali sebagai golongan yang berdiri-sendiri dari masyarakat modern, untuk digantikan, dalam perusahaan-perusahaan, pertanian dan perniagaan, oleh mandor-mandor, pegawai-pegawai, dan pelayan-pelayan toko.

Di negeri-negeri semacam Perancis, di mana kaum taninya merupakan bagian yang jauh lebih besar daripada separo jumlah penduduk, adalah wajar bahwa penulis-penulis yang memihak proletariat menentang burjuasi, memakai ukuran petani dan burjuis kecil dalam kritiknya terhadap rezim burjuis, dan dari segi pendirian kelas-kelas perantara ini membela kelas buruh. Dengan begitu timbullah Sosialisme burjuis kecil. Sismondi [39] adalah pemuka dari ajaran ini, tidak hanya di Perancis saja, tetapi juga di Inggeris.

Ajaran Sosialisme ini dengan sangat tajamnya mengurai kontradiksi-kontradiksi di dalam syarat-syarat industri modern. Ia menelanjangi pembelaan-pembelaan munafik dari kaum ekonomis. Ia membuktikan dengan tak dapat disangkal lagi, akibat-akibat yang mencelakakan dari mesin dan pembagian kerja; konsentrasi kapital dan tanah ke dalam beberapa tangan saja; produksi-kelebihan dan krisis-krisis; ia menunjukkan keruntuhan yang tak terelakkan dari burjuis kecil dan tani, kesengsaraan proletariat, anarki dalam produksi, ketidakadilan yang sangat menyolok dalam pembagian kekayaan, perang pemusnahan di bidang industri di kalangan nasion-nasion, penghancuran ikatan-ikatan moral lama, hubungan-hubungan kekeluargaan lama, nasionalitet-nasionalitet lama.

Menurut tujuannya yang positif, bagaimanapun juga Sosialisme macam ini memperjuangkan hidup kembalinya alat-alat produksi dan alat-alat pertukaran lama dan bersama itu semua hubungan milik lama serta masyarakat lama, atau membatasi alat-alat produksi dan alat-alat pertukaran modern di dalam rangka hubungan milik lama yang telah dan pasti dihancurkan oleh alat-alat itu. Dalam kedua hal ini, kedua-duanya adalah reaksioner dan utopi.

Kata-kata mereka yang terakhir ialah: Gabungan gilde sebagai ganti manufaktur; hubungan-hubungan patriarkal dalam pertanian.

Akhirnya, ketika kenyataan-kenyataan sejarah yang tak dapat dibantah lagi telah menghapuskan semua pengaruh dari penipuan diri sendiri yang memabukkan, Sosialisme macam ini mengundurkan diri dengan hina dan sangat mengibakan.

c. Sosialisme Jerman atau Sosialisme "Sejati"
Literatur Sosialis dan Komunis Perancis, suatu literatur yang lahir di bawah tekanan burjuasi yang sedang berkuasa, dan yang merupakan pernyataan dari perjuangan melawan kekuasaan ini, dimasukkan ke Jerman pada suatu waktu ketika burjuasi di negeri itu baru saja memulai perjuangannya menentang absolutisme feodal.

Kaum filsuf, setengah-filsuf dan "jiwa-jiwa berbakat" Jerman dengan penuh nafsu menguasai literatur ini dan hanya lupa bahwa berpindahnya tulisan-tulisan tersebut keluar dari Perancis tidaklah disertai oleh berpindahnya syarat-syarat sosial Perancis ke Jerman. Setelah berhadap-hadapan dengan syarat-syarat sosial di Jerman, literatur Perancis ini kehilangan segala arti praktisnya yang langsung, dan hanya mempunyai corak literer semata-mata. Dengan demikian, bagi para filsuf Jerman abad kedelapanbelas, tuntutan-tuntutan Revolusi Perancis yang pertama tidaklah lebih daripada tuntutan-tuntutan "Akal Praktis" pada umumnya, dan pernyataan kemauan dari burjuasi yang revolusioner, menurut pandangan mereka berarti hukum-hukum dari Kemauan belaka, hukum-hukum dari Kemauan sebagaimana yang seharusnya, hukum-hukum dari Kemauan manusia yang sejati pada umumnya.

Tulisan-tulisan kaum literat Jerman hanya berwujud penyesuaian pikiran-pikiran baru Perancis itu dengan perasaan filsafat kuno mereka, atau lebih tepat lagi, mengambil pikiran-pikiran Perancis itu dengan tidak meninggalkan pandangan filsafat mereka sendiri.

Cara mengambilnya berlangsung sama seperti memiliki bahasa asing, yaitu dengan jalan menterjemahkan.

Umum mengetahui bagaimana rahib-rahib menuliskan riwayat hidup yang tidak masuk akal dari orang-orang suci Katolik di atas manuskrip di mana telah dituliskan karangan-karangan kelasik dari zaman purbakala ketika orang belum beragama. Kaum literat Jerman berbuat sebaliknya dengan literatur keduniaan Perancis. Mereka menuliskan filsafatnya yang tidak ada artinya itu di belakang tulisan Perancis yang asli. Misalnya, di belakang kritik Perancis tentang fungsi-fungsi ekonomi dari uang mereka tulis "Pengungkiran terhadap Kemanusiaan", dan di belakang kritik Perancis tentang negara burjuis, mereka tulis "Penghapusan pengaruh faham abstrak pada umumnya", dan seterusnya.

Penyelundupan kata-kata kosong filsafat ini ke dalam kritik-kritik Perancis bersejarah itu mereka namakan "Filsafat Tindakan", "Sosialisme Sejati", "Ilmu Jerman tentang Sosialisme", "Dasar Filsafat Sosialisme", dan seterusnya.

Literatur Sosialis dan Komunis Perancis dengan demikian menjadi dikebiri sama sekali. Dan oleh karena literatur ini di dalam tangan bangsa Jerman tidak lagi menyatakan perjuangan suatu kelas melawan kelas lainnya, dia merasa yakin telah mengatasi "kesepihakan Perancis" dan merasa telah mengemukakan bukan keperluan-keperluan yang sebenarnya, tetapi keperluan-keperluan akan Kebenaran; bukan kepentingan-kepentingan proletariat, tetapi kepentingan-kepentingan Dunia Kemanusiaan, Manusia umumnya, yang tidak termasuk dalam sesuatu kelas, tidak mempunyai kenyataan, manusia yang hanya terdapat di dalam dunia gelap khayalan filsafat saja.

Sosialisme Jerman ini yang telah menerima pelajarannya sebagai murid begitu sungguh-sungguh dan khidmat, dan yang telah memuji-muji dagangannya yang tak berharga itu dengan gaja tukang jual obat, sementara itu berangsur-angsur berkurang ketololannya yang congkak itu.

Perlawanan burjuasi Jerman dan terutama burjuasi Prusia terhadap aristokrasi feodal dan monarki absolut dengan perkataan lain, gerakan liberal, menjadi semakin sengit.

Dengan demikian Sosialisme "Sejati" mendapat kesempatan yang telah dinanti-nantikan itu untuk menghadapi gerakan politik dengan tuntutan-tuntutan Sosialls, untuk melemparkan kutukan-kutukan tradisionil terhadap liberalisme, terhadap pemerintah yang representatif, terhadap persaingan burjuis, kemerdekaan pers burjuis, perundang-undangan burjuis, kemerdekaan dan persamaan burjuis, dan untuk menganjurkan kepada massa bahwa mereka tak akan mendapat suatu apapun dan akan kehilangan segala-galanya dalam gerakan burjuis ini. Sosialisme Jerman yang menjadi kumandang kosong dari kritik-kritik Perancis justru lupa pada waktu itu, bahwa kritik-kritik Perancis mengandung ketentuan adanya masyarakat burjuis modern dengan syarat-syarat ekonomi hidupnya yang sesuai dan susunan politik yang disesuaikan dengan itu, ialah hal-hal yang sebenarnya harus dicapai sebagai tujuan dari perjuangan yang akan datang di Jerman.

Bagi pemerintah-pemerintah yang mempunyai kekuasaan mutlak dengan pengikut-pengikutnya yang terdiri dari pendeta-pendeta, profesor-profesor, tuantanah-tuantanah besar dan pegawai-pegawai pemerintah, Sosialisme "Sejati" ini merupakan suatu alat yang berguna untuk menakut-nakuti burjuasi yang sedang mengancam.

Ini adalah sebagai obat penawar sesudah merasakan kepedihan cambukan dan tembakan yang digunakan oleh pemerintah-pemerintah tadi, justru pada waktu itu, untuk menghadapi pemberontakan-pemberontakan kelas buruh Jerman.

Jadi selain daripada Sosialisme "Sejati" ini menjadi senjata bagi pemerintah-pemerintah itu guna melawan burjuasi Jerman, ia juga langsung mewakili kepentingan reaksioner, kepentingan burjuasi kecil Filistin [40] Jerman. Di Jerman, kelas burjuis kecil, peninggalan abad keenambelas, yang sejak itu senantiasa timbul kembali dalam berbagai bentuk, adalah dasar sosial yang sebenarnya dari keadaan-keadaan yang sedang berlaku.

Mempertahankan kelas ini berarti mempertahankan keadaan-keadaan yang sedang berlaku di Jerman. Kekuasaan industri dan politik dari burjuasi mengancam kelas ini dengan suatu kehancuran - pada satu pihak, karena konsentrasi kapital; pada pihak lain, karena timbulnya proletariat yang revolusioner. Sosialisme "Sejati" timbul untuk membunuh kedua mangsanya ini dengan satu kali pukul. Ia menjalar seperti suatu wabah.

Pakaian yang terbuat daripada jaring laba-laba yang spekulatif, disulam dengan bunga kata-kata indah yang dicelup ke dalam air perasaan hati yang merana, pakaian yang luar biasa ini yang digunakan oleh kaum Sosialis Jerman untuk membalut "kebenaran-kebenaran abadi" mereka yang tidak berharga, yang hanya tinggal kulit dan tulang belaka, dapat memperluas penjualan barang dagangan mereka secara luar biasa di kalangan publik yang semacam itu.

Dan dari pihaknya sendiri, Sosialisme Jerman makin lama makin mengakui panggilan atas dirinya sebagai wakil dari kaum Filistin burjuis kecil yang sombong.

Ia mengumumkan nasion Jerman sebagai manusia teladan dan Filistin kecil Jerman sebagai manusia teladan. Kepada setiap kerendahan budi yang keji dari manusia teladan ini ia berikan pengertian sosialis yang lebih tinggi, yang tersembunyi, yang sungguh bertentangan dengan wataknya yang sebenarnya. Ia telah bertindak sedemikian jauh hingga dengan langsung menentang aliran Komunisme yang "merusak secara ganas", dan dengan menyatakan kebenciannya yang amat sangat dan tidak berpihak terhadap semua perjuangan kelas. Kecuali beberapa buah saja, segala yang dinamakan publikasi Sosialis dan Komunis yang sekarang (1847) beredar di Jerman termasuk dalam lingkungan literatur yang kotor dan melemahkan semangat ini. [e]

2. Sosialisme Konservatif atau Sosialisme Burjuis

Sebagian dari burjuasi berkehendak memperbaiki kepincangan-kepincangan sosial untuk menjamin kelangsungan masyarakat burjuis.

Ke dalam golongan.ini termasuk kaum ekonomis, filantropis, humanis, golongan yang bertujuan memperbaiki keadaan kelas buruh, organisator-organisator badan amal, anggota-anggota perkumpulan-perkumpulan penyayang binatang, kaum fanatis penganut kesederhanaan, kaum perombak secara tambalsulam dari segala macam corak. Dan lagi bentuk Sosialisme ini telah diolah lebih lanjut dan tersusun menjadi sistim-sistim yang sempurna.

Sebagai suatu contoh dari Sosialisme macam ini boleh disebut Philosophie de la Misère [41] dari Proudhon.

Burjuis Sosialis menghendaki segala kebaikan dan manfaat dari syarat-syarat sosial modern tanpa perjuangan dan bahaya-bahaya yang mesti timbul dari situ. Mereka menginginkan keadaan masyarakat yang sekarang tanpa anasir-anasirnya yang revolusioner dan yang mendatangkan kehancuran. Mereka menghendaki suatu burjuasi tanpa proletariat. Burjuasi tentu saja menganggap dunia di mana ia menjadi yang dipertuan sebagai dunia yang terbaik. Sosialisme burjuis mengembangkan anggapan yang menyenangkan ini menjadi berbagai sistim yang sempurna atau setengah sempurna. Dalam menghendaki supaya proletariat melaksanakan sistim semacam itu, dan supaya dengan demikian langsung memasuki Jerusalem Baru, ia dalam kenyataannya hanyalah menghendaki supaya proletariat tinggal di dalam batas-batas masyarakat yang ada sekarang, tetapi harus melemparkan segala pikiran kebenciannya mengenai burjuasi.

Bentuk yang kedua dari Sosialisme ini yang lebih praktis tetapi kurang sistimatis, mencoba mengecilkan tiap gerakan revolusioner di mata kelas buruh dengan menunjukkan bahwa bukan reform politik semata-mata, tetapi hanyalah suatu perubahan dalam syarat-syarat hidup materiil, dalam hubungan-hubungan ekonomi, yang akan mendatangkan sesuatu manfaat dan keuntungan bagi mereka,. Tetapi dengan perubahan-perubahan dalam syarat-syarat hidup materiil, bentuk Sosialisme ini sekali-kali tidak mengartikan penghapusan hubungan-hubungan produksi burjuis, suatu penghapusan yang hanya dapat dilakukan dengan suatu revolusi, tetapi perbaikan-perbaikan administratif yang didasarkan pada terus berlangsungnya hubungan-hubungan produksi ini; maka itu, perbaikan-perbaikan yang sama sekali tidak mempengaruhi hubungan-hubungan antara kapital dengan kerja, tetapi paling banyak, mengurangi beaja dan menyederhanakan pekerjaan administratif pemerintah burjuis.

Sosialisme burjuis mendapat pernyataan yang selaras, jika dan hanya jika ia menjadi suatu susunan kata-kata kosong dalam pidato belaka.

Perdagangan bebas! untuk kepentingan kelas buruh; tarif-bea yang melindungi! untuk kepentingan kelas buruh; perubahan peraturan penjara! untuk kepentingan kelas buruh; inilah kata-kata yang terakhir dan satu-satunya yang sungguh-sungguh dimaksudkan oleh Sosialisme burjuis.

Ia disimpulkan dalam kata-kata: burjuis adalah burjuis - untuk kepentingan kelas buruh.


3. Sosialisme dan Komunisme yang Kritis Utopi

Kita di sini tidak membicarakan literatur yang dalam tiap revolusi besar modern selalu menyatakan tuntutan-tuntutan proletariat, seperti tulisan-tulisan Babeuf [42] dan lain-lainnya. Percobaan-percobaan langsung yang pertama dari proletariat untuk mencapai tujuan-tujuannya sendiri, yang dilakukan dalam waktu kekacauan umum, ketika masyarakat feodal sedang ditumbangkan, percobaan-percobaan ini sudah tentu gagal, oleh karena keadaan proletariat yang belum berkembang ketika itu dan juga oleh tidak adanya syarat-syarat ekonomi untuk kebebasannya, syarat-syarat yang masih harus diadakan dan hanya dapat diadakan oleh zaman burjuis yang akan datang. Literatur revolusioner yang mengikuti gerakan-gerakan yang pertama dari.proletariat ini sudah tentu mempunyai watak yang reaksioner. Ia memberikan didikan asetisme universal dan didikan persamaan sosial dalam bentuk yang sangat kasar.

Sistim-sistem yang sesungguhnya dinamakan sistim Sosialis dan Komunis, yaitu sistim-sistem Saint-Simon, Fourier, Owen dan lain-lainnya, timbul pada permulaan masa belum berkembangnya perjuangan antara proletariat dengan burjuasi, seperti diterangkan di atas. (Iihat Bab I. Kaum Burjuis dan Kaum Proletar).

Para pendiri sistim ini, sesungguhnya melihat antagonisme-antagonisme kelas, dan juga melihat bergeraknya anasir-anasir yang menghancurkan bentuk masyarakat yang sedang berlaku. Tetapi proletariat, yang baru lahir ini, memberikan kepada mereka suatu gambaran dari kelas yang tidak mempunyai sesuatu inisiatif bersejarah atau sesuatu gerakan politik yang berdiri sendiri.

Karena perkembangan antagonisme kelas adalah sejalan dengan perkembangan industri, maka keadaan ekonomi, sebagaimana yang mereka ketahui, masih belum lagi memberikan kepada mereka syarat-syarat materiil untuk kebebasan proletariat. Oleh sebab itu mereka mencari suatu ilmu sosial baru, mencari hukum-hukum sosial baru, untuk menimbulkan syarat-syarat ini.

Aktivitet mencipta dari mereka sendiri harus menggantikan aktivitet sosial; syarat-syarat untuk kebebasan yang ditimbulkan menurut sejarah harus tunduk pada syarat-syarat yang bersifat khayal; dan terorganisasinya proletariat sebagai kelas yang maju secara berangsur-angsur harus tunduk pada terorganisasinya suatu masyarakat yang diangan-angankan oleh mereka sendiri. Sejarah yang akan datang, menurut pandangan mereka, menjadi propaganda dan penyelenggaraan dalam praktek dari rencana-rencana sosial mereka.

Dalam menyusun rencana-rencananya itu, mereka sudah tentu insyaf bahwa mereka terutama memperhatikan kepentingan kelas buruh sebagai kelas yang paling menderita. Mereka memandang proletariat hanya semata-mata sebagai kelas yang menderita.

Keadaan perjuangan kelas yang belum berkembang itu, maupun keadaan-keadaan sekeliling mereka sendiri, menyebabkan kaum Sosialis semacam ini menganggap dirinya jauh diatas segala antagonisme-antagonisme kelas. Mereka ingin memperbaiki keadaan tiap-tiap anggota masyarakat, bahkan juga keadaan golongan yang sudah paling beruntung. Dari itu, mereka biasa berseru kepada masyarakat seumumnya tanpa membeda-bedakan kelas; bahkan lebih suka berseru kepada kelas yang berkuasa. Sebab, jika sekali orang sudah mengerti akan sistim mereka, bagaimanakah orang itu tak akan melihat di dalamnya rencana yang terbaik dari keadaan masyarakat yang terbaik?

Oleh sebab itu mereka menolak segala aksi politik, dan terutama segala aksi revolusioner ; mereka ingin mencapai tuiuan-tujuannya dengan jalan damai, dan berusaha dengan percobaan-percobaan kecil yang sudah tentu gagal, dan dengan kekuatan contoh, untuk membuka jalan bagi ajaran sosial baru ini.

Gambaran-gambaran khayal dari masyarakat masadatang yang semacam itu, yang digambarkan pada masa ketika proletariat masih berada dalam keadaan yang sangat terbelakang dan hanya mempunyai pandangan yang bersifat khayal tentang kedudukannya sendiri, adalah sesuai dengan hasrat-hasrat pertama yang naluriah dari kelas itu untuk pembangunan-kembali masyarakat secara umum.

Tetapi tulisan-tulisan Sosialis dan Komunis ini juga mengandung suatu anasir yang kritis. Mereka menyerang tiap dasar dari masyarakat yang sekarang. Oleh sebab itu mereka memberi bahan-bahan penerangan yang sangat berharga bagi kelas buruh. Tindakan-tindakan praktis yang diusulkan didalamnya - seperti penghapusan perbedaan antara kota dan desa, penghapusan keluarga, penghapusan dijalankannya industri-industri untuk kepentingan perseorangan, dan penghapusan sistim-sumpah, pernyataan tentang persamaan sosial, perubahan fungsi Negara menjadi hanya pengawas produksi saja - semua usul ini semata-mata menunjukkan hilangnya antagonisme-antagonisme kelas yang pada waktu itu baru saja mulai timbul, dan yang dalam tulisan-tulisan ini, baru dikenal hanya dalam bentuknya yang permulaan, yang hanya samar-samar dan tidak tertentu. Oleh sebab itu usul-usul tersebut sama sekali bersifat utopi.

Isi Sosialisme dan Komunisme yang kritis-utopi itu mengandung suatu tujuan yang bertentangan dengan perkembangan sejarah. Bersamaan dengan berkembangnya perjuangan kelas dan bersamaan dengan perjuangan kelas itu mengambil bentuk yang tertentu, maka hilanglah semua arti dalam praktek dan kebenaran teoritis dari pendirian khayal yang menyatakan berada diluar perjuangan, dan demikian juga serangan-serangan yang bersifat khayal terhadapnya. Oleh karena itu, walaupun para pencipta sistim-sistem ini dalam banyak hal revolusioner, pengikut-pengikut mereka senantiasa merupakan golongan-golongan reaksioner semata-mata. Mereka berpegang teguh kepada pandangan-pandangan asli dari guru-guru mereka, bertentangan dengan perkembangan kesejarahan yang progresif dari proletariat. Oleh karena itu mereka mencoba dengan konsekwen memadamkan perjuangan kelas dan mendamaikan antagonisme-antagonisme kelas. Mereka masih memimpikan pelaksanaan percobaan dari utopi-utopi sosial mereka, bermimpi tentang membentuk "phalanstere-phalanstere" [f] yang terpencil, tentang mendirikan "Home Colonies" [g] atau mengadakan suatu "Icaria Kecil" - Jerusalem Baru kecil-kecilan - dan untuk mewujudkan segala lamunan ini, mereka terpaksa meminta belaskasihan dan uang dari kaum burjuis. Ber-angsur-angsur mereka tenggelam kedalam golongan kaum Sosialis konservatif reaksioner yang telah digambarkan di atas, berbeda dengan mereka ini hanya dalam hal bahwa mereka berlagak pintar dengan lebih sistimatis, dan dalam hal kepercayaan mereka yang fanatik dan bersifat ketakhayulan kepada pengaruh yang mentakjubkan dari ilmu sosial mereka.

Oleh karena itu mereka dengan keras menentang segala aksi politik dari pihak kelas buruh; aksi yang semacam itu, menurut mereka, hanya dapat terjadi karena sama sekali tidak percaya kepada ajaran yang baru itu.

Kaum Owenis di Inggris dan kaum Fourieris di Perancis masing-masing menentang kaum Cartis [43] dan kaum Reformis. [44]

IV. PENDIRIAN KAUM KOMUNIS DALAM HUBUNGAN DENGAN BERBAGAI PARTAI OPOSISI

Dalam Bab II telah dijelaskan hubungan-hubungan kaum Komunis dengan partai-partai kelas buruh yang ada, seperti kaum Cartis di Inggeris dan kaum Reformer Agraria di Amerika. [45]

Kaum Komunis berjuang untuk mencapai tujuannya yang terdekat, untuk menuntut pelaksanaan kepentingan-kepentingan sementara dari kelas buruh; tetapi dalam gerakan yang sekarang mereka juga mewakili dan memperhatikan masadatang gerakan itu. Di Perancis kaum Komunis menggabungkan diri dengan kaum Sosial-Demokrat [h] menentang burjuasi yang konservatif dan radikal, tetapi dengan memegang teguh hak untuk menentukan pendirian yang kritis terhadap semboyan-semboyan dan ilusi-ilusi yang ditinggalkan turun-temurun oleh Revolusi yang besar.

Di Swis mereka menyokong kaum Radikal [46], dengan tidak melupakan kenyataan, bahwa partai ini terdiri dari anasir-anasir yang antagonistis, sebagian dari kaum Sosialis Demokrat, menurut faham Perancis, sebagian dari kaum burjuis radikal.

Di Polandia mereka menyokong partai yang mendorong revolusi agraria sebagai syarat utama untuk kebebasan nasional, menyokong partai yang mengobarkan pemberontakan Krakau dalam tahun 1846. [47]

Di Jerman mereka berjuang bersama-sama dengan burjuasi selama burjuasi itu bertindak secara revolusioner menentang monarki absolut, tuantanah feodal dan burjuasi kecil. [48]

Tetapi mereka tak pernah berhenti barang sekejappun menanamkan kedalam kelas buruh pengertian yang sejelas mungkin tentang antagonisme yang bermusuhan antara burjuasi dengan proletariat, supaya kaum buruh Jerman dapat langsung menggunakan semua syarat sosial dan politik yang tidak boleh tidak mesti ditimbulkan oleh burjuasi bersama-sama dengan kekuasaannya, sebagai senjata terhadap burjuasi, dan supaya sesudah jatuhnya kelas-kelas reaksioner di Jerman, perjuangan melawan burjuasi itu sendiri dapat segera dimulai.

Kaum Komunis mengarahkan perhatiannya terutama kepada Jerman, sebab negeri itu sedang berada dekat pada saat revolusi burjuis yang mesti akan berlangsung dalam syarat-syarat peradaban Eropa yang lebih maju dan dengan suatu proletariat yang jauh lebih maju daripada proletariat di lnggeris dalam abad ketujuhbelas, dan proletariat di Perancis dalam abad kedelapanbelas, dan oleh karena itu revolusi burjuis di Jerman tidak lain hanya akan menjadi pendahuluan dari suatu revolusi proletar yang segera akan menyusul.

Pendeknya, dimana-mana kaum Komunis menyokong tiap gerakan revolusioner menentang susunan tatatertib sosial dan politik yang sekarang. [i]

Dalam segala gerakan ini mereka mengemukakan masalah milik sebagai masalah yang pokok bagi tiap gerakan, tidak pandang derajat perkembangannya pada waktu itu.

Akhirnya, mereka bekerja dimana saja untuk persatuan dan kerukunan partai-partai demokratis di semua negeri.

Kaum Komunis tidak sudi menyembunyikan pandangan-pandangan dan cita-citanya. Mereka menerangkan dengan terang-terangan bahwa cita-citanya dapat dicapai hanya dangan membongkar dengan kekerasan segala syarat sosial yang sedang berlaku. Biarkan kelas-kelas yang berkuasa gemetar menghadapi revolusi Komunis. Kaum proletar tidak akan kehilangan suatu apapun kecuali belenggu mereka. Mereka akan menguasai dunia.

Kaum buruh sedunia, bersatulah!

  

Buku tersebut dicetak sebanyak 5000 eksemplar, sebuah prestasi tersendiri untuk masyarakat Hindia-Belanda yang mayoritas buta-huruf. Dari latar SI tersebut tak pelak tokoh-tokoh Islam adalah pendukung utama gerakan PKI tahun 1920-an hingga mereka dibasmi oleh Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda pada tahun 1926-27 setelah pemberontakan yang dimotori para kyai di Banten dan di Silungkang (sebetulnya ini kontradiktif dengan sebutan selama ini yang mengidentikkan komunisme dengan atheisme, lagi-lagi pembodohan ala orde Soeharto). Tokoh-tokoh PKI kemudian dibuang dan sebagian meninggal di Boven Digoel.


Upaya pembangunan PKI yang cukup kuat dilakukan Moesso pada tahun-tahun awal revolusi 1945 dengan puncaknya Proklamasi Madiun tahun 1948. Moesso mendorong pembubaran partai-partai kiri (Partai Sosialis dan PBI) non-PKI Legal dan agar anggota dari kedua partai tersebut bergabung dengan PKI. Lihat dalam:





Djalan Baru Untuk Republik Indonesia



Rentjana Resolusi Polit-Biro untuk dimadjukan pada Kongres ke-V dari Partai Komunis Indonesia. Disetudjui oleh Konperensi PKI pada tanggal 26 dan 27 Agustus 1948


Tjetakan ke-VII
(Jajasan "Pembaruan" Djakarta 1953)




Kata pengantar

Dengan penerbitan ini entah berapa puluh ribu "Djalan Baru" sudah disiarkan. Sedjak terbitnja, bulan Agustus 1948, "Djalan Baru" sudah disiarkan dengan segala matjam djalan: ditjetak, distensil, ditik, dan ditulis. la ditjetak di Djawa, ia ditjetak diluarnegeri oleh Partai sekawan, ia distensil di Sumatera, Sulawesi, dll. Pendeknja, "Djalan Baru" sudah banjak tersiar. Walaupun demikian, mengingat pentingnja isi buku ketjil ini, kita berpendapat bahwa "Djalan Baru" belum tjukup banjak disiarkan. Oleh karena itu, kali ini kita terbitkan lagi "Djalan Baru". Kita akan sangat bergembira djika djuga diusahakan penerbitan jang banjak dalam bahasa2 daerah seperti bahasa Djawa, Sunda, Madura, Minangkabau, Bugis dll.

"Djalan Baru" tidak hanja penting untuk anggota dan tjalon-anggota PKI. Tiap2 orang revolusioner dan progresif di Indonesia jang mau bekerdja baik untuk kemenangan revolusi tanahairnja diwadjibkan menguasai isi "Djalan Baru". Untuk mengerti PKI dan mengerti Revolusi Indonesia, hingga sekarang hanja "Djalan Baru" satu-satunja jang bisa rnemberi pendjelasan; isinja padat dan menggambarkan strategi jang djitu dan taktik2 jang tepat dalam tingkat perdjuangan nasional sekarang. Memang, diakui bahwa ada perkataan2 dan kalimat2 jang rnasih perlu dirubah (misalnja perkataan RIS supaja dibatja RI). Perlunja ada perubahan2 dalam bahasa ini, perubahan mana samasekali tidak mengubah isinja, adalah tidak mengurangi sedikitpun pentingnja "Djalan Baru", sebagai pedoman untuk pekerdjaan2 politik dan organisasi se-hari2.

"Djalan Baru" adalah dasar dari fikiran Kawan Musso, seorang zeni revolusioner bangsa Indonesia, seorang Kawan jang djudjur, ichlas, tadjam dan berani. Musso mempuniai tjaranja sendiri dalam melawan imperialisme dan melawan Musuh2 Rakjat, jaitu tjara jang keras, tjara jang tidak kenal ampun atau tjara Musso. "Djalan Baru" menggambarkan pada kita apa jang dinamakan tjara Musso itu. Setjara singkat: "Djalan Baru" adalah perdjuangan jang tidak mengenal ampun terhadap oportunisme "Kiri" dan Kanan didalam dan diluar partai.

Djakarta, 23 Mei 1951. Redaksi "Bintang Merah"


Keterangan Penerbit pada tjetakan ke-VI

Sebagaimana diterangkan dalam Kata Pengantar dari Red. "Bintang Merah", "Djalan Baru" ini telah banjak sekali disiarkan dengan berbagai djalan. Sekalipun demikian, sekarang masih sangat banjak kami terima permintaan akan "Djalan Baru" ini. Karena persediaan dari tjetakan ke-V jang diterbitkan oleh "Bintang Merah" telah habis terdjual, maka kami lakukan tjetakan jang ke-VI ini.



Penerbit
Djakarta, Djuli 1952.



Koterangan Penerbit pada tjetakan ke-Vll

Tjetakan jang ke-VII dari "Djalan Baru" ini sebenarnja sudah hendak dilakukan satu -- dua bulan jang lalu karena banjaknja Permintaan, sedangkan tietakan jang ke-VI sudah lama habis. Tetapi atas permintaan CC PKI, Pentjetakan kembali jang ke-Vll ini telah ditunda, karena akan ada kemungkinan perubahan2.

Demikianlah dalam tjetakan ke-VII ini telah diadakan perubahan2 oleh CC PKI atas dasar putusan Sidang Plenonja pada bulan Oktober 1953.

Penerbit
Djakarta, 5 Oktober 1953.


Rapat Polit-Biro CC PKI pada tgl 13-14 Agustus 1948 di Djokjakarta, setelah mendengar uraian Kawan Musso tentang pekerdjaan dan kesalahan Partai dalam dasar2 organisasi dan politik serta setelah mengadakan diskusi se-dalam2nja memutuskan, mengambil resolusi seI bagai berikut :



I. Lapangan organisasi

Untuk dapat memahamkan kesalahan2 PKI dilapangan organisasi, sebaiknja diuraikan lebih dahulu sedikit riwajat PKI.

Dalam tahun 1935 PKI dibangunkan kembali setjara illegal atas inisiatif Kawan Musso. Selandjutnja PKI illegal inilah jang memimpin perdjuangan anti-fasis selama pendudukan Djepang. Kesalahan pokok dilapangan organisasi jang dibuat oleh PKI illegal jalah, tidak dimengertinja perubahan2 keadaan politik didalamnegeri sesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sebenarnja pada saat itulah, PKI harus melepaskan bentuknja jang illegal dan muntjul dalam masjarakat Indonesia Merdeka dengan terang2an.

Akan tetapi karena pada saat itu dan seterusnja bentuk jang illegal ini masih dipegang teguh, maka dengan demikian PKI telah mendorong orang2 jang menghendaki adanja PKI, untuk medirikan PKI legal, dan telah memberi kesempatan kepada anasir2 avonturir jang berhaluan Trotskis untuk mendirikan PBI. Dengan berdirinja PKI legal dan PBI ini, maka timbullah keharusan bagi PKI illegal untuk merebut se-lekas2nja pimpinan atas Partai2 ini, supaja perdjuangan klas buruh djangan sampai menjimpang dari rel revolusioner. Dengan sendirinja keharusan ini mengakibatkan terbagi-baginja kader illegal kita, jang sudah tentu melemahkan organisasi.

Oleh sebagian kawan2 dari PKI illegal, didirikan Partai Sosialis Indonesia, jang, kemudian membuat kesalahan besar karena mengadakan fusi dengan Partai Rakjat Sosialis dari Sutan Sjahrir dan mendjeIma mendjadi Partai Sosialis. Dengan adanja fusi ini, maka terbukalah djalan bagi Sutan Sjahrir dan kawan2nja untuk memperkuda Partai Sosialis. Kedjadian ini dmungkinkan oleh kurang sedar dan kurang waspadanja kawan2 dari PKI illegal jang turut mengemudikan Partai Sosialis.

Kemudian tidak sedikit djum]ah kader2 illegal kita jang diperlukan baik didalam Pemerintahan maupun didalarn Badan Pekerdja KNIP. Sehingga dengan sendirinja tidak mungkin lagi bagi kawan2 ini mentjurahkan segenap tenaganja kepada pekerdjaan dalam ketiga Partai tsb. diatas (PKI legal, PBI, Partai Sosialis). Hal ini lebih melemahkan organisasi.

Berhubung dengan semua ini, maka kedudukan dan rol Partai Komunis Indonesia sebagai Partai klas buruh dan pelopor revolusi telah diperketjil. PKI ditempatkan pada tempat jang tidak semestinja, sehingga sebagai Partai dan organisasi samasekali tidak mewudjudkan kekuatan jang berarti. Dengan demikian sangat berkuranglah tradisi baik dan popularitet PKI dalam waktu sebelum dan selama perang dunia ke-II. Kesalahan besar dalam lapangan organisasi ini diperbesar lagi, karena kaum Komunis sangat mengetjilkan kekuatan klas buruh dan Rakjat seluruhnja dan karena kaum Komunis terpengaruh oleh propaganda dan antjaman Amerika. Oleh sebab itu telah mendjadi takut dan kurang pertjaja kepada kekuatan tenaga anti-imperialis jang dipelopori oleh Soviet Uni. Dengan demikian PKI membesar-besarkan kekuatan imperialisme umumnja dan imperialisme Amerika chususnja. Dengan demikian pula PKI memberikan terlampau banjak konsesi kepada imperialisme dan klas burdjuis.

Adanja tiga Partai klas buruh sampai sekarang (PKI legal, PBI dan Partai Sosialis), jang semuanja dipimpin oleh Partai Komunis illegal, mengakui dasar2 Marxisme-Leninisme dan sekarang tergabung dalam Front Demokrasi Rakjat serta mendjalankan aksi bersama berdasarkan program bersama, telah mengakibatkan ruwetnja gerakan buruh seumumnja. Hal ini sangat menghalangi kemadjuan dan perkembangan kekuatan organisasi klas buruh, djuga sangat menghalangi meluas dan mendalamnja ideologi Marxisme-Leninisme jang konsekwen. Dengan demikian telah memberi banjak kesempatan kepada musuh klas buruh untuk menghalangi kemadjuan gerakan Komunis dengan djalan mendirikan ber-matjam2 Partai Kiri jang palsu dan jang memakai sembojan2 jang semestinja mendjadi sembojan PKI (diantaranja : "Perundingan atas dasar Kemerdekaan 100%").

Oleh karena sikap jang anti-Leninis dalam hal politik organisasi ini, maka dilapangan serikatburuhpun kaum Komunis dengan demikian telah sangat menghalangi tumbuhnja keinsafan politik kaum buruh seumumnja sebagai pemimpin Revolusi Nasional. Kaum Komunis jang merninipin gerakan buruh (serikatburuh) lupa, bahwa menurut Lenin serikatburuh itu adalah sekolahan untuk Komunisme. Melalaikan propaganda Komunisme dikalangan kaum buruh, berarti dengan langsung menghalangi bertambah sedarnja kaum buruh sebagai pemimpin Revolusi Nasional jang anti-imperialisme dan anti-feodalisme. Berarti melupakan arti gerakan kaum buruh sebagai sumber jang terpenting bagi PKI untuk mendapat kader2nja.

Pengaruh daripada kesalahan dalam lapangan organisasi jang telah dilakukan oleh kaum Komunis dengan djelas dan terang nampak djuga dikalangan perdjuangan tani, dimana pengaruh PKI djuga sangat lemah. Padahal kaum tani amat besar artinja sebagai sekutu kaum buruh dalam Revolusi Nasional. Dengan tidak adanja bantuan jang aktif dari kaum tani, Revolusi Nasional tentu akan kalah.

Dari sudut organisasi kaum Komunis mempunjai pengaruh jang tidak ketjil dikalangan pemuda, terutama dalam Pesindo, Akan tetapi karena gerakan ini tidak langsung terkenal sebagai massa organisasi PKI, sedangkan PKI sebagai Partai tidak terang2an memeloporinja, maka ideologi Komunisme dikalangan pemuda terbukti kurang terang dan ruwet, sehingga pendirian pemuda ragu2. Akibat jang langsung dari politik organisasi sematjam ini jalah, terhalangnja kemadjuan perkembangan propaganda Komunisme dikalangan pemuda.

Pun dikalangan wanita, kaum Komunis tidak mempunjai pengaruh jang agak penting. Terang bahwa kaum Komunis mengetjilkan rol kaum wanita dalam Revolusi sekarang.

Dikalangan pradjurit, kaum Komunis mempunjai pengaruh jang agak penting djuga. Akan tetapi karena adanja tiga Partai kaum buruh, maka kaum proletar dan kaum tani jang bersendjata ini dalam prakteknja tidak bersikap terang terhadap PKI dan dengan demikian simpati golongan pradjurit pada Komunisme tidak dapat diperluas. Dilapangan organisasi, PKI tidak mempunjai akar jang kuat dan dalam dikalangan pradjurit.

Semua keruwetan dalam lapangan organisasi djuga menjebabkan tidak kuatnja PKI dalam gerakan sosial dan kebudajaan seperti sport, kesenian dll.nja, baik dalam lapangan organisasi maupun dalam lapangan ideologi.

Berhubung dengan kesalahan2 jang mengenai azas dalam lapangan organisasi seperti tsb. diatas dan menarik peladjaran dengan se-baik2nja dari kedjadian di Jugoslavia, maka rapat Polit-Biro PKI memutuskan untuk mengadakan perubahan jang radikal, jang bertudjuan supaja :

1. Selekas-lekasnja mengembalikan kedudukan PKI sebagai pelopor klas buruh.
2. Selekas-lekasnja mengembalikan tradisi PKI jang baik pada waktu sebelum dan selama perang dunia ke-II.
3. PKI mendapat HEGEMONI (kekuasaan jang terbesar) dalam pimpinan Revolusi Nasional ini.

Dalam pekerdjaan jang maha sukar ini, Polit-Biro jakin, bahwa PKI akan dapat melakukan perubahan radikal tersebut diatas dengan tjepat. Waktu achir2 ini, kalangan kaum Komunis sendiri, oleh karena pekerdjaan sehari2 dikalangan Rakjat lebih diperhatikan dan bertambah terasanja keruwetan dan kekatjauan, telah mulai mentjari djalan untuk keluar dari djurang reformisme dengan mengadakan kritik dan self-kritik, terutama didalam rapat pleno CC PKI tgl. 10-11 Djuni 1948 dan dalam rapat Polit-Biro tgl. 2 Djuli 1948. Akan tetapi oleh karena kritik dan self-kritik ini belum benar2 merdeka dan bersifat bolsjewik, maka rapat tsb. belum dapat mengetahui kesalahan2 jang benar2 mengenai strategi dalam lapangan organisasi maupun politik. Akan tetapi selama pertukaran fikiran dengan Kawan Musso dalam rapat Polit-Biro kritik dan self-kritik didjalankan dengan leluasa. Semua anggota Polit-Biro seia-sekata mengakui kesalahan2nja dengan terus-terang dan sanggup akan memperbaiki seIekas-Iekasnja.

Djalan satu2nja untuk melikwidasi kesalahan pokok itu dengan tjara radikal jalah mengadakan hanja SATU Partai jang LEGAL daripada klas buruh. Ini berarti dihapuskannja pimpinan PKI jang illegal. Seperti tsb. diatas, PKI jang dibangunkan kembali oleh Kawan Musso setjara illegal pada tahun 1935 itu melandjutkan perdjuangannja pada waktu pendjadjahan Djepang sampai zaman Republik, dan hingga waktu ini masih memimpin gerakan anti-imperialis.

PKI illegal ini hingga sekarang didjadikan sasaran oleh kaum Trotskis jang langsung atau tidak langsung tergabung dalam Pari, dengan maksud untuk mengatjaukan gerakan Rakjat dengan mengatakan, bahwa PKI itu adalah PKI jang diperkuda oleh Belanda atau "PKI Van der Plas", artinja PKI jang didirikan untuk kepentingan Belanda. Tuduhan ini lebih2 lagi menundjukkan ketjurangan golongan Trotskis untuk membusukkan PKI illegal, jang benar dibangunkan kembali oleh Kawan Musso dengan kawan2 jang lain, diantaranja kawan2 almarhum Pamudji, Sukajat, Abdul Aziz, Abdul Rachim dan kawan2 Djokosudjono, Achmad Sumadi, Ruskak, Marsaid, kemudian diteruskan oleh kawan2 Amir Sjarifuddin, Wikana, Sudisman, Sardjono, Subijanto almarhum, Sutrisno, Aidit dll.

Semua kesalahan2 dilapangan politik organisasi jang tsb. diatas, pada pokoknja jalah mengetjilkan rol Partai Komunis Indonesia sebagai satu2nja kekuatan jang seharusnja memegang pimpinan daripada klas buruh dalam mendjalankan revolusi. Berdasarkan itu, maka rapat Polit-Biro PKI telah memutuskan, bahwa seterusnja harus hanja ada satu Partai jang berdasarkan Marxisme-Leninisme dalam kalangan kaum Buruh. Polit-Biro PKI memutuskan mengadjukan usul, supaja diantara tiga Partai jang mengakui dasar2 Marxisme-Leninisme jang sekarang telah tergabung dalam Front Demokrasi Rakjat serta telah mendjalankan aksi bersama, berdasarkan program bersama, selekas-lekasnja diadakan fusi (peleburan), sehingga mendjadi SATU Partai klas buruh dengan memakai nama jang bersedjarah, jaitu Partai Komunis Indonesia, disingkat PKI. Hanja Partai sedemikian itulah jang akan dapat memegang rol sebagai pelopor dalam gerakan Kemerdekaan sekarang ini.

Revolusi kita adalah Revolusi Nasional atau Revolusi Demokrasi Burdjuis dalam zaman imperialisme dan Revolusi Proletar dunia. Menurut kodratnja dan dipandang dari sudut sedjarah maka hanja klas buruhlah, sebagai klas jang paling revolusioner dan konsekwen anti-imperialisme, jang semestinja memimpin revolusi ini, dan bukan klas lain.

Adapun tjara mewudjudkan fusi ini dengan selekas-lekasnja bendaknja sbb.:

Membersihkan PKI dari anasir2 jang tidak baik.
Membentuk Komite Fusi jang berkewadjiban:
a. Mendaftar anggota 2 PBI dan Partai Sosialis jang dapat diusulkan dengan segera mendjadi anggota PKI.
b. Menjiapkan masuknja anggota2 lainnja jang masih kurang madju dengan memberi kepada mereka, kewadjiban untuk mempeladjari buku-buku Marxisme-Leninisme, kursus2, pekerdjaan jang tertentu dsb.

3. Setelah semua ini selesai, lalu mengadakan Kongres Fusi daripada ketiga Partai, dimana ketiga Partai dilebur mendjadi satu dengan menlakai nama Partai Komunis Indonesia dan dipilih Central Comite jang baru setjara demokratis.

Dengan adanja hanja satu Partai klas buruh jaitu PKI, maka pekerdjaan akan mendjadi lebih sederhana dan rasionil.

Adanja satu PKI jang legal, rnemudahkan dan menegaskan pekerdjaan tiap2 Komunis dalam serikat buruh, dalam perdjuangan tani, pemuda, wanita, dalam gerakan sosial dll.

Oleh karena PKI adalah Partai klas jang miskin dan jang tertindas, seharusnja susunan pimpinan dan susunan Partai seluruhnja sebagian besar terdiri dari elemen2 proletar sedangkan kaum intelektuil seharusnja mendjadi Pembantu jang tidak dapat diabaikan dalam semua hal terutama dalam pekerdjaan pembentukan kader2 dan dalam mempertinggi tingkatan teori anggota PKI. Kesalahan2 pokok hingga sekarang, disebabkan pula oleh karena kurangnja elemen-elemen proletar dalam pimpinan Partai.

Rapat Polit-Biro memperkuat putusan CC PKI untuk membentuk suatu organisasi-massa baru, jalah : "Lembaga Persahabatan Indonesia-Soviet Uni". Ini perlu sekali, oleh karena di Indonesia terdapat sangat banjak orang jang bersimpati kepada Soviet Uni dan jang masih segan memasuki PKI. Perlu sekali adanja lembaga itu, supaja Rakjat djelata mengetahui lebih banjak tentang Soviet Uni, supaja Rakjat djelata mempunjai kepertjajaan lebih besar kepada gerakan demokrasi Rakjat jang dipimpin oleh Soviet Uni. Kekuatan Soviet Uni dan kekuatan2 anti-imperialis lainnja diseluruh dunia sebenarnja adalah djauh lebih besar daripada kekuatan blok imperialisme jang dipimpin oleh Amerika Serikat, jang djuga bemiat mendjadjah kembali tanahair kita.



II. Lapangan politik

Politik luarnegeri

Dalam lapangan politik luarnegeri, rapat Polit-Biro berpendapat, bahwa kesalahan2 besar jang telah dibuat oleh kaum Komunis Indonesia selama tiga tahun ini tidak bersifat kebetulan, melainkan mempunjai akar jang berasal semendjak meletusnja perang dunia II dan pendudukan tanahair kita oleh Djepang dan jang selandjutnja dipengaruhi oleh pendirian jang salah dari partai2 sekawan, jaitu Partai-partai Komunis Eropa Barat (Perantjis, Inggris dan Belanda).

Pendirian politik jang salah dari Partai2 Komunis di Eropa Barat ini pada umumnja, jalah karena tidak dimengertinja perubahan2 jang besar dilapangan politik internasional dan perubahan2 keadaan dinegerinja masing2 sesudah perang dunia II berachir dengan hantjumja negeri2 fasis Djerman, Italia dan Djepang. Semendjak perang dunia II meletus, maka gerakan kaum buruh revolusioner di-negeri2 kapitalis, untuk sementara waktu, harus melakukan politik bekerdja-sama dengan semua tenaga-anti-fasis dinegerinja masing2 termasuk pemerintah Amerika, Inggris, Perantjis, Belanda dsb. Pun djuga gerakan revolusioner dari Rakjat di-negeri2 djadjahan, untuk sementara harus melakukan politik sematjam itu.

Setelah Soviet Uni terlibat dalam perang dunia II karena serangan fasis Djerman, maka bagi Soviet Uni djuga timbul keharusan untuk erat bekerdja bersama dengan negara2 besar jang bersekutu melawan negeri2 fasis.

Semuanja bermaksud memperhebat perlawanan terhadap penjerang2 fasis, musuh jang paling berbahaja pada waktu itu, bukan sadja bagi negeri2 kapitalis dan imperialis, tetapi djuga bagi Soviet Uni, bagi gerakan buruh revolusioner di-negeri2 kapitalis dan imperialis dan bagi gerakan revolusioner dari Rakjat dinegeri djadjahan. Setelah perang dunia II berachir dengan hantjurnja ketiga negeri fasis tadi, maka bagi Partai2 Komunis dinegeri2 kapitalis dan imperialis dan bagi perdjuangan revolusioner di-negeri2 djadjahan sudah tidak ada alasan lagi untuk melandjutkan kerdjasama dengan pemerintahnja masing2. Apalagi sesudah ternjata, bahwa kaum burdjuis sudah mulai menggunakan tjara-tjara untuk menindas gerakan kemerdekaan dinegeri djadjahannja.

Kesalahan dari Partai2 Komunis Perantjis dan Inggris dan djuga Partai Komunis Belanda jang terpengaruh oleh Partai Komunis Perantjis, jalah karena tidak dimengertinja perubahan besar jang telah berlaku dalam lapangan politik internasional sesudah perang dunia, terutama jang mengenai perdjuangan kemerdekaan dari Rakjat di-negeri2 djadjahan.

Pada saat perang dunia II berachir dengan hantjurnja negeri2 fasis, maka perdjuangan kemerdekaan di-negeri2 djadjahan harus dikobar-kobarkan lagi dengan sehebat-hebatnja dan Partai2 Komunis di-negeri2 pendjadjah harus menjokong se-kuat2nja. Kerdjasama dalam perdjuangan kemerdekaan Rakjat jang didjadjah dengan negeri2 imperialis sudah tidak lagi pada tempatnja!

Akan tetapi, karena tidak faham tentang perubahan keadaan politik ini, maka CPN (Partai Komunis Belanda) beranggapan, bahwa perdjuangan Rakjat Indonesia tidak boleh keluar dari batas dominion status dan oleh karenanja sembojan jang paling baik untuk Indonesia menurut pendirian mereka jalah: "Uni-verband", atau dengan perkataan lain : tetap tinggal dalam lingkungan "Commonwealth" Belanda. Djadi Rakjat Indonesia harus terus-menerus "kerdjasama" dengan imperialisme Belanda. Demikian pula pendirian Partai Komunis Perantjis terhadap perdjuangan kemerdekaan Vietnam.

Hal jang tidak boleh dilupakan jalah, bahwa di Indonesia selama pendudukan Djepang sudah ada Komunis2 palsu dan komunis2--renegat (penghianat), jang suka mendjalankan kerdjasama dilapangan politik dengan fasis Djepang.

Politik jang reformis dari Partai2 Komunis di-negeri2 Eropa Barat, disebabkan karena tidak fahamnja akan perubahan2 keadaan internasional jang penting sesudah perang dunia II berachir. Oleh kawan2 bekas anggota CPN jang tiba di Indonesia, dengan otomatis dengan tidak dipikirkan dalam-dalam, djuga dengan tidak ditjotjokkan dengan keadaan objektif (proklamasi kemerdekaan tanggal 17-8 tahun 1945), politik reformis ini telah dipraktekkan, sehingga akibatnja sangat membahajakan kemadjuan Revolusi Nasional kita.

Perlu ditegaskan, bahwa politik reformis jang berasal dari luarnegeri ini djustru memberi kesempatan berkembangnja aliran reformis jang menguasai politik luarnegeri Republik dan jang dipimpin oleh kaum sosialis kanan (Sutan Sjahrir). Politik reformis ini dapat dinjatakan dengan dua hal :



1. Mentjari keuntungan dan bantuan dengan kerdjasama, bukan dengan golongan anti-imperialis melainkan dengan golongan imperialis. Jaitu dengan rnenggunakan pertentangan2 diantara imperialisme Inggris dan Amerika dan diantara imperialisme Inggris dan imperialisme Belanda. Pada permulaannja imperialisme Inggrislah jang diadjaknja bermain-mata. Dasar daripada politik reformis ini diletakkan dalam Manifes Politik Pemerintah Republik November 1945.

2. Menghadapi imperialisme Belanda tidak dengan perdjuangan jang konsekwen revolusioner dan anti-imperialis, melainkan dengan politik reaksioner atau politik kompromis jang bersembojan: "bukan kemenangan militer jang dimaksudkan, melainkan kemenangan politik". Djadi bukannja perdjuangan dengan sendjata jang diutamakan, melainkan perdjuangan politik, sedangkan, imperialisme Belanda terus-menerus berusaha memperkuat tenaga militernja.



Kaum Komunis jang membiarkan berkembangnja dan meradjalelanja politik reaksioner ini, malahan turut serta menjokongnja, telah membuat dua matjam kesalahan :

a. Lupa akan peladjaran teori revolusioner kita, bahwa Revolusi Nasional anti-imperialis dizaman sekarang ini sudah mendjadi bagian daripada Revolusi Proletar dunia. Kesimpulan daripada peladjaran ini jalah, bahwa Revolusi Nasional di Indonesia harus berhubungan erat dengan tenaga2 anti-imperialis lainnja didunia, jaitu perdjuangan revolusioner diseluruh dunia, baik di-negeri2 djadjahan atau negeri setengahdjadjahan, maupun di-negeri2 kapitalis-imperialis. Sebab semua ini adalah sekutu daripada Revolusi Nasional kita. Negeri Soviet Uni sebagai tenaga anti-imperialis jang terbesar dan terkuat harus dipandang sebagai pangkalan, sebagai benteng jang terkuat, atau sebagai pemimpin dan pelopor daripada semua perdjuangan anti-imperialis diseluruh dunia. Sebab hanja ada dua golongan didunia jang berhadapan dan berlawanan satu sama lainnja, jaitu golongan imperialis dan golongan anti-imperialis. Bagi Revolusi Nasional Indonesia, tidak ada tempat lain selainnja difihak golongan anti-imperialis! Hanja dari fihak golongan anti-imperialis sebagai sekutu jang sedjati, Revolusi Nasional Indonesia dapat memperoleh keuntungan dan bantuan jang diperlukan, dan bukan dari fihak golongan imperialis.

b. Kesalahan jang kedua jalah, bahwa tidak tjukup dimengerti perimbangan kekuatan antara Soviet Uni dan imperialisme Inggris-USA, setelah Soviet Uni berhasil dengan sangat tjepatnja menduduki seluruh Tung Pai (Mansjuria). Pada waktu itu sudah ternjata kedudukan Soviet Uni jang sangat kuat dibenua Asia, jang mengikat banjak tenaga militer daripada imperialisme USA, Inggris dan Australia dan dengan demikian memberi kesempatan baik bagi Rakjat Indonesia untuk memulai revolusinja. Pada saat itu kaum Komunis Indonesia sudah membesar-besarkan kekuatan Belanda dan imperialisme lainnja dan mengetjilkan kekuatan Revolusi Indonesia serta golongan anti-imperialis lainnja.

Konsekwensi jang sudah semestinja dari politik kaum sosialis kanan (Sutan Sjahrir) jang reaksioner itu, jalah penanda-tanganan truce agreement 1946 dan selandjutnja penanda-tanganan persetudjuan Linggadjati jang memungkinkan imperialisme Belanda menjiapkan perang kolonial, jang meletus pada tanggal 21 Djuli 1947.

Akibat kesalahan pokok dalam lapangan politik tidak habis disitu sadja; konsekwensi jang lebih mentjelakakan lagi jalah tidak lain daripada penanda-tanganan persetudjuan Renville. Persetudjuan Renville ini adalah puntjak akibat kesalahan2 jang reaksioner, jang telah membawa Republik pada tepi djurang kolonialisme. Tanggung-djawab jang berat ini terletak dipundak kaum Komunis.

Kesalahan selandjutnja jang besar pula jalah bahwa kabinet Amir Sjarifuddin mengundurkan diri dengan sukarela dan dengan tidak ada perlawanan samasekali. Kaum Komunis pada waktu itu tidak ingat akan peladjaran Lenin: "Soal pokok daripada tiap revolusi adalah soal kekuasaan negara". Dengan bubarnja kabinet Amir Sjarifuddin terbukalah djalan bagi elemen2 burdjuis komprador untuk memegang pimpinan pemerintahan dan dengan demikian djuga pimpinan Revolusi Nasional kita, sedangkan kaum Komunis mengisolasi dirinja dalam oposisi. Dapat dlkatakan, bahwa saat itulah Revolusi Nasional kita benar2 berada dalam bahaja, jang makin lama makin mendjadi besar. Sedjak saat itulah Revolusi Nasional kita makin lama makin djelas merosot kedalam djurang kapitulasi (penjerahan) kepada imperialisme Belanda cs, akibat politik kompromis jang sangat reaksioner daripada elemen2 burdjuis Indonesia jang memegang pimpinan pemerintahan.

Politik kompromis jang reaksioner ini makin menguntungkan imperialisme Belanda dan makin membesarkan bahaja bagi Republik kita.

Sesudah kaum Komunis tidak lagi duduk didalam pemerintahan dan setelah mereka, mulai giat bekerdja dikalangan Rakjat djelata, maka mereka mulai sedar akan kesalahan2 dan kekurangan-kekurangannja, diantara lain kelemahan2 organisasi Partai serta organisasi massa, terutama dikalangan kaum buruh dan tani. Mereka mulai insaf, bahwa terutama harus diusahakan penjelesaian soal agraria dengan se-lekas2nja, jang dahulunja sangat kurang mendapat perhatian mereka, padahal masaalah tani adalah masaalah jang penting bagi Revolusi Nasional Indonesia.

Djuga mulai diinsafi, bahwa dengan tidak adanja sokongan, terutama dari Rakjat pekerdja (buruh, tani-pekerdja dan pekerdja lainnja) jang berorganisasi rapi, tidaklah mungkin mewudjudkan hegemoni klas buruh dalam Revolusi National kita ini, dan tidak mungkin pula membentuk suatu pemerintahan kerakjatan jang kuat dan stabil (jang berdiri tegak). Oleh karenanja kaum Komunis berdaja-upaja dengan segiat-giatnja mengorganisasi massa Rakjat pekerdja, agar dalam waktu jang pendek dapat menjusun massa-organisasi jang rapi dalam berbagal kalangan Rakjat pekerdja, jang berkewadjiban mendjalankan rol sebagai tulang-punggung Revolusi Nasional kita.

Ternjata bahwa didalam 6 bulan jang belakangan ini, sedjak pimpinan negara dipegang oleh elemen2 burdjuis komprador, tumbuhnja politik jang reaksioner berdjalan dengan tjepatnja. Malahan pada beberapa bulan jang belakangan sudah tampak tanda2, bahwa politik pemerintah jang reaksioner itu akan tumbuh ketingkatan kontra-revolusioner.

Hal ini sebagian disebabkan, karena agitasi dan propaganda dari fihak kaum Komunis untuk menjedarkan massa Rakjat pekerdja tentang kekeliruan2 politik pemerintah, disana-sini telah didjalankan dengan tjara jang kurang bidjaksana, hingga menjinggung perasaan. Akan tetapi sebagian lagi disebabkan, karena tindakan2 jang reaksioner dari fihak pemerintah terhadap hak2 demokrasi Rakjat pekerdja, sedangkan Rakjat pekerdja sudah makin sedar akan rol dan kewadjibannja serta hak2nja dalam Revolusi Nasional. Tindakan2 reaksioner jang telah njata diantaranja jalah :

Penghapusan hak2 demokrasi jang pokok misalnja hak berdemonstrasi, walaupun buat sementara.

Niat untuk mengekang hak mogok bagi kaum buruh, dengan tidak mengindahkan samasekali faktor2 jang njata, jaitu jang memaksa kaum buruh menggunakan sendjata perdjuangannja jang paling tadjam itu untuk membela nasibnja dan membela Revolusi Nasional.

Politik dalam lapangan dkonomi jang terang-terangan reaksioner, jang menentang dan memperkosa UUD Republik kita fasal 33 dan jang sangat merugikan penghidupan Rakjat pekerdja, serta kedudukan negara dan Revolusi Nasional kita. Ini semua hanja mengunfungkan beberapa orang burdjuis komprador jang dengan terang2an menundjukkan sikap anti-nasional,

Politik dilapangan agraria jang reaksioner dan antjaman terhadap kaum tani jang sudah sedar akan rol dan kewadjibannja sebagai tenaga jang penting dalam pelaksanaan Revolusi Nasional dan karenanja telah bergerak menghilangkan segala sisa feodalisme dilapangan agraria.

Perintah untuk mendaftar nama2 dan mengamat-amati tindakan2 pemimpin2 Rakjat pekerdja.

Teranglah, bahwa tindakan pemerintah jang reaksioner itu, jang bermaksud mempertahankan kedudukannja dan menguntungkan beberapa kelompok kaum burdjuis, tidak boleh tidak tentu makin meruntjingkan pertentangan antara Rakjat pekerdja dan pemerintah. Djadi bukannja kaum buruh jang meruntjingkan pertentangan klas, melainkan kaum burdjuis sendiri.

Sudah mendjadi kewadjiban kaum Komunis untuk menjedarkan Rakjat pekerdja dan kaum progresif terhadap berkembangnja politik reaksioner jang berbahaja dari pemerintah jang achimja pasti akan mendjerumuskan Revolusi Nasional kita kedjurang kegagalan dan kemusnahan. Dengan demikian dimaksudkan supaja tenaga massa Rakjat pekerdja bersama dengan tenaga progresif lainnja dapat merubah haluan politik pemerintah jang tidak sehat dan berbahaja itu kearah djurusan jang sehat.

Walaupun kaum Komunis sekarang telah mendapat pengaruh lebih besar daripada diwaktu sebelum meninggalkan pemerintah, akan tetapi oleh karena tidak tahu tentang kesalahannja jang pokok dalam lapangan politik, maka sikap sebagian besar daripada Rakjat terhadap Komunisme djuga masih belum tjukup terang dan tegas.

Berhubung dengan itu, rapat Polit-Biro menetapkan, bahwa PKI dalam susunan jang baru dengan tegas harus membatalkan persetudjuan Linggadjati dan Renville, jang dalam prakteknja telah mendjadi sumber daripada bermatjam-matjam keruwetan diantara pemimpin2 dan Rakjat djelata. Hapusnja persetudjuan Linggadjati dan Renville berarti bahwa Republik Indonesia merdeka sepenuhnja dan Rakjat tidak terikat lagi oleh persetudjuan2 jang mengikat dan memperbudak. Dengan demikian Rakjat didaerah pendudukan akan mendapat kemerdekaan luas untuk beraksi terhadap Belanda. Hapusnja persetudjuan Linggadjati dan Renville berarti djuga, bahwa orang Indonesia boleh menganggap adanja kekuasaan Belanda di Indonesia sebagai pelanggaran kedaulatan Republik jang merdeka, dan oleh karena itu tentara Belanda harus diusir se-lekas2nja. Hapusnja persetudjuan Linggadjati dan Renville menghilangkan segala kebimbangan dikalangan beberapa partai lain untuk memperluas dan meneguhkan hubungan Republik dengan negeri2 asing. Dengan demikian Republik djuga mendapat kesempatan untuk menerobos blokade Belanda jang mengisolasi Republik dari negeri2 luar dalam lapangan ekonomi dan politik.

Kaum Komunis menolak persetudjuan Linggadjati dan Renville, bukannja karena Belanda terbukti tidak setia dan telah mengindjak-indjak persetudjuan itu. Tidak ! Sekali-kali tidak ! Komunis prinsipiil menolak persetudjuan Linggadjati dan Renville, oleh karena persetudjuan-persetudjuan itu djikalau dipraktekkan, akan mewudjudkan negara jang pada hakekatnja sama sadja dengan djadjahan, jang berbeda dengan India, Birma, Filipina dan djadjahan lain2 hanjalah kulitnja sadja. Sebab itu PKI tetap bersembojan: "Merdeka se-penuh2nja".

Penolakan persetudjuan Linggadjati dan Renville berarti djuga selfkritik jang keras dikalangan PKI. Dan pengakuan salah ini harus dipopulerkan djuga kepada Rakjat-banjak.

PKI menolak perundingan dengan Belanda jang tidak didasarkan atas hak jang sama. Komunis prinsipiil tidak menolak perundingan, akan tetapi harus didasarkan atas hak2 jang sungguh-sungguh sama. Dalam perundingan se-kali2 tidak boleh disinggung soal kedaulatan Republik atas seluruh Indonesia.

Dalam perundingan2 inj PKI sanggup memberikan sekedar kondisi dilapangan ekonomi dan kebudajaan kepada orang2 Belanda jang tidak menentang Revolusi kita, lebih daripada jang sekarang biasa diberikan di-negeri2 kapitalis.

Dalam politiknja terhadap Soviet Uni PKI mengandjurkan se-bulat2 nja supaja diadakan perhubungan langsung antara Republik Indonesia dengan Soviet Uni dalam segala lapangan. Soviet Uni adalah sekutu jang semestinja dari Rakjat Indonesia jang melawan imperialisme oleh karena Soviet Uni memelopori perdjuangan melawan blok imperialis jang dipimpin oleh Amerika Serikat. Tjukup djelas bagi kita bahwa Amerika Serikat membantu dan mempergunakan Belanda untuk mentjekek Republik kita jang demokratis. PKI harus menerangkan kepada Rakjat-banjak, bahwa pengakuan Soviet Uni membawa kebaikan semata-mata, sebab Soviet Uni sebagai negara kaum buruh tidak mungkin bersifat lain daripada anti-imperialis. Dengan demikian Soviet Uni tidak mempunjai kepentingan lain terhadap Indonesia ketjuali membantu Indonesia dalam perdjuangannja jang djuga bersifat anti-imperialis.

Dalam perdjuangannja melawan irnperialisme, PKI harus menghubungkan diri dengan gerakan2 anti-imperialis di Asia, di Eropa dan di Amerika, terutama sekali dengan Rakjat negeri Belanda jang progresif, jang sebagian besar dari mereka dipimpin oleh CPN. Partai ini walaupun sudah membuat kesalahan2, adalah satu-satunja Partai klas buruh dinegeri Belanda jang sungguh2 membantu gerakan keinerdekaan kita pada waktu sebelum dan sesudah peperangan dunia kedua. CPN adalah djuga mendjadi sekutu kita jang semestinja, dan perhubungan kita dengan CPN harus lebih dikokohkan lagi. Lain daripada itu PKI harus terus-menerus mendesak CPN supaja benar2 meninggalkan politik jang bersembojan : "Unie-verband" jang djahat itu dan menggantinja dengan politik "INDONESIA MERDEKA SEPENUH-PENUHNJA". Tudjuan PKI jalah mendirikan Republik Indonesia berdasarkan Demokrasi Rakjat, jang meliputi seluruh daerah Indonesia dan jang bebas dari pengaruh imperialisme serta tentaranja.



Politik Dalam negeri

Soal jang penting jalah, bahwa PKI dengan semua djalan harus menghalangi pemerintah sekarang ini djangan sampai terus-menerus memberi konsesi kepada imperialisme karena ini berarti menjerahkan Republik kedalam tangan imperialisme.

Lagi pula dalam pekerdjaannja sehari-hari PKI harus dengan giat membela kepentingan2 kaum buruh dan kaum tani.

Selandjutnja PKI harus djuga berusaha, se-lekas2nja melikwidasi segala kelemahan Revolusi kita. Kelemahan itu jalah :

Klas buruh dengan pelopornja, jaitu PKI, belum memegang hegemoni daripada pimpinan Revolusi Nasional kita. Untuk mewudjudkan hegemoni ini dengan tegas dan teguh, maka perlu sekali dipenuhi siarat2 jang penting, jaitu adanja organisasi Partai jang rapi dan kuat jang meliputi tiap2 pabrik, perusahaan, bengkel, kantor, kampung dan desa, dengan anggota dan kader2 bagian jang sebagian besar terdiri dari kaum, buruh dan tani-pekerdja. Selandjutnja djuga adanja organisasi2 massa jang kuat jang meliputi sebagian besar daripada Rakjat pekerdja dari berbagai golongan, terutama dari kalangan kaum buruh dan tani, sedangkan Pimpinannja harus ditangan Partai.

Pimpinan Revolusi Nasional kita, walaupun hegemoninja harus ada ditangan klas buruh, harus diwudjudkan oleh PKI ber-sama2 dengan partai2 atau elemen2 lain jang progresif berdasarkan sebuah program nasional jang revolusioner, jang disetudjui oleh bagian terbesar daripada Rakjat kita. Dengan demikian dapat terbentuk suatu pimpinan revolusi jang seia-sekata dan jang erat bekerdja bersama dengan dan disokong oleh seluruh Rakjat atau se-tidak2nja oleh sebagian terbesar daripadanja. Hingga sekarang hal ini belum tertjapai.

Hingga sekarang Revolusi Nasional kita belum melandasi alat2 kekuasaan negara jang lama, jang djiwa, susunan ataupun tjara bekerdjanja masih sangat berbau pendjadjahan. Dalam hal ini PKI tidak boleh melupakan peladjaran Marx jang mengatakan, bahwa kewadjiban tiap revolusi jalah menghantjurkan alat kekuasaan negara jang lama dan menjusun alat kekuasaan negara jang baru. Dengan demikian dapatlah ditjegah usaha musuh untuk merebut kembali kekuasaan negara. Revolusi kita dengan melalaikan kewadjiban ini teiah membahajakan nasibnja sendiri. Oleh karena itu mendjadi kewajjiban jang penting bagi PKI dan semua tenaga progresif untuk selekas-Iekasnja memperbaiki kesalahan jang besar ini. Alat2 kekuasaan negara jang dengan segera harus dirubah dan disusun kembali jalah :

a. Pemerintahan dalam negeri
Hingga sekarang alat ini boleh dibilang masih hampir samasekali alat lama jang bersifat feodal-kolonial, baik dalam susunan maupun dalam tjara bekerdjanja. Pun orang2nja sebagian besar adalah orang2 lama. Harus segera diusahakan agar supaja susunan pemerintahan desa sampai kabupaten dirubah samasekali setjara radikal, berdasarkan pemerintahan kolegial (kedewanan) jang dipilih langsung oleh Rakjat. Jang penting terutama jalah pemerintahan desa, agar Rakjat tani segera dapat dibebaskan dari belenggu2 feodalisme jang hingga sekarang masih mengikatnja. Perabahan ini harus dilaksaidakan dalam tempo jang se-singkat2 nja. Dengan sendirinia anasir2 jang reaksioner dan kontra-revolusioner harus segera disingkirkan dari kalangan pemerintahan dalamnegeri.

b. Kepolisian negara
Baik anggota2 maupun kader2nja harus diberi pendidikan jang sesuai dengan arti dan isi Revolusi Nasional kita dan kewadjiban kepolisian negara sekarang, jalah membela kepentingan Revolusi Nasional, jang berarti djuga membela kepentingan Rakjat pekerdja chususnja. Djadi kewadjiban mereka sekarang adalah bertentangan samasekali dengan kewadjiban mereka dahulu dizaman pendjadjahan. Terang, bahwa bagi anasir2 jang reaksioner atau kontra-revolusioner tidak ada tempat lagi didalam kepolisian negara. Kepolisian harus dipimpin oleh kader2 jang progresif.

c. Pengadilan negeri
Tjara bekerdjanja pengadilan negeri. harus tidak lagi setjara lama, jang hingga sekarang masih berlaku, melainkan harus dirubah dan didasarkan atas kepentingan Revolusi Nasional kita. Terutama jang mengenai perkara2 politik. Anasir2 jang reaksioner dan kontra-revolusioner harus segera disingkirkan dari aparat ini.

d. Ketentaraan
'I'entara sebagai alat kekuasaan negara jang terpenting harus istimewa mendapat perhatian. Kader2 dan ang gota2nja harus diberi pendidikan istimewa jang sesuai dengan kewadjiban tentara sebagai aparat terpenting untuk membela Revolusi Nasional kita, jang berarti pula membela kepentin-an Rakjat pekerdja. Tentara harus bersatu dengan dan disukai oleh Rakjat. Tentara harus dipimpin oieh kader2 jang progresif. Dengan sendirinja dan terutama dikalangan kader2nja harus dibersihkan dari anasir2 jang reaksioner dan kontra-revolusioner.

e. Alat2 negara lainnja jana penting2 seperti djawatan2 jang mengurus keuangan negara, alat2 produksi dan distribusi, pada umumnja harus dibersihkan dari anasir2jang reaksioner dan kontra-revolusioner, terutama dalam pimpinannja, agar supaja kepentingan negara dan Rakjat dapat terdjamin.

Kelalaian memberikan djaminan kepada anggota-anggota ketentaraan dan kepolisian negara chususnja, dan kepada Rakjat pekerdja umumnja (buruh dan pegawai negeri), hingga menjebabkan terlantarnja nasib mereka ini.

PKI harus memperdjuangkan se-lekas2nja tertjapainja djaminan sekurang-kurangnja keperluan hidup se-hari2 bagi Rakjat pekerdja tersebut diatas.



Selain itu harus diperdjuangkan pula segera terlaksananja :

Bagi kaum buruh: hak2 demokrasi disegala lapangan, oleh karena mereka sebagai pelopor revolusi harus terutama diberi keuntungan banjak.
Bagi kaum tani: hapusnja sisa2 peraturan zaman feodal dan peraturan2 imperialis dilapangan pertanian, jang bagi Rakjat tani merupakan rintangan hebat untuk mendapat perbaikan nasib. Adapun politik PKI untuk kaum tani diseluruh Indonesia jalah : "Tanah untuk kaum tani". Djadi tiap orang tani harus diberi tanah, supaja ia merasakan benar2 buah revolusi. Akan tetapi kaum Komunis harus ingat, bahwa sekarang dan dalam beberapa tahun jang akan datang belum mungkin melaksanakan sembojan ini, berhubung dengan kurangnja luas tanah di Djawa dan Madura, sedangkan djumlah kaum tani terlampau besar. Oleh karena itu buat sementara waktu, Rakjat tani dapat diberi pertolongan jang lebih baik tidak dengan membagi-bagikan kepada mereka tanah2 jang dapat dibagikan kepadanja sebagai hasil penghapusan sisa2 peraturan feodal dilapangan agraria. Tetapi tanah ini diserahkan kepada desa dan desalah jang mengatur penggarapannja oleh buruh-tani dengan tjara jang menguntungkan mereka.
Bagi pekerdja intelektuil: penghargaan jang lajak oleh pemerintah, sebab banjak pekerdja intelektuil jang merasa diri dan pekerdjaannja samasekali tidak dihargai oleh pemerintah.

Kelalaian dalam memperluas alat2 produksi jang lama dan membangun alat2 produksi jang baru jang dikuasai negara serta mengerdjakannja dengan se-hebat2nja untuk mempertinggi kemakmuran Rakjat.

Kelalaian dalam mengadakan aparat distribusi negara jang baik jang dapat memenuhi kewadjibannja dengan beres.

Kelalaian dilapangan keuangan negara jang ternjata dengan rnemuntjaknja kesukaran2 tentang hal uang, jang betul2 dirasai oleh seluruh masjarakat, terutama dikalangan Rakjat pekerdja.

Kelalaian dalam membangun koperasi2 Rakjat, tentang koperasi dilapangan keradjinan tangan dan perusahaan ketjil, dilapangan kredit dan distribusi jang dapat bekerdja bersama dengan pemerintah, baik dalam usaha pengumpulan bahan2 makanan, maupun dalam usaha distribusi barang2 dari pemerintah.

Kelalaian dilapangan sosial, jaitu terutama jang mengenai pemberian pertolongan kepada tentara jang berhidjrah, pengungsi, djuga jang mengenai perumahan jang lajak bagi kaum buruh, perawatan kesehatan dan pemberian obat kepada Rakjat.

Tidak adanja perhatian samasekali dari fihak pemerintah kepada masaalah golongan minoritet, jang sebagian besar terdiri dari orang2 jang memiliki perusahaan2 ketjil dan dari orang2 intelektuil.

Harus diperdjuangkan oleh PKI supaja segala kelemahan ini dengan se-lekas2 nja dapat diatasi. Jang mengenai hal produksi dilapangan industri harus diandjurkan kepada kaum buruh, bahwa produksi harus diperbesar se-banjak2nja dengan sjarat, bahwa peroduksi dan distribusi serta perdagangan barang2 milik negara harus diawasi oleh serikatburuh.

Dengan pendek dapat dikatakan, bahwa dalam pekerdjaan se-hari2 PKI harus membela dengan giat kepentingan2 Rakjat pekerdja umumnja. Kepada pemerintah harus dituntut dengan tegas oleh PKI, supaja sebab2 jang dapat menimbulkan pemogokan segera dihilangkan.

Dalam menetapkan kewadjiban tersebut diatas, ditambah dengan kewadjiban melawan imperialisme jang mana sadja dengan tjara jang se-hebat2nja, maka kaum Komunis se-kali2 tidak boleh melupakan bahwa kewadjiban PKI pada saat ini dalam tingkatan revolusi sekarang ini jalah tidak melebihi daripada penjelesaian REVOLUSI NASIONAL atau REVOLUSI DEMOKRASI BURDJUIS TYPE BARU, sebagai tingkatan persediaan untuk revolusi jang lebih tinggi jaitu Revolusi Sosialis atau Revolusi Proletar.

Pendorong Revolusi Nasional sekarang ini jalah Rakjat progresif dan anti-imperialis seluruhnja terutama sekali klas buruh sebagai pemimpinnja dan kaum tani sebagai sekutu klas buruh jang terpenting. Djikalau diantara Rakjat progresif itu tidak ada persatuan, maka revolusi tidak akan menang! Sebaliknja, hanja persatuan jang kuat diantara seluruh Rakjat jang anti-imperialis itu akan membawa Revolusi kita kepada kemenangan.

Wudjud satu2nja daripada persatuan itu, jalah Front Nasional jang disusun dari bawah jang disokong oleh semua Partai dan golongan serta orang2 jang progresif.



III. Front Nasional

Setelah menindjau riwajat gerakan kemerdekaan semendjak permulaan pendudukan negeri kita oleh Djepang hingga kini, maka Polit-Biro menetapkan dengan menjesal bahwa kaum Komunis telah lalai mengadakan Front Nasional sebagai sendjata Revolusi Nasional terhadap imperialisme. Walaupun kemudian mereka mulai sedar akan kepentingan Front Nasional itu, akan tetapi kaum Komunis belum faham sungguh2 tentang hakekat Front Persatuan Nasional dan tentang tjara membentuknja. Beberapa matjam bentuk Front Nasional selama tiga tahun ini telah didirikan, akan tetapi selalu tinggal diatas kertas belaka, bahwa hanja berupa konvensi diantara organisasi2 atau diantara pemimpin2 sadja, sehingga djikalau ada sedikit perselisihan diantara pemimpin2 Front Nasional itu lalu menjebabkan bubarnja. PKI berkejakinan, bahwa pada saat ini Partai klas buruh tidak dapat menjelesaikan sendiri revolusi demokrasi burdjuis ini dan oleh karena itu PKI harus bekerdja bersama dengan partai2 lain. Kaum Komunis sudah semestinja berusaha mengadakan persatuan dengan anggota2 partai dan organisasi2 lain. Satu2nja persatuan sematjam itu jalah FRONT NASIONAL. Dalam menjusun ini PKI harus mengambil inisiatif dan dalam Front Nasional itu PKI harus djuga memainkan rol jang memimpin. Ini se-kali2 tidak berarti, bahwa kaum Komunis memaksa partai lain atau orang lain supaja mengikutinja, melainkan PKI harus mejakinkan dengan setjara sabar kepada orang2 jang tulus hati, bahwa satu2nja djalan untuk mendapat kemenangan jalah membentuk Front Nasional jang disokong oleh semua Rakjat jang progresif dan anti-imperialis. Tiap2 Komunis harus jakin benar2, bahwa dengan tidak adanja Front Nasional kemenangan tidak akan datang.

Oleh karena pada dewasa ini telah ada program nasional jang sudah disusun, disetudjui dan diterima pula oleh semua partai, maka tidak salah djika program nasional ini dipakai dengan segera sebagai dasar untuk mewudjudkan Front Nasional. Front Nasional jang tulen harus disusun dari bawah, semua anggota partai2 jang sudah menjetudjui Front Nasional seharusnja memasukinja, setjara individual. Selain daripada itu diberi djuga kesempatan kepada beribu orang jang tidak berpartai dan jang progresif turut serta dalam Front Nasional. Komite2 Front Nasional, baik didaerah maupun dipusat, harus dipilih setjara demokratis dari bawah. Front Nasional sematjam ini, sekali berdiri, tidak akan mudah hantjur, bahkan tidak terlalu bergantung lagi kepada kehendak pemimpin2 partai. Front Nasional sematjam itu memungkinkan djuga pengurangan perselisihan politik dan djuga memperketjil adanja oposisi sampai pada batas minimum.

Bersamaan dengan itu, PKI harus berdaja-upaja supaja pemerintah sekarang se-lekas2nja diganti dengan pemerintah FRONT NASIONAL jang berdasar atas program nasional dan jang, bertanggung djawab. Hanja pemerintah sematjam itulah jang akan berakar kuat dikalangan Rakjat dan sanggup mengatasi kesukaran2 dalamnegeri serta meneruskan perlawanan anti-imperialis setjara konsekwen.



IV. PKI dan daerah pendudukan

Polit-Biro menganggap perlu dan memutuskan, bahwa PKI harus sungguh2 mengatur dan memimpin perlawanan Rakjat terhadap Belanda didaerah pendudukan. Strategi PKI didaerah pendudukan terutama harus menghalangi Belanda dalam usahanja memperteguh kekuasaannja dan memperbesar produksinja. Kalau Belanda berhasil dalam usahanja itu, maka lambat laun Belanda dapat memadamkan semangat perlawanan Rakjat djelata. Perlawanan jang selalu bertambah, jang dilakukan oleh kaum gerilja didaerah2 pendudukan di Djawa, di Sumatera dan di-pulau2 lain harus mendjadi tanda bagi semua Komunis untuk aktif dan berani menjokong dan memimpin perlawanan2 itu.



V. Ideologi

Polit-Biro berpendapat, bahwa kesalahan2 prinsipiil tsb. diatas terutama disebabkan karena lemahnja ideologi Partai. Kelemahan2 tsb. diatas harus Iekas diperbaiki. Dengan tidak adanja teori revolusioner tidak ada gerakan revolusioner kata Lenin. Pendapat Lenin ini terbukti kebenarannja dalam pekerdjaan kita. Oleh karena teori Marxisme-Leninisme adalah suatu ilmu (wetenschap) jang tertingi, maka iapun harus dipeladjari sebagai wetenschap djuga. Teori kita ini meneguhkan kejakinan, menadjamkan kewaspadaan, membesarkan keberanian dan memudahkan pekerdjaan kita dalam keadaan jang sulit. Partai Komunis jang benar2 berdasar atas peladjaran2 MARX, ENGELS, LENIN dan STALIN tidak akan mudah djatuh dalam keadaan kebingungan, dan bagaimanapun djuga sulitnja keadaan dan suasana politik Partai Komunis selalu akan mendapat djalan jang tepat untuk mengatasinja. Berhubung dengan itu, mulai sekarang djuga tiap Komunis DIWADJIBKAN membatja dan mempeladjari setjara sistematis teori revolusioner dan diwadjibkan mengadakan kursus2 dikalangan kaum buruh dan kaum tani, agar supaja dengan djalan demikian mereka selalu dapat menghubungkan teori dan praktek dengan erat. Teori jang tidak dihubungkan dengan massa, tidak dapat merupakan kekuatan, akan tetapi sebaliknja teori jang berhubungan erat dengan massa, merupakan kekuatan jang maha hebat.

Kawan Stalin mengatakan, bahwa tidak ada satu bentengpun djuga jang tidak dapat direbut oleh kaum Bolsjewik. Maka itu jakinlah, bahwa kaum Bolsjewik Indonesia akan dapat merebut benteng jang terantjam bahaja dihadapan mereka, jaitu benteng Indonesia Merdeka.



Polit-Biro Central Comite
Partai Komunis Indonesia

Djokjakarta, Agustus 1948.

Catatan:
*) Pikiran jang orisinil dari Kawan Musso tidak menghendaki diadakannja fusi tetapi menghendaki supaja Partai Sosialis dan PBI dibubarkan sedangkan anggotanja setelah disaring supaja meleburkan diri dalam PKI.





Oleh pemerintahan Indonesia yang masih baru, khususnya oleh Moh. Hatta, PKI-Moesso ini dihabisi pula.

Upaya membangun PKI dilakukan oleh DN. Aidit cs. Tahun 1950-an dengan restu pemerintahan Soekarno. PKI ini sempat ikut Pemilu (PEMILU paling demokratis di Indonesia ) tahun 1955 dan menjadi salah satu dari empat partai terkuat pemenang Pemilu. Dalam masa tersebut diketahui produksi gagasan-gagasan/discourse tentang komunisme yang di Indonesia-kan sangat gencar, seperti tulisan-tulisan dari Karl Marx dan F. Engels:







Karl Marx



Tesis Tentang Feuerbach

I
Kekurangan utama dari semua materialisme yang ada sampai sekarang-termasuk materialisme Feuerbach-ialah bahwa hal ihwal (Gegenstand), kenyataan, kepancainderaan, digambarkan hanya dalam bentuk benda (Objekt) atau renungan (Anschauung), tetapi tidak sebagai aktivitet pancaindera manusia, praktek, tidak secara subyektif. Karena itu terjadilah bahwa segi aktif, bertentangan dengan materialisme, dikembangkan oleh idealisme-tetapi hanya secara abstrak, karena, sudah barang tentu, idealisme tidak tahu akan aktivitet pancaindera yang nyata sebagai hal yang sedemikian itu. Feuerbach membutuhkan benda-benda kepancainderaan, yang benar-benar dibedakan dari benda-benda pikiran, tetapi dia tidak mengartikan aktivitet manusia itu sendiri sebagai aktivitet obyektif (gegenständliche). Oleh karena itu, dalam Hakekat Agama Kristen, dia memandang sikap teoritis sebagai Satu-satunya sikap manusia yang sejati, sedang praktek digambarkan dan ditetapkan hanya dalam bentuk permunculannya yang keyahudian dan kotor. Karena itu dia tidak menangkap arti penting aktivitet "revolusioner", aktivitet "kritis-praktis".

II
Soal apakah kebenaran obyektif (gegenständliche) bisa dianggap berasal dari pemikiran manusia bukanlah soal teori melainkan soal praktek. Dalam praktek manusia harus membuktikan kebenaran itu, yaitu, kenyataan dan daya, kesegian-ini (Diesseitigkeit) dari pemikirannya. Perdebatan mengenai kenyataan atau bukan kenyataan dari pemikiran yang terasing dari praktek merupakan soal skolastik semata-mata.

III
Ajaran materialis bahwa manusia itu adalah hasil keadaan dan didikan, dan bahwa, oleh karenanya, manusia yang berubah adalah hasil keadaan-keadaan lain,dan didikan yang berubah, melupakan bahwa manusialah yang mengubah keadaan dan bahwa pendidik itu sendiri memerlukan pendidikan. Karena itu, ajaran ini menurut keharusan sampai pada membagi masyarakat menjadi dua bagian, satu di antaranya adalah lebih unggul daripada masyarakat (pada Robert Owen, misalnya).

Terjadinja secara bersamaan perubahan keadaan dengan perubahan aktivitet manusia bisa dibayangkan dan dimengerti secara rasionil hanya sebagai praktek yang merevolusionerkan.


IV
Feuerbach bertolak dari kenyataan pengasingan-diri secara keagamaan, dari pendobelan dunia menjadi dunia khayali yang bersifat keagamaan dan dunia nyata. Pekerjaannya berupa melebur dunia keagamaan ke dalam dasar duniawinya. Dia mengabaikan kenyataan bahwa sesudah menyelesaikan pekerjaan itu, hal yang utama masih tetap harus dilakukan. Karena kenyataan bahwa dasar duniawi itu melepaskan diri dari dirinya dan menegakkan diri di awang-awang sebagai kerajaan yang berdiri sendiri sesungguhnya hanyalah dapat diterangkan dengan pembelahan-diri dan sifat pertentangan dengan diri sendiri dari dasar duniawi itu. Karena itu yang tersebut belakangan itu sendiri lebih dulu harus dipahami dalam kontradiksinya dan kemudian, dengan ditiadakannya kontradiksi itu, direvolusionerkan dalam praktek. Dengan begitu, misalnya, sekali keluarga duniawi itu ditemukan sebagai rahasia dari keluarga suci, maka yang tersebut duluan itu sendiri harus dikritik dalam teori serta direvolusionerkan dalam praktek.


V
Feuerbach tidak puas dengan pemikiran abstrak, berpaling kepada kontemplasi kepancainderaan; tetapi dia tidak menganggap kepancainderaan sebagai aktivitet praktis, aktivitet pancaindera-manusia.

VI
Feuerbach melebur hakekat keagamaan ke dalam hakekat kemanusiaan. Tetapi hakekat kemanusiaan bukanlah abstraksi yang terdapat pada satu-satu individu. Dalam kenyataannya ia adalah keseluruhan dari hubungan-hubungan sosial.



Oleh karenanya, Feuerbach, yang tidak memasuki kritik terhadap hakekat yang nyata itu, terpaksa:

Mengabstraksi dari proses sejarah dan menetapkan sentimen keagamaan (Gemüt) sebagai sesuatu yang dengan sendirinya dan mengandaikan.perorangan manusia yang abstrak-yang terisolasi.

Karena itu, baginya hakekat kemanusiaan bisa dimengerti hanya sebagai "jenis", sebagai suatu keumuman intern yang bisu yang hanya dengan wajar mempersatukan perorangan yang banyak itu.

VII
Oleh karenanya, Feuerbach tidak melihat bahwa "sentimen keagamaan" itu sendiri adalah hasil sosial, dan, bahwa perorangan yang abstrak yang dianalisanya nyatanya termasuk bentuk khusus dari masyarakat.


VIII
Kehidupan sosial pada hakekatnya adalah praktis. Segala keghaiban yang secara menyesatkan membawa, teori kepada mistik menemukan pemecahannya yang rasionil dalam praktek manusia dan dalam pemahaman praktek itu.

IX
Titik tertinggi yang dicapai oleh materialisme kontemplatif, yaitu, materialisme yang tidak memahami kepancainderaan sebagai aktivitet praktis, adalah renungan satu-satu individu dalam "masyarakat sipil".

X
Pendirian materialisme lama ialah masyarakat "sipil"; pendirian materialisme baru ialah masyarakat manusia, atau umat manusia yang bermasyarakat.

XI
Para ahli filsafat hanya telah menafsirkan dunia, dengan berbagai cara; akan tetapi soalnya ialah mengubahnya.







Ditulis oleh Marx dalam musim semi 1845. Mula-mula diterbitkan oleh Engels dalam 1888 sebagai Lampiran pada edisi yang tersendiri dari karyanya Ludwig Feuerbach. Dicetak menurut naskah edisi tersendiri pada tahun 1888 dan diperiksa dengan manuskrip Karl Marx.







TESIS APRIL
W.I. Lenin

(tentang tugas2 proletariat didalam revolusi sekarang), terdjemahan: Njoto

(Jajasan "Pembaruan" Djakarta 1957)





I n t r o d u k s i

"Tesis April Lenin jang terketial itu memberi kepada Partai suatu program perdjuangan untuk peralihan dari revolusi bordjuis demokratis kerevolusi sosialis. Partai, jang ingin menghindari kesulitan2 serta korban djiwa iang tidak perlu, dan menjandarkan diri pada kemauan dan sokongan massa, mengandjurkan perkembangan damai dari revolusi".

Demikian dinjatakan didalam Tesis 40 tahun Revolusi Sosialis Oktober susunan Depagitprop dan Institut Marxisme-Leninisme CC PKSU tentang Tesis April Lenin. Tesis April ini merupakan salahsatu dokumen jang terpenting dihari-hari revolusi 1917. Tidak mungkin kita memahami dasar peralihan dari revolusi bordjuis kerevolusi proletar djika kita tidak mempeladjari dokumen Lenin jang meskipun singkat tetapi merupakan pembeberan jang djelas ini.


Tesis April Lenin ini diterbitkan agar pembatja Indonesia dapat beladjar sebaik-baiknja dari Revolusi Oktober-iang kini kita rajakan ulangtahunja jang ke-40.

Penerbit
Djakarta, Oktober 1957.



SAJA tiba di Petrograd baru pada malam 3 April, dan oleh sebab itu didalam rapat tanggal 4 April saja, sudah tentu,. dapat memberikan laporan tentang tugas proletariat revolusioner hanja atas nama saja sendiri, itupun dengan tjatatan akan tidak tjukupnja persiapan.

Satu-satunja jang dapat saja kerdjakan untuk memudahkan soal2 bagi saja sendiri dan bagi lawan2 jang djudjur jalah mempersiapkan tesis2 setjara tertulis. Saja sudah membatjakannja, dan menjampaikan teksnja kepada Kawan Tsereteli. Saja membatjakannja dengan perlahan-lahan sekall, dan dua kali: pertama didalam rapat kaum Bolsjewilk dan kemudian didalam rapat antara kedua-duanja, kaum Bolsjewik dan kaum Mensjewik.

Saja terbitkan tesis2 pribadi saja ini dengan hanja disertai tjatatan2 pendjelasan jang sesingkat-singkatnja, jang didalam laporan dikembangkan dengan djauh lebih mendetail.



T e s i s

1. Dalam sikap kita terhadap perang, jang djuga dibawah pemerintah baru Lwov & Co, dipihak Rusia tak meragukan lagi tetap merupakan peperangan perampokan imperialls, karena watak kapitalis pemerintah tersebut, tidak diperkenankan konsesi jang seketjil-ketjilnjapun kepada "defensiisme revolusioner".

Proletariat jang sedarklas hanja dapat memperkenankan peperangan revolusioner, jang benar2 merupakan pembenaran defensiisme revolusioner, atas sjarat2 sebagai berikut: a) bahwa kekuasaan pindah ketangan proletariat dan bagian termiskin dari kaum tani jang berpihak proletariat; b) bahwa segala anexasi ditolak dalam kenjataan jang sebenarnja dan bukan dalam kata2; c) bahwa dalam kenjataan jang sebenarnja dilakukan pemutusan samasekali dengan segala kepentingan kapitalis.

Mengingat kedjudjuran jang tak diragukan lagi dari lapisan luas massa jang pertjaja akan defensiisme revolusioner, jang menerima peperangan hanja sebagai keharusan dan bukan untuk penaklukan2, mengingat kenjataan bahwa mereka ini diabui oleh burdjuasi, adalah perlu untuk, dengan kedalaman, ketegaran dan kesabaran jang istimewa, menerangkan kepada mereka kesalahan2 mereka, menerangkan adanja hubungan jang tak terpisahkan antara kapital dan peperangan imperialis, dan membuktikan bahwa tanpa menggulingkan kapital tidaklah mungkin mengachiri peperangan dengan perdamaian jang benar2 demokratis, perdamaian jang tidak dipaksakan oleh kekerasan.

Harus diorganisasi propaganda jang seluas-luas mungkin tentang pandangan ini dikalangan tentara jang sedang berdinas aktif.

Penjaudaraan.

2. Tjiri istimewa dari situasi sekarang di Rusia jalah bahwa ia merupakan peralihah dari tingkat pertama revolusi -- jang, karena tidak tjukupnja kesedaran klas dan organisasi proletariat, menempatkan kekuasaan ditangan burdjuasi -- ketingkat kedua, jang harus menempatkan kekuasaan ditangan proletariat dan bagian termiskin dari kaum tani.

Peralihan ini ditandai, disatu pihak, oleh hak2 jang diakui setjara legal dan maximum (Rusia sekarang adalah jang paling merdeka diantara semua negeri didunia jang ikut berperang); dipihak lain, oleh tidak adanja kekerasan dalam hubungan dengan massa, dan, achirnja, oleh kepertjajaan jang tak beralasan dari massa kepada pemerintah kaum kapitalis, musuh2 terburuk dari perdamaian dan Sosialisme.

Situasi jang chas ini menuntut dari kita kepandaian menjesuaikan diri kita kepada keadaan2 jang chusus daripada pekerdjaan Partai dikalangan massa proletariat jang tiada bandingannja luasnja, jang baru sadja bangkit kekehidupan politik.

3. Tidak memberikan bantuan kepada Pemerinta Sementara; mendjelaskan kepalsuan penuh dari sekalian djandji-djandjinja, terutama jang berhubungan dengan penolakan anexasi2. Pengexposan, dan bukan "tuntutan" jang membangkitkan-chajal, jang tidak boleh ada itu, supaja pemerintah ini, pemerintah kaum kapitalis ini berhenti mendjadi pemerintah imperialis.

4. Mengakui kenjataan bahwa dibagian terbesar Sovjet2 Wakil2 Kaum Buruh, Partai kita berada dalam minoritet, dan sebegitu djauh minoritet jang ketjil, berhadapan dengan blok daripada semua elemen2 oportunis burdjuis-ketjil, jang menjerah kepada pengaruh burdjuasi dan meneruskan pengaruhnja kepada proletariat, jaitu dari kaum Sosialis Kerakjatan dan kaum Revolusioner-Sosialis sampai pada Komite Organisasi (Tjcheidze, Tsereteli, dan lain2), Steklov dll, dll.

Harus diterangkan kepada massa bahwa Sovjet2 Wakil2 Kaum Buruh adalah bentuk satu-satunja jang mungkin daripada pemerintah revolusioner, dan bahwa oleh karena itu tugas kita, selama pemerintah menjerah kepada pengaruh burdjuasi, adalah menjadjikan pendjelasan2 jang sabar, sistimatis dan teguh tentang kesalahan2 taktik mereka, suatu pendjelasan jang disesuaikan chusus kepada kebutuhan2 praktis massa.

Selama kita berada didalam minoritet kita lakukan pekerdjaan mengritik dan mengexpos salahan-kesalahan dan bersamaan dengan itu kita membentangkan perlunja memindahkan seluruh kekuasaan negara kepada Sovjet2 Wakil2 Kaum Buruh, sehingga massa mengatasi kesalahan2 mereka rnelalui pengalaman.

5. Bukan republik parlementer -- kembali dari Sovjet2 Wakil2 Kaum Buruh kerepublik parle-menter akan berarti langkah mundur -- tetapi republik Sovjet2 Wakil2 Kaum Buruh, Kaum Pekerdja Pertanian dan Kaum Tani diseluruh negeri, dari atas sampai kebawah.

Penghapusan polisi, tentara dan birokrasi.
Gadji semua pegawai, jang kesemuanja harus dipilih dan bisa ditarik setiap waktu, tidak boleh melebihi upah rata2 dari buruh ahli.

6. Didalam program agraria bagian jang terpenting diserahkan kepada Sovjet Kaum Pekerdja Pertanian.

Pensitaan semua tanah feodal.
Nasionalisasi semua tanah dinegeri, penjerahan tanah kepada wewenang Sovjet2 Kaum Pekerdja Pertanian dan Kaum Tani lokal. Pengorganisasian Sovjet2 Wakil2 Tani Miskin jang tersendiri. Pembentukan perusahaan2 pertanian model pada setiap tanah jang luas (bermatjam-matjam antara 100 sampai 300 desjatin, sesuai dengan sjarat2 lokal dan sjarat2 lainnja, atas keputusan2 badan lokal) dibawah pengawasan Sovjet2 Wakil2 Kaum Pekerdja Tani dan atas beaja umum.

7. Peleburan semua bank dinegeri mendjadi satu bank nasional, dan pengadaan kontrol atasnja oleh Sovjet2 Wakil2 Kaum Buruh.

8. Bukanlah tugas kita jang segera untuk "mengadakan" Sosialisme, tetapi hanja meletakkan produksi sosial dan distribusi barang2 sekaligus dibawah kontrol Sovjet2 Wakil2 Kaum Buruh.

9.Tugas Partai:
a) Segera mengadakan Kongres Partai;
b) Pengubahan program Partai, terutama:
1) Tentang masaalah imperialism dan peperangan imperialis;
2) Tentang sikap kita terhadap negara dan tuntutan kita akan "negara komune";
3) Pengubahan program minimum kita jang sudah tua.
c) Pergantian nama Partai.

10. Suatu Internasionale baru.

Kita harus mengambil inisiatif dalam membentuk Internasionale jang revolusioner, suatu Internasionale melawan semua kaum sosial-sovinis dan melawan "Tengah".

Agar pembatja mengerti mengapa saja spesial menekankan keistimewaannja "masaalah" lawan jang djudjur, saja adjak mereka untuk membandingkan tesis diatas ini dengan penolakan oleh tuan Goldenberg: Lenin, katanja, "menanamkan pandji perang saudara ditengah-tengah demokrasi revosioner" (dikutip didalam "Jedinstwo" tuan Plechanov, nomor 5).



Sebutir mutiara, bukan?

Saja menulis, mengatakan dan mendjelaskan dengan luas: "Mengingat kedjudjuran jang tak diragukan lagi dari lapisan luas massa jang pertjaja akan defensiisme revolusioner..... mengingat kenjataan bahwa mereka ini diabui oleh burdjuasi, adalah perlu untuk, dengan kedalaman, ketegaran dan kesabaran jang istimewa, menerangkan kepada mereka kesalahan-kesalahan mereka......."

Namun djentelmen2 burdjuis jang menamakan dirinja kaum Sosial-Demokrat, jang tidak tergolong baik kepada lapisan luas ataupun kepada massa jang pertjaja akan defensiisme, dengan tak malu sedikitpun menjadjikan pandangan saja begini: "Pandji (! ) perang saudara" (tentang mana tidak ada satu patah katapun didalam pidato saja!) "ditanamkan (!) ditengah-tengah (!!) demokrasi revolusioner......."

Apa artinja ini? Dalam hal apa ini berbeda dari agitasi progrom, dari Russkaja Wolja ?
Saja menulis, mengatakan dan mendjelaskan dengan luas: ,Sovjet2 Wakil2 Kaum Buruh adalah bentuk satu-satunja jang mungkin daripada pemerintah revolusioner, dan oleh karena itu tugas kita adalah menjadjikan pendjelasan2 jang sabar, sistimatis dan teguh tentang kesalahan2 taktik mereka, suatu pendjelasan jang disesuaikan chusus kepada kebutuhan2 praktis massa".

Toh lawan2 merk tertentu menjadjikan pandangan saja sebagai seruan untuk "perang saudara ditengah-tengah demokrasi revolusioner" !!

Saja menjerang Pemerintah Sementara karena tidak menentukan tanggal segera, ataupun sesuatu tanggal, untuk berkumpulnja Dewan Konstituante dan karena membatasi diri kepada djandji2 sadja. Saja membuktikan, bahwa tanpa Sovjet2 Wakil2 Kaum Buruh dan Pradjurit bersidangnja Dewan Konstituante tidaklah terdjamin dan suksesnja tidaklah mungkin.

Dan dikatakan seolah-olah pandangan saja bahwa saja menentang segera bersidangnja Dewan Konstituante!!!

Saja akan menamakan halini "igauan", seandainja perdjuangan politik jang berpuluh-puluh tahun lamanja tidak mengadjar saja untuk menganggap kedjudjuran lawan sebagai suatu perketjualian.

Tuan Plechanov didalam suratkabarnja, menamakan pidato saja "igauan". Bagus sekali, tuan Plechanov! Tapi lihatlah betapa tuan ini tumpul, liar dan tak pandai didalam polemik tuan. Djika saja dua djam lamanja mengutjapkan pidato igauan, bagaimana pendengar jang beratus-ratus banjaknja memperkenankan "igauan" itu? Selandjutnja, mengapa suratkabar tuan memberikan satu, kolom penuh untuk melaporkan "igauan"? Bertentangan, sangat bertentangan!

Sudah tentu, djauh lebih mudah untuk berteriak memaki dan mengaduh daripada berusaha untuk menerangkan, untuk mendjelaskan apa jang dikatakan Marx dan Engels ditahun 1871, 1872 dan 1875 tentang pengalaman Komune Paris dan matjam negara jang dibutuhkan oleh proletariat.

Tuan Plechanov, bekas Marxis itu, rupanja suka mengingat Marxisme.

Saja telah mengutip kata2 Rosa Luxemburg, jang pada 4 Agustus 1914 menjebut Sosial-Demokrasi Djerman "majat jang busuk". Dan tuan2 Plechanov, Goldenberg & Co merasa "dihina". Untuk keuntungan siapa? Untuk keuntungan kaum sovinis Djerman karena mereka itu disebut kaum sovinis!

Mereka membingungkan mereka sendiri, kaum sosial-sovinis Rusia jang kasihan ini -- kaum Sosialis dalam kata2 dan sovinis dalam perbuatan.



K e t e r a n g a n :

Tentang tugas2 Proletariat didalam revolusi sekarang ini adalah artikel jang terbit didalam Pravda, 7 April 1917, ditandatangani oleh N. Lenin. Artikel inilah jang kemudian terkenal sebagai Tesis April. Lenin membatjakannja dua kali pada 4 April 1917, jaitu didalam pertemuan kaum Bolsjewik dan pertemuan gabungan kaum Bolsjewik dan Mensjewlk, jaitu dimuka Konferensi Serusia Sovjet2 Wakil2 Kaum Buruh dan Pradjurit.

Defensiisme revolusioner adalah sebutan jang diberikan Lenin kepada pendirian kaum Mensjewik dan kaum sosial-revolusioner, jang dizaman perang tampil dengan sembojan "pembelaan tanahair" -- jang berarti pembelaan terhadap kekuasaan burdjuasi "sendiri" -- dan kemudian memberi badju baru kepada pendiriannja jaitu seolah-olah suatu ,defensi atas revolusi" terhadap serangan2 imperiallsme Djerman.

Penjaudaraan adalah terdjemahan kata Inggeris "fraternization" atau kata Belanda "verbroedering". Artinja: didjadikan saudara, dipersaudarakan.

Komite Organisasi adalah pusat pimpinan kaum Mensjewik jang terbentuk ditahun 1912.

Penghapusan tentara maksudnja jalah digantikannja tentara tetap, tentara sewaan, oleh tentara seluruh Rakjat.

Jjedinstwo adalah suratkabar harian jang terbit di Petrograd dari Maret sampai November 1917, dipimpin oleh Plechanov. Harian ini menjokong dekan Lenin kepada pendirian kaum Mensjewik dan menentang Partai Bolsjewik.

Russkaja Wolja adalah suratkabar bankir2 besar, terbit di Petrograd dari Desember 1916 sampai Oktober 1917. Sangat anti Bolsjewik. Lenin menamakan suratkabar ini suratkabar burdjuis jang paling rendah.






MENGUBAH PELADJARAN KITA

Buku ini diterdjemahkan menurut "Pilihan Tulisan Mau Tje-tung" djilid III jang diterbitkan dalam bahasa Tiongkok pada bulan Pebruari 1953. Pustakan Bahasa Asing, Peking 1955.





Saja mengandjurkan supaja mengubah metode beladjar dan sistim beladjar seluruh Partai kita. Alasan2nja sebagai berikut:

I
Dua puluh tahun Partai Komunis Tiongkok adalah dua puluh tahun semakin berpadunja kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek konkrit revolusi Tiongkok. Apabila kita mengenangkan betapa dangkalnja dan betapa miskinnja pengetahuan kita tentang Marxisme-Leninisme dan revolusi Tiongkok pada masa mudanja Partai kita, maka sekarang pengeta-huan kita dilapangan ini sudah djauh lebih mendalam dan kaja. Selama seratus tahun ini, putera puteri jang terbaik dari rakjat Tiongkok jang sangat menderita itu berdjuang dan berkorban, patah tumbuh hilang berganti, mentjari kebenaran jang.bisa menjelamatkan tanah air dan rakjat--hal ini sungguh mengharukan dan patut dipudji. Tetapi hanja sesudah Perang Dunia Pertama dan Revolusi Oktober di Rusia, barulah didapati Marxisme-Leninisme--kebenaran jang terbaik--sebagai sendjata jang paling ampuh untuk membebaskan bangsa kita, sedangkan Partai Komunis Tiongkok adalah pengandjur, propagandis dan organisator untuk mengangkat sendjata itu. Serenta kebenaran umum Marxisme-Leninisme dipadukan dengan praktek konkrit revolusi Tiongkok, maka berubahlah wadjah revolusi Tiongkok mendjadi serba baru. Sedjak Perang Melawan Agresi Djepang, berdasarkan kebenaran umum Marxisme-Leninisme, Partai kita sudah madju selangkah dalam menjelidiki praktek konkrit Perang Melawan Agresi Djepang serta dalam menjelidiki Tiongkok sekarang dan dunia sekarang; dalam pada itu djuga sedikit mulai menjelidiki sedjarah Tiongkok. Semua ini adalah gedjala jang sangat baik.


II
Tetapi pada kita masih terdapat kekurangan, bahkan kekurangan jang amat besar. Pada hemat saja, djika kekurangan sematjam ini tidak diatasi, pekerdjaan kita tak dapat meningkat lebih landjut, dan kita tak dapat madju lebih djauh dalam usaha besar untuk memadukan kebenaran umum Marxisme-Leninisme dengan praktek konkrit revolusi Tiongkok.

Per-tama2 mengenai soal menjelidiki keadaan sekarang. Didalam suatu partai besar seperti Partai kita ini, meskipun sudah diperoleh beberapa hasil dalam menjelidiki keadaan dalam dan luar negeri sekarang, tetapi mengenai berbagai lapangannja--baik politik, kemiliteran, ekonomi ataupun kebudajaan--bahan2 jang kita kumpulkan hanja sepotong2, penjelidikan kita masih belum sistimatis. Pada umumnja, selama dua puluh tahun ini kita belum pernah melakukan pekerdjaan setjara sistimatis dan rapi dalam mengumpulkan dan mempeladjari bahan2 dilapangan2 tersebut, dan kita kekurangan suasana hangat untuk menielidiki dan mempeladjari kenjataan objektif. Diantara banjak kawan didalam Partai kita masih terus terdapat langgam jang sangat buruk, jang sama sekali berlawanan dengan djiwa pokok Marxisme-Leninisme, misalnja langgam seperti "menangkap burung geredja dengan mata tertutup", "sibuta meraba2 mentjari ikan"*), bekerdja setjara tjeroboh, berbual dengan pandjang lebar dan puas akan pengetahuan jang dangkal. Marx, Engels, Lenin dan Stalin mengadjar kita supaja sungguh2 menjelidiki keadaan dengan berpangkal pada kenjataan objektif dan bukanlah berpangkal pada kemauan subjektif. Tetapi kebenaran ini langsung dilanggar oleh banjak kawan kita.

Selandjutnja mengenal soal mempeladjari sedjarah. Meskipun pekerdjaan ini pernah dilakukan oleh sedjumlah ketjil anggota Partai dan simpatisan Partai, tetapi tidak pernah dilakukannja setjara terorganisasi. Baik sedjarah Tiongkok selama seratus tahun ini maupun sedjarah Tiongkok purbakala, masih gelap-gulita bagi banjak anggota Partai. Dalam pembitjaraannja, banjak sardjana Marxis-Leninis me-njebut2 Junani sadja, tetapi tentang nenek mojangnja sendiri, maaflah, sudah lupa. Suasana untuk sungguh2 menjelidiki keadaan sekarang tidak hangat, begitu djuga suasana untuk sungguh2 mempeladjari sedjarah.

Selandjutnja mengenai soal mempeladjari pengalaman revolusi internasional dan soal mempeladjari kebenaran umum Marxisme-Leninisme. Banjak kawan beladjar Marxisme-Leninisme tampaknja bukan untuk keperluan praktek revolusi, melainkan semata2 untuk be-ladjar sadja. Oleh sebab itu, walaupun mereka sudah membatjanja, tetapi tak dapat mentjernakannja. Mereka hanja tahu mengutip perkataan2 dan ungkapan2 jang ter-sendiri2 dari Marx, Engels, Lenin dan Stalin setjara berat sebelah, tetapi tidak tahu menggunakan pendirian, pandangan dan metodenja untuk menjelidiki keadaan Tiongkok sekarang dan sedjarah Tiongkok setjara konkrit, untuk menganalisa dan memetjahkan masalah2 revolusi Tiongkok setjara konkrit. Sikap terhadap Marxisme-Leninisme jang demikian sangat berbahaja, dan lebih2 berbahaja bagi kader2 tingkat menengah keatas.

Tadi sudah saja bitjarakan keadaan pada tiga lapangan: tidak mementingkan penjelidikan keadaan sekarang, tidak mementingkan penjelidikan sedjarah dan tidak mementingkan penggunaan Marxisme-Leninisme. Ini langgam jang buruk sekali. Tersebarnja langgam ini telah mentjelakakan banjak kawan kita.

Memang, banjak kawan didalam barisan kita sekarang sudah mendjadi rusak karena terdjangkit langgam ini. Tidak mau menjelidiki dan mempeladjari keadaan konkrit luar dan dalam negeri, luar dan dalam propinsi, luar dan dalam kabupaten serta luar dan dalam kewedanaan setjara sistimatis dan rapi, melainkan main perintah sadja berdasarkan pengetahuan jang dangkal, dan berdasarkan dugaan "demikian seharusnja"--bukankah langgam subjektivisme ini masih terdapat diantara banjak kawan kita?

Ada jang tidak merasa malu malahan mera-sa bangga karena sama sekali tidak mengeta-hui atau sedikit sekali mengetahui sedjarah bangsanja sendiri. Terutamanja, sangat sedikit jang betul2 mengetahui sedjarah Partai Komunis Tiongkok dan sedjarah Tiongkok seratus tahun ini, jaitu sedjarah Tiongkok sesudah Perang Tjandu. Boleh dikatakan belum ada seorangpun jang sudah mulai sungguh2 mempeladjari sedjarah ekonomi, politik, kemiliteran dan kebudajaan seratus tahun ini. Beberapa orang tidak berpengetahuan tentang Tiongkok kita sendiri, maka jang tinggal padanja hanjalah tjeritera2 tentang Junani dan negeri2 asing. Dan kasihan benar, tjeritera2 itu diambilnja sepotong2 dari tumpukan kertas usang negeri asing.

Selama puluhan tahun ini banjak sekali peladjar jang beladjar diluar negeri dihinggapi penjakit ini. Sekembalinja dari Eropa, Amerika atau Djepang, mereka hanja tahu bertjeritera tentang hal2 negeri asing jang ditelannja mentah2. Mereka memainkan peranan selaku gra-mopon, dan melupakan kewadjibannja untuk mengenal dan mentjiptakan hal2 jang baru. Penjakit ini menulari djuga Partai Komunis.

Jang kita peladjari ialah Marxisme, tetapi banjak diantara kita beladjar Marxisme dengan metode jang langsung berlawanan dengan Marxisme. Artinja mereka melanggar suatu prinsip pokok jang ber-ulang2 dinasihatkan oleh Marx, Engels, Lenin dan Stalin, jakni prinsip kesatuan teori dengan praktek. Karena sudah melanggar prinsip ini, mereka sendiri lalu mentjiptakan suatu prinsip jang sebaliknja: pemisahan teori dari praktek. Dalam pendidikan disekolah, dan dalam pendidikan untuk kader2 jang tidak lepas dari pekerdjaannja, guru filsafat tidak membimbing peladjarnja menjelidiki logika revolusi Tiongkok, guru ilmu ekonomi tidak membimbing peladjarnja menjelidiki keistimewaan2 perekonomian Tiongkok, guru ilmu politik tidak membimbing peladjarnja menjelidiki taktik2 revolusi Tiongkok, dan guru kemiliteran tidak membimbing peladjarnja menjelidiki strategi dan taktik jang tjotjok dengan keistimewaan Tiongkok, dan sebagainja. Akibatnja, kesalahan2 mendjalar sehingga sangat mentjelakakan orang. Apa jang dipeladjari di Jénan tidak bisa digunakan di Kabupaten Fu1). Profesor ilmu ekonomi tidak mampu memberi pendjelasan tentang piénpi dan fapi2), peladjarnja tentu tidak mampu djuga. Djadi, dikalangan banjak peladjar terpupuklah sematjam perasaan jang tidak normal: tidak menaruh minat kepada masalah Tiongkok dan tidak mementingkan petundjuk Partai, melainkan hanja tertarik ke-pada dogma jang diterima dari gurunja dan jang kekal abadi katanja.

Sudah tentu, jang saja sebut tadi itu ialah tjontoh2 jang sangat buruk didalam Partai kita, bukan umumnya begitu. Sungguhpun demikian, tjontoh2 itu betul2 ada, malah agak banjak djumlahnja dan agak besar bahajanja pula, maka tidak boleh kita remehkannja.



III. Untuk ber-ulang2 rnendjelaskan arti ini, saja ingin memperbandingkan dua sikap jang saling berlawanan.


Pertama: sikap subjektivisme.

Sikap ini berarti tidak menjelidiki keadaan sekitarnja setjara sistimatis dan rapi, bekerdja dengan kegairahan subjektif sadja, dan masih samar2 akan wadjah Tiongkok sekarang. Sikap ini berarti me-motong2 sedjarah, hanja mengetahui Junani tetapi tidak mengetahui Tiongkok, dan gelap sama sekali akan wadjah Tiongkok kemarin dan Tiongkok kemarin dulu. Sikap ini berarti mempeladjari teori Marxisme-Leninisme dengan abstrak dan dengan tidak bertudjuan. Orang jang bersikap demikian bukan mentjari pendirian, pandangan dan metode dari Marx, Engels, Lenin dan Stalin untuk memetjahkan soal teori dan soal taktik revolusi Tiongkok, melainkan beladjar teori se-mata2 untuk beladjar teori sadja. Bukan melepaskan panah de-ngan bersasaran, tetapi melepaskan panah tanpa bersasaran. Marx, Engels, Lenin dan Stalin mengadjar kita: harus berpangkal pada kenjataan jang ada pada objektif, dan menarik daripadanja hukum2 untuk membimbing tinda-kan kita. Untuk maksud ini, kita harus memiliki bahan2, sampai seluk-beluknja, menganalisanja setjara keilmuan dan menjelidikinja setjara sintesis, sebagaimana dikatakan Marx3). Tetapi banjak diantara kita tidak berbuat demikian, bahkan sebaliknja. Diantaranja banjak jang melakukan pekerdjaan penjelidikan, tetapi mereka tidak berniat sedikitpun untuk menjelidiki Tiongkok sekarang dan Tiongkok kemarin, melainkan hanja menaruh minatnja pada penjelidikan "teori" jang kosong dan terpisah dari praktek. Banjak jang melakukan pekerdjaan praktis, tetapi mereka tidak memperhatikan penjelidikan atas keadaan objektif, atjap kali menjandarkan dirinja pada kegairahan sadja, dan menggantikan politik dengan perasaannja sendiri. Kedua matjam orang ini berpangkal pada subjektif dan mengabaikan adanja kenjataan objektif. Kalau berpidato, mereka membariskan A, B, C, D..., selandjutnja 1, 2, 3, 4 dan seterusnja; kalau mengarang, mereka menulis dengan pandjang lebar sadja. Mereka tidak berusaha mentjari kebenaran dari kenjataan, melainkan bermaksud mengambil hati massa dengan perkataan jang muluk2. Besar bungkus tak berisi, bagai tong kosong njaring bunjinja. "Utusan radja" terdapat di-mana2**), mengang-gap dirinja jang benar dan nomor satu diatas dunia. lnilah langgam beberapa kawan didalam barisan kita. Langgam ini akan mentjelakakan diri sendiri apabila digunakan sebagai asas untuk mengatur kehidupan diri sendiri; ia akan mentjelakakan orang lain apabila digunakan untuk mengadjar orang lain; dan ia akan mentjelakakan revolusi apabila digunakan untuk memimpin revolusi. Pendeknja, metode subjektivisme jang anti ilmu pengetahuan dan anti Marxisme-Leninisme ini adalah musuh utama Partai Komunis, musuh utama klas buruh, musuh utama rakjat dan musuh utama bangsa, dan adalah sematjam perwudjudan tidak murninja sifat-kepartaian. Musuh utama sudah dihadapan kita dan harus kita hantjurkan. Hanja apabila subjektivisme sudah dihantjurkan, barulah kebenaran Marxisme-Leninisme bisa ditegakkan, sifat-kepartaian bisa teguh dan revolusi bisa menang. Harus dinjatakan, bahwa tidak adanja sikap keilmuan, jaitu sikap Marxisme-Leninisme jang menjatukan teori dengan praktek, berarti tidak adanja atau tidak sempurnanja sifat-kepartaian.

Ada sebuah bait jang menggambarkan orang sematjam tersebut, bunjinja:

Alang2 ditembok berat kepalanja, lemah pokoknja, dangkal akarnja.

Rebung digunung runtjing putjuknja, tebal kulitnja, kosong isinja.

Tjoba lihat, bukankah ini serupa dengan orang jang tidak bersikap keilmuan, dengan orang jang hanja tahu mengapal beberapa kata dan kalimat dari karangan2 Marx, Engels, Lenin dan Stalin, dengan orang jang hanja mendapat nama pandai tetapi sebenarnja tidak berpengetahuan? Seandainja ada orang jang sungguh2 mau mengobati penjakitnja, saja menasihatkan supaja mentjatat bait ini, atau kalau lebih berani, menempelkannja pada dinding kamarnja. Marxisme-Leninisme adalah ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan jang diperoleh hanja dengan sikap djudjur, tidak boleh tjurang sedikitpun. Baiklah kita bersikap djudjur!


Kedua, sikap Marxisme-Leninisme.

Sikap ini berarti menggunakan teori dan metode Marxisme-Leninisme untuk menjelidiki dan mempeladjari keadaan sekitarnja setjara sistimatis dan rapi. Bukan bekerdja dengan kegairahan sadja, melainkan memadukan ketabahan revolusioner dengan djiwa praktis, sebagaimana dikatakan Stalin4). Sikap ini berarti tidak me-motong2 sedjarah. Tidak tjukup hanja mengetahui Junani sadja, tetapi djuga harus mengetahui Tiongkok; bukan sadja harus me-ngetahui sedjarah revolusi negeri asing, tetapi djuga sedjarah revolusi Tiongkok; bukan sadja harus mengetahui Tiongkok sekarang, tetapi djuga Tiongkok kemarin dan Tiongkok kemarin dulu. Sikap ini berarti mempeladjari teori Marxisme-Leninisme dengan tudjuan untuk memadukan teori Marxisme-Leninisme dengan gerakan praktis revolusi Tiongkok, dan berarti mentjari pendirian, pandangan dan metode dari teori Marxisme-Leninisme untuk memetjahkan soal teori dan soal taktik revolusi Tiongkok. Sikap ini berarti melepaskan panah dengan bersasaran. "Sasaran" ialah revolusi Tiongkok, "panah" ialah Marxisme-Leninisme. Kita, orang Komunis Tiongkok, mentjari "panah" ini, sebabnja ialah untuk memanah "sasaran", jaitu revolusi Tiongkok dan revolusi di Timur. Ini berarti sikap mentjari kebenaran dari kenjataan. "Kenjataan" ialah segala benda jang ada pada objektif, "kebenaran" ialah hubungan intern dalam benda jang objektif, jakni hukum2nja, dan "mentjari" berarti kita menjelidiki. Kita harus berpangkal pada keadaan sewadjarnja daripada luar dan dalam negeri, luar dan dalam propinsi, luar dan dalam kabupaten serta luar dan dalam kewedanaan, dan menarik hukum2 jang memang ada dan jang bukan di-bikin2 dari keadaan jang sewadjarnja itu, jaitu mentjari hubungan intern daripada kedjadian2 sekitarnja untuk membimbing tindakan kita. Kalau mau berbuat demikian, djanganlah kita bersandar pada dugaan subjektif, kegairahan jang sementara, dan buku2 jang tidak berdjiwa, melainkan bersandar pada kenjataan jang ada pada objektif, memiliki bahan2 sampai seluk-beluknja, menarik kesimpulan jang tepat dari bahan2 itu dibawah tuntunan prinsip2 Marxisme-Leninisme jang umum. Kesimpulan ini bukan membariskan gedjala2 dengan A, B, C, D ..., djuga bukan karangan jang ditulis dengan pandjang lebar dan isinja membosankan, melainkan kesimpulan setjara keilmuan. Inilah sikap jang berusaha mentjari kebenaran dari kenjataan, dan tidak bermaksud mengambil hati massa dengan perkataan jang muluk2. Sikap ini ialah perwudjudan sifat-kepartaian, ialah langgam-kerdja Marxisme-Leninisme, suatu langgam penjatuan teori dengan praktek. Inilah sikap jang se-kurang2nja harus ada pada setiap anggota Partai Komunis. Kalau sudah ada sikap ini, maka bukan lagi "berat kepalanja, lemah pokoknja, dangkal akarnja", djuga bukan "runtjing putjuknja, tebal kulitnja, kosong isinja".



IV. Berdasarkan alasan2 tadi, saja mengadjukan usul2 sebagai berikut:

1) Kepada seluruh Partai diadjukan tugas menjelidiki keadaan sekitarnja setjara sistimatis dan rapi. Dengan berdasarkan teori dan metode Marxisme-Leninisme, mengadakan penjelidikan dan peladjaran jang teliti atas gerak-gerik musuh, teman dan kita sendiri dilapangan ekonomi, keuangan, politik, kemiliteran, kebudajaan dan urusan kepartaian, selandjutnja menarik kesimpulan jang semestinja dan seperlunja. Untuk maksud ini, perhatian kawan2 harus diarahkan kelapangan penjelidikan dan peladjaran atas kenjataan jang praktis ini. Harus berusaha supaja kawan2 tahu, bahwa tugas pokok dari badan2 pimpinan Partai Komunis terletak pada dua hal jang besar: memahami keadaan dan berpegang teguh pada politik. Jang pertama ialah jang disebut mengenal dunia, dan jang kedua ialah jang disebut me-ngubah dunia. Harus berusaha supaja kawan2 tahu, bahwa tanpa penjelidikan tiada hak untuk berbitjara, bahwa tiada gunanja untuk berbual dengan pandjang lebar atau membariskan gedjala2 dengan 1, 2, 3, 4 .... Misalnja, mengenai pekerdjaan propaganda, kita tidak akan dapat menetapkan politik propaganda kita dengan tepat, djika kita tidak memahami keadaan propa-ganda pihak musuh, teman dan kita sendiri. Pekerdjaan setiap tjabang dapat dibereskan se-baik2nja hanja sesudah keadaannja dipa-hami. Meluaskan rentjana penjelidikan dan peladjaran keseluruh Partai, adalah suatu mata-rantai pokok untuk mengubah langgam-kerdja Partai.

2) Tenaga2 harus dikumpulkan untuk menjelidiki sedjarah Tiongkok seratus tahun ini di atas dasar pembagian kerdja dan kerdja sama, supaja keadaan jang tidak terorganisasi itu dapat diatasi. Per-tama2 haruslah diadakan peladjaran setjara analisa atas sedjarah ekonomi, politik, kemiliteran dan kebudajaan, dan kemudian baru mungkin diadakan peladjaran setjara sintesis.

3) Dalam pendidikan untuk kader jang tidak lepas dari pekerdjaannja dan untuk sekolah kader, kita harus menetapkan haluan supaja penjelidikan atas masalah revolusi Tiongkok jang praktis didjadikan pokok, prinsip2 pokok Marxisme-Leninisme didjadikan pedoman, dan menghapuskan metode jang mempeladjari Marxisme-Leninisme setjara statis dan ter-pisah2. Peladjaran Ringkas Sedjarah Partai Komunis Soviet Uni (B) harus didjadikan bahan pokok dalam mempeladjari Marxisme-Leninisme. Peladjaran Ringkas Sedjarah Partai Komunis Soviet Uni (B) adalah suatu sintese dan kesimpulan jang tertinggi tentang gerakan Ko-munis sedunia selama seratus tahun ini, adalah suatu tjontoh tentang pemaduan teori dengan praktek, satu2nja tjontoh jang sempurna diseluruh dunia. Kalau kita sudah melihat bagaimana Lenin dan Stalin memadukan kebenaran umum Marxisme dengan praktek konkrit revolusi Soviet dan dengan demikian mengembangkan Marxisme, maka kita dapat mengetahui bagaimana seharusnja kita bekerdja di Tiongkok.

Kita sudah melalui banjak djalan jang salah. Tetapi kesalahan sering merupakan penundjuk untuk menudju djalan jang benar. Saja pertjaja, dalam keadaan2 revolusi Tiongkok dan revolusi dunia jang sedemikian hidup dan kaja, perubahan dalam peladjaran kita ini pasti akan membawa hasil2 jang baik.



Mei 1941
Panitia Penerbit Pilihan Tulisan Mau Tje-tung

dari
Central Comite Partai Komunis Tiongkok



*) Ke-dua2nja adalah peribahasa Tiongkok-Penterdjemah.
**) Sebelum tahun 1935, ketika Central Comite Partai Komunis Tiongkok dikuasai oleh garis penjelewengan "Kiri", banjak wakil Central Comite dikirim ke-mana2 untuk mewudjudkan garisnja jang salah itu diseluruh negeri. Jang disebut "utusan radja" ialah wakil2 Central Comite tersebut--Penterdjemah.





1) Kabupaten Fu letaknja kira2 70 kilometer disebelah selatan dari Jénan.
2) Piénpi adalah uang kertas jang dikeluarkan oleh bank Pemerintah Daerah Perbatasan Sensi-Kansu-Ningsia. Fapi adalah uang kertas jang dikeluarkan sesudah tahun 1935 oleh empat bank besar milik modal birokrat Kuomintang dengan sokongan imperialis Inggeris dan Amerika Serikat. Jang dimaksudkan dalam tulisan ini ialah soal perubahan kurs antara piénpi dengan fapi pada waktu itu.
3) Lihat tulisan Marx: Kapital, djilid I, Kata Susulan pada Edisi Djerman jang Kedua. Dalam tulisan itu Marx mengatakan: "Untuk penjelidikan harus menguasai bahan2 sampai seluk-beluknja, menganalisa ber-matjam2 bentuk perkembangan bahan2 itu, dan mentjari hubungan intern bentuk2 itu. Hanja setelah pekerdjaan ini selesai, barulah mungkin ada pendjelasan jang selajaknja atas gerakan jang njata."
4) Lihat tulisan Stalin Dasar2 Leninisme, bagian IX, Langgam-kerdja.






TENTANG POLITIK
Mau Tje Tung


Buku ini diterdjemahkan menurut Pilihan Tulisan Mau Tje-tung djilid II dalam bahasa Tiongkok jang diterbitkan pada bulan Agustus 1952 oleh Pustaka Rakjat, Peking. [PENERBIT]. Ditjetak di Republik Rakjat Tiongkok. Ini adalah sebuah petundjuk dalam Partai jang ditulis oleh Kawan Mau Tje-tung pada tanggal 25 Desember 1940 atas nama Central Comite Partai Komunis Tiongkok.

Panitia Penerbit Pilihan Tulisan Mau Tje-tung Central Comite Partai Komunis Tiongkok (PUSTAKA BAHASA ASING PEKING 1956)


DALAM keadaan kampanje anti-Komunis memuntjak sekarang ini, politik kita mempunjai arti jang menentukan. Tetapi dikalangan kader kita, masih banjak jang tidak mengerti, bahwa politik Partai dewasa ini harus sangat berbeda dengan politik Partai pada masa Revolusi Agraria. Harus diketahui, bahwa selama masa Perang Melawan Agresi Djepang, baik dalam keadaan apapun, politik Partai kita jang berupa front persatuan nasional melawan agresi Djepang itu tetap tidak akan berubah, bahwa banjak politik dalam masa sepuluh tahun Revolusi Agraria dulu djangan dipakai begitu sadja sekarang. Lebih2 banjak politik jang terlalu kiri pada masa achir Revolusi Agraria--karena tidak tahu bahwa revolusi Tiongkok mengandung dua tjiri pokok, jakni sebagai suatu revolusi burdjuis demokratis dinegeri setengah djadjahan dan bersifat djangka pandjang--bukan sadja tidak dapat dipakai semuanja pada masa melawan agresi Djepang sekarang ini, malah salah djuga pada waktu itu. Politik2 itu meliputi jang berikut misalnja: "pengepungan dan pembasmian" jang kelima kali dari Kuomintang dan perdjuangan kontra "pengepungan dan pembasmian" dari kita jang kelima kali itu dinamakan perang jang menentukan antara garis revolusioner dengan garis kontra-revolusioner; pembasmian burdjuasi dan tani kaja dari segi ekonomi (memperlakukan burdjuasi dengan politik perburuhan dan politik padjak jang terlalu kiri, membagikan tanah jang buruk kepada tani kaja); pembasmian tuan tanah dari segi djasmani (tidak membagikan tanah kepada mereka); terhantamnja kaum intelek; penjelewengan "Kiri" dalam memberantas anasir kontra-revolusioner; monopoli anggota Komunis dalam seluruh pekerdjaan pemerintahan; haluan Komunis untuk pendidikan rakjat; politik militer jang terlalu kiri (menjerang kota besar dan menolak perang gerilja); politik avontur dalam pekerdjaan didaerah Putih dan politik main hantam dilapangan organisasi dalam Partai; dan lain2. Politik jang terlalu kiri ini merupakan kesalahan oportunisme "Kiri", persis kebalikan dengan oportunisme Kanan dibawah pimpinan Tjen Tu-siu pada masa achir Revolusi Besar Pertama. Pada masa achir Revolusi Besar Pertama, politik jang dipakai ialah bersatu dalam se-gala2nja dan menjangkal perdjuangan; sedangkan pada masa achir Revolusi Agraria, politik jang dipakai ialah berdjuang dalam se-gala2nja dan menjangkal persatuan (ketjuali dengan massa tani jang pokok); inilah tjontoh jang sangat menondjol jang memperlihatkan dua matjam politik ekstrimis. Kedua politik ekstrimis ini mengakibatkan Partai dan revolusi menanggung kerugian jang besar sekali.

Politik front persatuan nasional melawan agresi Djepang sekarang ini bukanlah bersatu dalam se-gala2nja dan menjangkal perdjuangan, djuga bukanlah berdjuang dalam se-gala2nja dan menjangkal persatuan, melainkan memadu persatuan dengan perdjuangan. Konkritnja, politik itu sebagai berikut:

Segenap rakjat jang melawan agresi Djepang itu bersatu (atau segenap buruh, petani, peradjurit, peladjar dan pedagang jang melawan agresi Djepang itu bersatu) untuk menggalang front persatuan nasional melawan agresi Djepang.

Politik merdeka dan bebas dalam front persatuan--harus bersatu, tetapi harus merdeka pula.

Dilapangan strategi militer, politik ini berarti perang gerilja jang merdeka dan bebas dibawah kesatuan strategi; pokoknja perang gerilja, tetapi perang mobil tidak diabaikan djuga djika keadaan menguntungkan.

Dalam perdjuangan menentang golongan kepala batu jang anti-Komunis, kita mempergunakan pertentangan, menarik djumlah jang terbesar, menentang djumlah jang terketjil, menghantjurkan lawan satu demi satu; kita harus beralasan, beruntung dan berbatas.

Didaerah pendudukan musuh dan didaerah kekuasaan Kuomintang, politik kita ialah, pada satu pihak, pekerdjaan front persatuan dikembangkan. sedapat2nja, pada lain pihak, bersembunji lagi berefisiensi; dalam hal organisasi dan perdjuangan, kita memakai politik: bersembunji lagi berefisiensi, bekerdja dibawah tanah dalam waktu jang pandjang, menimbun kekuatan, menunggu kesempatan.

Mengenai hubungan antara berbagai klas dalam negeri, politik pokok kita ialah, mengembangkan kekuatan progresif, menarik kekuatan menengah, mementjilkan kekuatan kepala batu jang anti-Komunis.

Dalam menghadapi golongan kepala batu jang anti-Komunis, kita memakai politik mendua jang revolusioner, jakni politik bersatu dengan mereka apabila mereka masih dapat melawan agresi Djepang, dan mementjilkan mereka apabila mereka keras2 menentang Komunis. Dalam melawan agresi Djepang, golongan kepala batu mendua pula sifatnja; kita memakai politik bersatu dengan mereka apabila mereka masih dapat melawan agresi Djepang, tetapi kita memakai politik menentang dan mementjilkan mereka apabila mereka guntjang (misalnja diam2 bersekongkol dengan agresor Djepang, tidak aktif melawan Wang Tjing-wéi dan pengchianat jang lain2). Dalam menentang Komunis, golongan kepala batu mendua djuga sifatnja. Maka politik kita harus djuga mendua sifatnja, jakni kita memakai politik bersatu dengan mereka apabila mereka belum hendak mematahkan sama sekali tali kerdja sama Kuomintang-Komunis, tetapi kita memakai politik menentang dan mementjilkan mereka apabila mereka mendjalankan politik penindasan jang se-wenang2 dan mengadakan serangan militer terhadap Partai kita dan rakjat. Golongan jang mendua sifatnja ini harus diperbedakan dengan kaum pengchianat dan kaum pro-Djepang.

Malah dikalangan kaum pengchianat dan kaum pro-Djepang itu, ada djuga anasir jang mendua sifatnja, jang harus kita hadapi dengan politik mendua djuga jang bersifat revolusioner. Ini berarti, kita memakai politik menghantam dan mementjilkan mereka apabila mereka pro-Djepang, dan memakai politik menarik dan merebut mereka apabila mereka guntjang. Anasir jang mendua sifatnja ini harus diperbedakan dengan pengchianat jang tegas, seperti Wang Tjing-wéi,1) Wang Ji-tang2) dan Se Ju-san.3)

Pada satu pihak, tuan, tanah besar dan burdjuasi besar jang pro-Djepang dan menentang perlawanan terhadap agresi Djepang itu harus diperbedakan dengan tuan tanah besar dan burdjuasi besar jang pro-lnggeris-Amerika dan jang setudju dengan perlawanan terhadap agresi Djepang; pada lain pihak, tuan tanah besar dan burdjuasi besar jang mendua sifatnja, jang setudju dengan perlawanan terhadap agresi Djepang tetapi guntjang, setudju dengan persatuan tetapi menentang Komunis itu harus diperbedakan pula dengan golongan jang lebih kurang sifat menduanja, seperti burdjuasi nasional, tuan tanah jang sedang dan ketjil, sense progresif.4) Berdasarkan perbedaan inilah politik kita disusun. Berbagai matjam politik tersebut semuanja berdasarkan perbedaan dalam hubungan klas itu.

Demikian djuga terhadap imperialis. Meskipun Partai Komunis menentang imperialis manapun, tetapi, pada satu pihak, imperialis Djepang jang sedang menjerang Tiongkok itu harus diperbedakan dengan imperialis jang lain2 jang sekarang tidak menjerang Tiongkok; pada lain pihak, imperialis Djerman dan Italia jang bersekutu dengan Djepang dan mengakui "Mantjoukuo" itu harus diperbedakan pula dengan imperialis Inggeris dan Amerika jang bertentangan dengan Djepang. Lagi pula, Inggeris dan Amerika jang dulu menganut politik Munchen di Timur Djauh sehingga merugikan perlawanan Tiongkok terhadap agresi Djepang itu, harus diperbedakan dengan Inggeris dan Amerika jang sekarang melepaskan politik tadi dan mengubah pendiriannja dengan menjokong perlawanan Tiongkok terhadap agresi Djepang. Prinsip taktik kita tetaplah mempergunakan pertentangan, menarik djumlah jang terbesar, menentang djumlah jang terketjil, menghantjurkan lawan satu demi satu. Dalam hal politik luar negeri, kita berbeda dengan Kuomintang. Bagi Kuomintang, "musuh hanja satu, jang lain semuanja teman"; pada lahirnja, ia memperlakukan semua negeri sama rata ketjuali Djepang, sebenarnja ia pro-lnggeris dan pro Amerika. Bagi kita, harus tampak perbedaannja: pertama, Soviet Uni berbeda dengan negeri2 kapitalis; kedua, Inggeris dan Amerika berbeda dengan Djerman dan Italia; ketiga, rakjat Inggeris dan Amerika berbeda dengan pemerintah imperialis Inggeris dan Amerika; keempat, politik Inggeris-Amerika pada masa Munchen di Timur Djauh berbeda dengan politik mereka dewasa ini. Berdasarkan perbedaan inilah politik kita disusun. Garis asasi kita berbeda dengan garis asasi Kuomintang: kita menggunakan bantuan luar se-dapat2nja dengan berpegang keras pada prinsip berperang dengan merdeka dan hidup atas usaha sendiri, tidak seperti Kuomintang jang bergantung pada bantuan luar dan bernaung dibawah blok imperialis manapun dengan melepaskan prinsip itu.

Banjak kader didalam Partai berpandangan berat sebelah mengenai soal taktik sehingga menjeleweng kekiri atau kanan. Itu hanja dapat diatasi apabila mereka diharuskan mengerti perubahan dan perkembangan politik Partai dahulu dan sekarang setjara lengkap dan sistimatis. Pada dewasa ini, bahaja jang utama jang mengatjau dalam Partai tetap ialah pandangan terlalu kiri. Didaerah kekuasaan Kuomintang, banjak orang tidak dapat dengan sungguh2 mendjalankan politik2 bersembunji lagi berefisiensi, bekerdja dibawah tanah dalam waktu jang pandjang, menimbun kekuatan, menunggu kesempatan, karena politik anti-Komunis daripada Kuomintang itu dipandang mereka tidak hebat; disamping itu, ada pula banjak orang jang tidak dapat mendjalankan politik mengembangkan pekerdjaan front persatuan, karena Kuomintang dipandang mereka busuk seluruhnja begitu sadja, sehingga mereka kehilangan akal sama sekali. Keadaan demikian terdapat djuga didaerah pendudukan Djepang.

Pandangan kanan jang dulu pernah berpengaruh se-hebat2nja didaerah kekuasaan Kuomintang dan diberbagai daerah basis anti agresi Djepang, sekarang sudah diatasi pada pokoknja. Pandangan itu sebagai berikut: karena hanja tahu bersatu tetapi tidak tahu berdjuang, dan karena terlampau tinggi menilai ketegasan Kuomintang melawan agresi Djepang, maka telah mengaburkan perbedaan prinsipiil antara Kuomintang dengan Partai Komunis, menjangkal politik merdeka dan bebas dalam front persatuan, me-nurut2i tuan tanah besar dan burdjuasi besar, me-nurut2i Kuomintang, sehingga mau mengikat tangan sendiri, tidak berani leluasa mengembangkan kekuatan revolusioner jang melawan agresi Djepang dan tidak berani tegas2 melawan politik Kuomintang jang menentang dan membatasi Komunis itu. Tetapi, sedjak musim dingin tahun 1939, disana sini telah terdjadi penjelewengan terlalu kiri jang disebabkan karena Kuomintang mengadakan pergeseran anti-Komunis dan kita mengadakan perdjuangan membela diri. Meskipun penjelewengan ini ada dibetulkan, tetapi masih belum seluruhnja, dan masih tampak dalam politik2 jang konkrit dibanjak tempat. Maka, mempeladjari dan menjelesaikan politik2 jang konkrit itu sangat perlu sekarang.


Tentang politik2 jang konkrit itu, telah ber-turut2 diberikan petundjuk oleh Central Comite, disini hanja beberapa sadja jang kita tundjukkan dalam garis besar.

MENGENAI SUSUNAN KEKUASAAN POLITIK. Harus tegas didjalankan "sistim tiga tiga" -- orang Komunis hanja merupakan sepertiga dari djumlah anggota dalam badan kekuasaan politik, untuk menarik orang bukan Komunis jang besar djumlahnja itu duduk didalamnja. Di-daerah2 seperti bagian utara Propinsi Tjiangsu jang baru mulai ditegakkan kekuasaan politik demokratis anti agresi Djepang, djumlah orang Komunis jang duduk dalam kekuasaan politik malah boleh kurang daripada sepertiga. Wakil burdjuasi ketjil, burdjuasi nasional dan sense progresif, jang semuanja tidak giat anti-Komunis itu harus ditarik kedalam badan2 pemerintahan maupun dalam badan2 perwakilan rakjat; orang Kuomintang jang tidak anti-Komunis itu harus diperkenankan duduk didalamnja. Boleh djuga diperkenankan sedjumlah ketjil anasir kanan duduk dalam badan perwakilan rakjat. Djangan se-kali2 sampai Partai kita memborong segala sesuatu. Kita hanja merusakkan kediktatoran burdjuasi komprador besar dan tuan tanah besar, dan bukan menggantinja dengan kediktatoran satu partai dari Partai Komunis.

MENGENAI POLITIK PERBURUHAN. Kegiatan buruh melawan agresi Djepang dapat dibangkitkan hanja apabila penghidupan mereka diperbaiki. Tetapi penjelewengan terlalu kiri harus dielakkan; djangan terlampau banjak menambah upah dan mengurangkan djam kerdja. Dalam keadaan Tiongkok sekarang, sistim kerdja delapan djam masih sukar diratakan. Dalam tjabang produksi jang tertentu, sistim kerdja sepuluh djam masih harus diidjinkan. Untuk tjabang produksi jang lain2, djam kerdja harus ditentukan sesuai dengan keadaannja. Sesudah diikat kontrak antara buruh dan madjikan, buruh harus mentaati disiplin kerdja dan harus memungkinkan si kapitalis memperoleh keuntungan. Kalau tidak, pabrik akan gulung tikar, dan ini bukan sadja tidak menguntungkan usaha melawan agresi Djepang, malah mentjelakakan buruh sendiri djuga. Lebih2 djangan kita adjukan tuntutan jang terlampau tinggi dalam memperbaiki penghidupan dan menaikkan upah kaum buruh didesa, kalau tidak, petani akan keberatan, buruh akan menganggur dan produksi akan merosot.

MENGENAI POLITIK AGRARIA. Harus diterangkan kepada anggota Partai dan petani, bahwa sekarang bukanlah waktu mendjalankan revolusi agraria sampai urat akarnja, dan tjara jang dipakai pada masa Revolusi Agraria dahulu tidak dapat dipakai lagi sekarang. Politik sekarang ialah, pada satu pihak, tuan tanah diharuskan menurunkan sewa tanah dan bunga, dengan demikian barulah kegiatan massa tani jang pokok untuk melawan agresi Djepang dapat dibangkitkan, tetapi penurunan itu djangan terlampau banjak djuga. Pemungutan sewa tanah pada umumnja berdasarkan prinsip menurunkan sewa tanah 25%. Apabila massa menuntut persentase itu dinaikkan, boleh diambil perbandingan 60% atau 70% untuk petani sedangkan 40% atau 30% itu untuk tuan tanah, tetapi batas ini djangan dilampaui. Penurunan bunga itu djangan sampai memustahilkan pelaksanaan utang-piutang dalam masjarakat. Pada lain pihak, petani diharuskan membajar sewa tanah dan bunga, sedangkan tuan tanah tetap memiliki tanahnja dan harta bendanja jang lain. Djanganlah bunga diturunkan sampai petani tidak mungkin mendapat pindjaman, djanganlah utang petani jang lama itu dibereskan sampai tanahnja jang digadaikan kepada tuan tanah itu diambil kembali dengan tjuma2.

MENGENAI POLITIK PADJAK. Padjak harus dibajar menurut penghasilan. Selain orang jang paling miskin jang harus dibebaskan dari padjak, semua rakjat jang mempunjai penghasilan, jakni lebih dari 80% penduduk termasuk buruh dan petani, harus memikul padjak negara. Beban itu tidak patut dipikulkan seluruhnja kepada tuan tanah dan kapitalis. Tjara mendjamin perbekalan tentera dengan menangkapi orang dan mendendanja itu harus dilarang. Tentang tjara memungut padjak itu, sebelum kita menetapkan tjara jang baru jang lebih tjotjok, tjara lama daripada Kuomintang boleh dipakai dengan disertai perbaikan jang selajaknja.

MENGENAI POLITIK MEMBERANTAS AGEN MUSUH. Harus tegas ditindas pengchianat dan anasir anti-Komunis jang keras kepala. Kalau tidak demikian, kekuatan revolusioner jang melawan agresi Djepang tidak dapat dibela. Tetapi, djangan se-kali2 terlampau banjak membunuh orang, djangan se-kali2 sampai kena orang jang tidak bersalah. Harus bermurah hati dalam memperlakukan anasir jang guntjang dikalangan kaum reaksioner dan anasir jang mengikuti kaum reaksioner karena terantjam itu. Dalam memperlakukan pendjahat siapa sadja, hukuman siksa harus dihapuskan dengan tegas; jang diutamakan ialah bukti dan djangan pertjaja begitu sadja kepada pengakuan. Harus dipakai politik melepaskan semua tawanan dari tentera musuh, tentera boneka dan tentera anti-Komunis, ketjuali orang jang sangat dikutuki massa, jang mesti didjatuhi hukuman mati dengan persetudjuan pihak atasan pula. Dari tawanan itu, harus ditarik se-banjak2nja orang jang sedikit banjak bersifat revolusioner, jang masuk tentera reaksioner karena terpaksa, supaja bekerdja dalam tentera kita, sedangkan jang lain2nja dilepaskan semua. Apabila mereka tertawan lagi, dilepaskan lagi; djanganlah mereka dihina, djanganlah uang dan barang mereka diambil dan djanganlah mereka disuruh mengaku salah, melainkan harus diperlakukan dengan tulus ichlas dan ramah-tamah semuanja. Politik ini harus dipakai dalam memperlakukan mereka, biar betapa reaksioner mereka itu. Ini sangat berguna akan mementjilkan kubu reaksioner. Kepada pengchianat Partai, ketjuali jang sangat terkukuk kedjahatannja, hendaknja diberikan kesernpatan untuk membarui dirinja, dengan sjarat dia tidak akan menentang Komunis lagi. Kalau dia bisa kembali mengikuti revolusi, dia masih boleh diterima, tetapi tidak diperkenankan masuk Partai lagi. Djanganlah orang informasi Kuomintang jang biasa itu disamakan dengan mata2 Djepang dan pengchianat, melainkan harus diperbedakan sifat ke-dua2nja itu dan diperlakukan ber-lain2an. Keadaan katjau-balau seperti instansi atau organisasi mana sadja boleh menangkap orang itu harus dilenjapkan; untuk menegakkan ketertiban revolusioner supaja melawan agresi Djepang, harus ditentukan, bahwa hanja instansi kehakiman dan instansi keamanan pemerintah sadja jang berhak menangkap pendjahat, sedangkan tentera hanja berhak demikian dalam waktu perang sadja.

MENGENAI HAK RAKJAT. Harus ditetapkan, bahwa semua tuan tanah dan kapitalis jang tidak menentang perlawanan terhadap agresi Djepang itu, sama dengan buruh dan petani mempunjai kebebasan pribadi, berhak atas harta bendanja, berhak memilih, mempunjai kebebasan berbitjara, bersidang, mendirikan perkumpulan, berpikir dan menganut kepertjajaan. Pemerintah hanja mengawasi anasir jang mengadakan sabot dan pemberontakan didaerah basis kita, sedangkan jang lain dilindungi semuanja, tidak diganggu.

MENGENAI POLITIK EKONOMI. Industri, pertanian dan perdagangan harus dikembangkan dengan giat. Kaum kapitalis daerah2 lain jang bersedia membuka perusahaan industri didaerah basis anti agresi Djepang ini harus ditarik. Perusahaan partikelir itu harus diberikan dorongan, sedang perusahaan negara hendaknja dipandang sebagai sebagian sadja dari segenap perusahaan. Semua ini dimaksudkan untuk mentjukupi kebutuhan kita atas usaha sendiri. Perusahaan apa sadja jang berguna itu harus didjaga djangan sampai mengalami kerusakan. Politik bea dan politik moneter harus sesuai dan bukan berlawanan dengan garis pokok tentang pengembangan pertanian, industri dan perdagangan. Menjusun ekonomi diberbagai daerah basis dengan sungguh2, teliti dan bukan dengan sembarangan, supaja mentjukupi kebutuhan kita atas usaha sendiri - inilah mata rantai pokok untuk mempertahankan daerah basis dalam djangka pandjang.

MENGENAI POLITIK KEBUDAJAAN DAN PENDIDIKAN. Pokoknja ialah, rasa harga diri nasional dikalangan massa rakjat, serta pengetahuan dan ketjakapan mereka melawan agresi Djepang, harus ditingkatkan dan diratakan. Ahli pendidikan, pekerdja kebudajaan, wartawan, sardjana dan ahli tehnik jang liberal dari kalangan burdjuasi harus diperkenankan datang kedaerah basis untuk bekerdja sama dengan kita, membuka sekolah, menerbitkan surat kabar dan mendjalankan pekerdjaan jang lain2. Semua anasir intelek jang agak aktif melawan Djepang harus ditarik masuk sekolah kita, diberikan latihan dalam djangka pendek, lalu disuruh turut dalam pekerdjaan tentera, pemerintah dan sosial; mereka harus diterima dengan tidak segan2, diberikan tugas dan diangkat dengan tidak segan2. Djangan takut ini takut itu, atau takut anasir reaksioner akan menjelundup. Dengan tak terelakkan beberapa anasir sematjam itu akan menjelundup, tetapi ada tjukup waktu untuk menjikat mereka dalam proses peladjaran dan pekerdjaan. Disetiap daerah basis, harus didirikan pertjetakan, diterbitkan buku dan surat kabar, didirikan instansi pembagi dan pengantar. Disetiap daerah basis, sedapat mungkin harus dibuka sekolah kader jang besar2, makin besar dan banjak, makin baik.

MENGENAI POLITIK MILITER. Tentera Route Ke-8 dan Tentera Ke-4 Baru harus diperkembang se-dapat2nja, karena ke-dua2 ini adalah kekuatan bersendjata rakjat Tiongkok jang paling boleh dipertjajai dalam mengkonsekwenkan perlawanan nasional terhadap agresi Djepang. Terhadap tentera Kuomintang, kita harus tetap mengambil politik "djika kita tidak diserang, kita tidak akan menjerang", dan se-dapat2nja berusaha bersahabat dengan mereka. Opsir2 Kuomintang dan Opsir2 tak berpartai jang bersimpati kepada kita itu harus ditarik sedapat mungkin kedalam Tentera Route Ke-8 dan Tentera Ke-4 Baru, untuk memperkuat pembangunan tentera kita. Keadaan anggota Komunis menguasai se-gala2nja dalam tentera kita dengan djumlah jang terbanjak, harus diubah djuga sekarang. Tentu, "sistim tiga tiga" tidak harus dipraktekkan dalam induk tentera kita, tetapi, asal hegemoni tentera tetap dipegang oleh Partai kita (ini tetap perlu, tidak boleh dilanggar), tak usahlah kita takut menarik simpatisan itu se-banjak2nja untuk turut serta dalam pembangunan tentera dilapangan militer dan tehnik. Pada dewasa ini, dasar Partai dan tentera kita dilapangan ideologi dan organisasi sudah terletak se-kokoh2nja, maka usaha menarik simpatisan (tentu bukan penjabot) se-banjak2nja itu bukan sadja tidak berbahaja, malah tidak dapat ditiadakan untuk memperoleh simpati seluruh rakjat dari memperluas kekuatan revolusioner. Itulah sebabnja mengapa politik ini politik jang perlu.

Berbagai prinsip taktik dalam front persatuan dan politik2 konkrit jang ditetapkan berdasarkan prinsip ini sebagaimana jang dinjatakan tadi, harus dipraktekkan se-tegas2nja oleh seluruh Partai. Oleh karena pada saat sekarang ini, agresor Djepang memperhebat agresinja terhadap Tiongkok, tuan tanah besar dan burdjuasi besar dalam negeri mendjalankan politik penindasan jang se-wenang2 dan melantjarkan serangan militer jang semuanja anti-Komunis dan antirakjat, maka hanja dergan mempraktekkan prinsip2 taktik dan politik2 konkrit sebagai tersebut diatas barulah dapat kita mengkonsekwenkan perlawanan terhadap agresi Djepang, mengembangkan front persatuan, mentjapai simpati rakjat seluruh negeri dan mendatangkan perubahan situasi jang menguntungkan. Tetapi, dalam membetulkan kesalahan, kita harus bertindak selangkah demi selangkah, tidak boleh terlalu ter-gesa2, sehingga mengakibatkan hal2 jang tidak baik seperti: kader tidak senang, massa tjuriga, tuan tanah melantjarkan serangan balas dan lain2.



Catatan:
1) Seorang kepala golongan pro-Djepang dalam Kuomintang. Sedjak tahun 1931 ia selalu mengandjurkan kompromi dengan imperialis Djepang. Pada bulan Desember 1938, ia meninggalkan Tjungtjing dan menjerah kepada agresor Djepang, dan kemudian membentuk pemerintah boneka di Nantjing.
2) Seorang birokrat besar dalam djaman Radja Perang Utara, djuga seorang pengchianat pro-Djepang. Ia dipakai oleh Tjiang Kai-sék sesudah Peristiwa Tiongkok Utara pada tahun 1935. Pada tahun 1938, ia mendjadi boneka agresor Djepang di Tiongkok Utara dan didjadikan ketua "Komite Administrasi Tiongkok Utara".
3) Seorang bunglon dikalangan radja perang Kuomintang. Sesudah Perang Melawan Agresi Djepang meletus, ia mendjadi panglima Grup Tentera Ke-10 Kuomintang dan bersekutu terutamanja dengan tentera Djepang dibagian selatan Propinsi Hepéi untuk menjerang Tentera Route Ke-8, merusakkan kekuasaan politik demokratis anti agresi Djepang, membunuh anggota2 Komunis dan orang2 progresif.
4) Sen ialah ikat pinggang jang dipakai oleh pamong pradja pada djaman dulu, arti kiasannja orang jang pernah mendjadi pamong pradja; se ialah ningrat ketjil jang tidak mendjadi pamong pradja dalam masjarakat feodal, arti kiasannja orang jang tahu batja. Dari itu, golongan klas berkuasa jang tidak duduk dalam pemerintah biasanja dinamakan sense. Sense progresif dimaksudkan sebagai golongan sense jang tjondong kepada perlawanan terhadap agresi Djepang.



Selain itu PKI mencoba menelusuri tentang dirinya melalui:

APA PARTAI KOMUNIS ITU



Ini adalah diktat untuk KPS dan KPSS tentang "Pembangunan Partai" disusun oleh Depagitprop CC PKI
(Depagitprop CC PKI Djakarta 1958)



PKI ADALAH ANAK ZAMAN

Penanaman kapital di Indonesia pada sedjak achir abad ke-XIX meningkat dengan tjepat, jang membawa perubahan besar dalam kehidupan ekonomi dan sosial di Indonesia.

Untuk mengerdjakan bahan2 mentah, imperialisme Belanda mendirikan pabrik2, membikin pelabuhan2 dan djalan2 kereta-api. Tetapi, semuanja itu se-kali2 bukanlah untuk memadjukan Indonesia, melainkan untuk mengintensifkan penghisapan kolonial terhadap Rakjat Indonesia.

Dengan demikian pengaruh kapitalisme mendjadi merasuk kedalam masjarakat Indonesia, jang mendorong lahirnja klas2 baru dalam masjarakat Indonesia, jaitu : Klas proletar, intelektuil dan burdjuasi Indonesia.

Lahirnja klas proletar mendorong berdirinja organisasi serikatburuh. Dibanjak tempat di Indonesia mulai berdiri serikatburuh2, seperti serikatburuh pelabuhan, serikatburuh kereta-api, serikatburuh pertjetakan dan serikatburuh2 di-pabrik2 lainnja.

Pada tahun 1905 berdirilah serikatburuh kereta-api jang bernama SS-Bond (Staats-Spoor Bond). Dalam tahun 1908 berdirilah Perkumpulan Pegawai Spoor dan Trem (Vereniging van Spoor en Tram Personeel - VSTP), suatu serikatburuh kereta-api jang militan ketika itu.

Serikatburuh2 ini merupakan sekolah2 politik bagi massa kaum buruh. Tetapi, perdjuangan serikatburuh adalah perdjuangan jang terbatas untuk memenuhi kebutuhan2 langsung daripada para-anggotanja, untuk perbaikan upah dan sjarat2 kerdja, suatu perdjuangan jang terbatas pada soal2 sosial ekonomi. Kesedaran jang diperoleh lewat aksi2 dan pemogokan2 belumlah mentjapai tingkat kesedaran-klas jang sempurna, tetapi baru pada tingkat kesedaran pertentangan antara mereka sebagai buruh-upahan terhadap madjikannja itu sendiri jang memeras tenaganja, tingkat kesedaran jang elementer, kesedaran jang masih terbatas untuk memperdiuangkan nasibnja sendiri, nasib golongannja.

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan gerakan buruh, kesedaran politik dan orgarisasi klas buruhpun meningkat pula. Klas buruh menghendaki suatu organisasi jang tidak hanja membatasi diri pada perdjuangan serikatburuh, sebab hanja dengan organisasi serikatburuh, sistim kapitalisme, jang merupakan sumber kemiskinan dan kesengsaraan bagi seluruh massa pekerdja, tidaklah dapat d.itumbangkan. Untuk menumbangkan sistim kapitalisme, klas buruh harus mendjalankan perdjuangan politik jang revolusioner, klas buruh harus mempunjai partai politik.

Tingkat kesedaran klas buruh inilah jang mendorong berdirinja suatu partai politik, jang merupakan alat untuk memperdjuangkan tjita2 dan politik daripada klas buruh. Partai politik klas buruh ini tidaklah hanja untuk memimpin perdjuangan klas buruh guna perbaikan upah dan sjarat2 kerdja kaum buruh, akan tetapi sampai dengan untuk merombak susunan masjarakat jang memaksa seseorang jang tidak bermilik harus mendjual tenaganja kepada kaum kapitalis.

Pada bulan Mei tahun 1914 di Semarang telah berdiri Perkumpulan Sosial-Demokratis Indonesia (Indische Sociaal Democratische Vereniging -- ISDV), suatu organisasi politik jang menghimpun intelektuil2 revolusioner bangsa Indonesia dan Belanda. Tudjuannja jalah untuk menjebarkan Marxisme dikalangan kaum buruh dan Rakjat Indonesia. Perkumpulan Sosial-Demokratis Indonesia inilah jang pada tanggal 23 Mei tahun 1920 berubah nama mendjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Lahirnja PKI merupakan peristiwa jang sangat penting bagi perdjuangan kemerdekaan Rakjat Indonesia. Pemberontakan kaum tani jang tidak teratur dan bersifat perdjuangan se-daerah atau se-suku dalam melawan imperialisme Belanda, jang terusmenerus mengalami kegagalan, sedjak PKI berdiri, mendjadi diganti dengan perdjuangan proletariat jang terorganisasi dan jang memimpin perdjuangan kaum tani dan gerakan revolusioner lainn]a.

Petjahnja Revolusi Oktober di Rusia tahun 1917 sangat berpengaruh pada proletariat Indonesia. Lahirnja PKI dan perkembangannja tidaklah dapat dipisahkan dari pengaruh kemenangan Revolusi Oktober itu.

Kemenangan Revolusi Oktober Besar di Rusia itu telah membangkitkan kesedaran Rakjat2 djadjahan. Revolusi Oktober, memberi kejakinan kepada Rakjat Indonesia, bahwa imperialisme Belanda pasti dapat digulingkan, dan Rakjat Indonesia akan dapat mendirikan negara Indonesia jang bebas dan merdeka.

Djadi Partai Komunis Indonesia lahir dalam zama imperialisme, sesudah di Indonesia ada klas buruh, sesudah di Indonesia berdiri serikatburuh2 dan Perkumpulan Sosial Demokratis Indonesia, jaitu organisasi politik jang pertama daripada kaum Marxis Indonesia, sesudah Revolusi Oktober tahun 1917.

Lahirnja PKI bukanlah suatu hal jang kebetulan, melainkan suatu hal jang sesuai dengan perkembangan sedjarah, suatu hal jang wadjar. PKI adalah anak zaman jang lahir pada waktunja.



IDEOLOGI PARTAI KOMUNIS



Apakah idologi itu?

Ideologi adalah tjita2 dan pandangan2 jang menjatakan kepentingan2 suatu klas.

Didalam masjarakat modern, masjarakat kapitalis, pada pokoknja terdapat dua klas. Klas kapitalis, jaitu mereka jang memiliki alat2 produksi, jang tidak bekerdja dan hidup dari menghisap kerdja kaum buruh. Klas buruh, jaitu mereka jang tidak memiliki alat2 produksi, bekerdja keras pada kapitalis, tetapi tidak mendapat hasil jang tjukup untuk hidup jang lajak.


Bagaimana ideologi klas kapitalis?

Klas kapitalis hidup dari menghisap kerdja kaum buruh. Adanja klas kapitalis karena adanja klas buruh jang dihisap. Untuk mendapat laba jang lebih banjak, kapitalis jang satu harus bersaing melawan kapitalis2 lainnja. Dalam persaingan ini banjak kapitalis2 ketjil djatuh bangkrut.

Dengan menghisap kerdja kaum buruh, dan dengan bersaing, didalam klasnja sendiri, itulah jang merupakan sjarat2 pokok bagi perkembangan kapitalisme. Oleh karena itu kebahagiaan kapitalis didasarkan atas penderitaan dari ber-djuta2 massa Rakjat pekerdja.

Djadi kepentingan kapitalis jalah menghisap klas buruh, dan membangkrutkan kapitalis2 lainnja. Semuanja ihi ditudjukan untuk mempertahankan sistim penghisapan. Oleh karena itu, semua tjita2 dan pandangan2 jang ditudjukan untuk mewudjudkan kepentingan mengeduk laba sebanjak2nja, kepentingan untuk mempertahankan sistim penghisapan, adalah merupakan ideologi daripada klas kapitalis.


Bagaimana ideologi klas buruh?

Klas buruh tidak memiliki alat2 produksi. Klas buruh bekerdja didalam pabrik2, bekerdjasama dan mengadakan pembagian pekerdjaan dengan mempunjai tanggungdjawab perseorangan menurut pembagian pekerdjaan masing2, dan mendjalankan produksi setjara kolektif. Dalam produksi jang madju di-pabrik2, terpeliharalah kebiasaan kaum buruh untuk bersatu, untuk saling membantu, berorganisasi dan berdisiplin.

Untuk perkembangan diri klas buruh sendiri, klas buruh harus bersatu dengan massa Rakjat pekerdja lainnja. Hanja dengan persatuan dikalangan klas buruh dan massa Rakjat pekerdja lainnja itulah, klas buruh dapat membebaskan dirinja dan selandjutnja membebaskan seluruh massa Rakjat pekerdja dari penghisapan kapitalisme.

Klas buruh menaruh perhatian pada perdjuangan2 untuk pembebasan Rakjat pekerdja sedunia, pada kemenangan2 dan kekalahan2nja. Mereka mengerti, bahwa setiap kemenangan atau kekalahan Rakjat pekerdja dimana sadja adalah berarti kemenangan atau kekalahan mereka sendiri.

Djadi kepentingan klas buruh jalah pembebasan semua Rakjat pekerdja dari kapitalisme. Semua tjita2 dan pandangan2 jang diwudjudkan dalam perbuatan untuk men tjapai kepentingan klas buruh merupakan ideologi klas buruh.

Partai Komunis adalah Partainja klas buruh. Karena itu ideologi Partai Komunis adalah ideologi klas buruh. Setiap anggota Partai Komunis harus memiliki ideologi klas buruh iri.



DASAR2 ORGANISASI PARTAI KOMUNIS

Klas buruh mempunjai ber-matjam2 organisasi perlawanan. Ada serikatburuh jang saban hari terlibat dalam pertempuran2 terhadap kapital. Ada organisasi kooperasi kaum buruh jang dengan usaha sendiri meringankan beban dari anggota2nja. Ada pula perkumpulan2 pendidikan, organisasi2 pemuda, dan lain2 sebagainja. Semua organisasi adalah organisasi klas buruh jang meninggikan kesedara klas buruh.

Akan tetapi kesedaran jang diperoleh buruh lewat perdjuangan organisasi2 ini, dan ketjerdasan politik jang.didapatnja dari organisasi2 ini, tidaklah sampai membiki klas proletar tjukup kuat dan bersatu untuk melawan sistim kapitalisme. Untuk itu harus ada partai politik dari klas proletar, artinja harus ada teori perdjuangan jang diinjeksikan kedalam gerakan buruh itu. Teori itu adalah teori Marxisme-Leninisme. Hanja dengan adanja teori jang revolusioner, jaitu Marxisme-Leninisme terdapat suatu partai jang revolusioner, Partai Komunis, partainja klas proletar. Hanja partai jang sematjam itulah jang mempersatukan semua organisasi2 klas buruh lainnja dan memimpinnja, jang membikin terang sasaran perdjuangannja dan bisa menjusun taktik2 perdjuangannja.

Sebab itu, Partai Komunis itu adalah barisan depan jang terorganisasi, adalah bentuk organisasi jang terttinggi jang paling berdisiplin. Tetapi untuk bisa mendjadi barisan terdepan, mendjadi organisasi jang tertinggi, untuk dapat memenuhi tugasnja, maka Partai klas buruh harus mempunjai dasar2 organisasi sebagai berikut :


a. DASAR SENTRALISME-DEMOKRATIS
Partai itu harus merupakan satu kesatuan politik dan kesatuan organisasi. Kebulatan dalam politik dan kebulatan dalam organisasi adalah sjarat mutlak bagi Partai Komunis.

Untuk memperoleh kebulatan dalam organisasi, Partai Komunis disusun berdasarkan prinsip sentralisme-demokratis. Sentralisme-demokratis adalah prinsip organisasi Partai Komunis jang mengatur pemberian kekuasaan jang perlu pada badan2 pimpinan Partai, dan sekaligus merupakan pelaksanaan demokrasi jang tertinggi didalam Partai.

Ini berarti, bahwa sentralisme dalam Partai itu dibangun atas dasar demokrasi, dan demokrasi dalam Partai itu dibawah pimpinan jang dipusatkan.

Sjarat2 pokok untuk dapat melaksanakan prinsip sentralisme-demokratis dalam organisasi jalah:

a. Bahwa semua badan pimpinan Partai dari bawah sampai keatas harus dipilih oleh anggota setjara demokratis;
b. Bahwa semua badan piinpinan Partai harus memberi laporan pada waktu tertentu kepada organlsasi Partai jang memilihnja;
c. Bahwa setiap anggota Partai harus tunduk kepada putusan2 organisasi Partai dimana ia tergabung; djumlah tersedikit harus tunduk kepada djumlah terbanjak; organisasi Partai bawahan harus tunduk kepada organisasi Partai diatasnja dan segenap bagian daripada organisasi Partai harus tunduk kepada CC;
d. Bahwa disiplin Partai harus didjalankan dengan sungguh2 dan putusan2 Partai harus dilaksanakan dengan tanpa sjarat.

Segi sentralisme akan mendjamin adanja satu pimpin jang memusat. Dengan begitu Partai merupakan satu kekuatan jang bulat, jang memberi pimpinan dengan baik kepada anggota dan massa Rakjat. Ini akan memperbesar kepertjajaan massa anggota dan massa Rakjat kepada Partai, dan ini merupakan sjarat untuk. mentjapai kemenangan2 didalam setiap aksi.

Segi demokrasi akan mendorong anggota Partai aktif memperbintjangkan persoalan2 jang dihadapi se-hari2. Segi demokrasi akan mengembangkan inisiatif dan daja-tjipta anggota Partai.

Djadi sentralisme dan demokrasi didalam Partai adalah merupakan satu kesatuan dari dua segi jang satusamalain berdjalinan. Satusamalain tak dapat terpisahkan. Sentralisme tanpa demokrasi dapat mendjurus kese-wenang2an dan menekan daja-tjipta anggota, tetapi demokrasi tanpa sentralisme, tanpa pimpinan jang memusat berarti ultra-demokrasi, jaitu demokrasi jang ber-lebih2an, demokrasi jang tidak terpimpin. Demokrasi sematjam ini sama dengan liberalisme (se-mau2nja).

Prinsip sentralisme-demokratis ini harus difahami dan harus dilaksanakan dalam kehidupan Partai se-hari2 oleh setiap anggota disemua tingkat organisasi Partai, disemua lapangan pekerdjaan. Dengan susunan organisasi Partai jang berdasarkan prinsip sentralisme-demokratis, maka terdjaminlah persatuan antara pimpinan Partai dengan anggota dan antara Partai dengan massa Rakjat.


b. TENTANG DISIPLIN
Partai Komunis itu harus mempersatukan semua kekuatan dan organisasi2 klas proletar, harus selalu berhubungan erat dengan semua klas2 pekerdja lainnja, dan harus bisa memimpin perdjuangan Rakjat. Oleh sebab itu, disamping kesatuan politik dan kesatuan organisasi, Partai mempunjai kesatuan disiplin. Artinja, didalam Partai hanja ada satu matjam disiplin jang berlaku bagi semua anggota, dari tjalon-anggota sampai fungsionaris2 jang tertinggi. Hanja dengan adanja kesatuan disiplin jang kuat ini Partai bisa tetap memelihara sifat memimpin, bisa tetap mempertahankan sifat berdiri sendiri dalam politik dan organisasi, dan bisa tetap memelihara hubungan jang erat dengan massa Rakjat lainnja.

Darimana sumber disiplin jang kuat didalam Partai Komunis? Kehidupan se-hari2 dari kaum buruh mendjadi dasar daripada disiplin itu. Klas burdjuis dengan peraturan2 jang berat di-pabrik2 mengadjarkan disiplin pada kaum buruh. Akan tetapi kekerasan disiplin burdjuis itu bersifat niengantjam dan menakut-nakuti. Sebaliknja kaum buruh mengambil peladjaran jang berguna bagi perdjuangannja dari peraturan2 jang keras itu jaitu, bahwa dengan mentaati aturan2 pabrik terdapat tjara kerdja dan pembagian kerdja jang effektif, terdapat hasil2 jang berkwalitet tinggi dan pengaturan waktu jang rasionil dan kerdjasama jang harmonis. Hal2 inilah jang dipeladjari kaum buruh dan ditinggikan mendjadi suatu, disiplin sukarela, jang tidak bersifat menakut-nakuti, tidak bersifat mengantjam, melainkan bersifat mendorong, dan mempersatukan serta, mempertinggi mutu dari pekerdjaan.


c. KRITIK DAN SELFKRITIK
Konstitusi Partai menegaskan sebagai berikut : "PKI harus terusmenerus memeriksa kesalahan2 dan kekurangan2nja dengan djalan mengadakan kritik dan selfkritik jang tadjam. Dengan demikian dapatlah dikoreksi pada waktunja semua kesalahan dan kekurangan2 dan dapat mendidik anggota dan kader Partai. PKI menentang sikap sombong, sikap jang tidak mau mengakui kesalahan2 dan takut kiltik dan selfkritik".


Mengapa kritik dan selfkritik perlu?

Dalam perdjuangan ada kalanja perhitungan kita tidak tjotjok dengan keadaan objektif. Maka timbullah kesalahan2 atau kekurangan2 dalam pekerdjaan.

Untuk mengatasi kekurangan dan kesalahan, kita harus selalu mengadakan tindjauan pada pekerdjaan kita. Dengan menggunakan kritik dan selfkritik dalam menindjau pekerdjaan itu, kita membetulkan kesalahan dan mengikis kekurangan2. Dengan demikian pekerdjaan kita mendja terus madju.

Kritik dan selfkritik perlu untuk memadjukan Partai kita, untuk memelihara kemurnian ideologi proletar, untuk memegang teguh garis politik dan organisasi, untuk mendidik anggota supaja dengan beladjar dari kesalahan2 dan kekurangan2 itu, pekerdjaan jang akan datang lebih baik.

Dengan kritik dan selfkritik, ideologi kita makin hari makin tergembleng. Ibarat kita membersihkan rumah kita setiap hari, demikian pula hendaknja kita membersihkan fikiran2 kita dan rnembetulkan ideologi kita setiap waktu.


Bagaimana tjaranja mendjalankan kritik dan selfkritik?

Untuk mendjalankan kritik dan selfkritik dengan tepat, kita harus mengingat beberapa hal sebagai berikut : kesalahan atau kekurangan itu hendaknja dianggap sebagai suatu penjakit jang perlu diobati. Bagi jang mengkritik hendaknja bersifat ingin mengobati "sisakit". Bagi jang dikritik hendaknja suka menerima dengan ichlas bantuan dari orang jang akan mengobati. "Sisakit" akan bisa segera sembuh, djika ia sungguh2 mengemukakan kesalahannja tepat pada waktunja, atau mendjalankan selfkritik tepat pada waktunja.

Oleh karena itu djika dalam mendjalankan kritik dan selfkritik timbul saling mentjurigai pasti tidak menguntungkan persatuan Partai dan harus ditentang.

Dalam mendjalankan kritik dan selfkritik ada kalanja tidak diperhatikan soal2 pokok, tetapi terlibat pada soal jang ketjil. Djanganlah dilupakan bahwa tugas terpenting daripada kritik dan selfkritik jalah menundjukkan kesalahan2 politik, organisasi dan ideologi.


Bagaimana tjara mengembangkan kritik dan selfkritik?

Adanja rapat2 periodik dan diskusi2 periodik adalah sangat penting untuk senantiasa mengadakan tindjauan dalam pekerdjaan dan untuk mengembangkan kritik dan selfkritik.


d. PIMPINAN KOLEKTIF
Djaminan untuk suksesnja pimpinah Partai atas massa ialah adanja tjara kerdja dan pimpinan kolektif.

Tjara pimpinan kolektif dilaksanakan dengan mengumpulkan pendapat2 dari massa untuk disimpulkan, dan setelah mendjadi kesimpulan kolektif didjadikan pedoman dalam memberikan pimpinan. Karena itu pimpinan kolektif jang sedemikian itu adalah pimpinan kolektif jang realis, jang objektif.

Tjara pimpinan kolektif berlawanan dengan tjara pimpinan perseorangan. Tjara pimpinan perseorangan mengingkari pendapat2 massa, dan se-mata2 menguntungkan pendapat2 perseorangan sadja. Karena itu tjara pimpinan persoorangan adalah subjektif.


Bagaimana tjara melaksanakan pimpinan kolektif?

Tjara melaksanakan pimpinan-kolektif jaitu dengan mengadakan rapat2 periodik didalam badan2 kolektif. Rapat2 periodik itu harus teratur. Masing2 anggota kolektif harus inempersiapkan diri sebelum berapat. Masing2 anggota kolektif melaporkan apa jang dikerdjakan dan bagaimana tjaranja mengerdjakannja.


Apakah tjara pimpinan kolektif itu menghilangkan perasaan perseorangan?

Tidak! Partai Komunis menghargai perasaan perseorangan dan selalu berusaha mengembangkan ketjakapan perseorangan. Dengan berkembangnja ketjakapan perseorangan dari anggota2 kolektif itu, maka kwalitet kolektif itu meningkat mendjadi lebih tinggi.

Tjara kerdja kolektif tidak berarti meniadakan tanggungdjawab perseorangan. Tanpa tanggungdjawab perseorangan kita akan terdjerumus dalam bentjana dimana tidak ada orang jang bertanggungdjawab. Dalam setiap organisasi harus ada tanggungdjawab perseorangan menurut pembagian kerdja, dan harus ada orang jang bertanggungdjawab kepada seluruh pekerdjaan. Tiap badan kolektif memilih kepala kolektif, jaitu anggota jang paling madju diantara anggota2nja. Selain seorang kepala kolektif dipilih djuga seorang atau lebih wakil2 kepala supaja dengan begitu periodik- dari kolektif bisa selalu berdjala Partai akan lebih terkonsolidasi dan tambah besar pengaruhnja dikalangan massa, djika setiap orang Komunis bekerdja berdasarkan tjara pimpinan kolektif.



SJARAT2 KEANGGOTAAN PARTAI

a. ARTI DARI TERIKAT DALAM SALAH SATU ORGANISASI PARTAI
Mengenai penerimaan mendjadi anggota Partai, Konstitusi mendjelaskan sebagai berikut : "Jang dapat diterima mendjadi anggota Partai jalah setiap warganegara jang telah berumur 18 tahun, jang menjetudjui Program dan Konstitusi Partai, masuk dan bekerdja aktif disalahsatu organisasi Partai, ta'at kepada putusan2 Partai, membajar uang pangkal dan iuran Partai, mengundjungi rapat2 dan kursus2 Partai".

Program dan Konstitusi Partai adalah garis politik d organisasi jang terpokok. Persetudjuan seseorang pada Program dan Konstitusi Partai adalah persetudjuan seseorang kepada garis politik dan organisasi Partai. Sjarat ini adalah penting bagi seorang jang mau mendjadi anggota Partai, karena persetudjuan pada Program dan Konstitusi itu merupakan langkah penting kearah kesatuan politik dan organisasi didalam Partai.

Tetapi, persetudjuan pada Program dan Konstitusi atau persetudjuan pada garis politik dan organisasi sadja belum tjukup bagi orang jang mau mendjadi anggota. Garis politik dan garis organisasi jang benar dan jang telah disetudjui itu harus diperdjuangkan, harus diwudjudkan. Dimana tempat untuk memperdjuangkannja? Dengan masuk dan bekerdja aktif disalahsatu organisasi Partai, maka seseorang anggota dapat dengan aktif memperdjuangkan garis politik dan garis organisasi Partai jang benar.

Setiap anggota Partai harus mentaati putusan Partai. Setiap putusan Partai adalah putusan kolektif, putusan jang diambil dalam organisasi Partai. Dengan mentaati putusan Partai itulah, maka anggota Partai bersikap menghargai dan mendjundjung tinggi organisasi Partai. Kaum Komunis itu tidak mempunjai sendjata lain ketjuali organisasi!

Anggota Partai harus menibajar uang-pangkal dan iuran Partai. Ini membuktikan, bahwa seorang anggota Partai djuga bersedia menjerahkan kepada Partai sebagian dari penghasilannja.

Achirnja dengan mengundjungi rapat2 dan kursus2 serta membatja penerbitan2 Partai, anggota dapat selalu mengikuti kehidupan intern-Partai, kehidupan politik dan organisasinja, dan dengan begitu terus-menerus berusaha untuk meningkatkan kwalitet keanggotaannja.

Dengan memenuhi sjarat2 keanggotaan seperti tersebut diatas, setiap anggota Partai Komunis dapat mengabdikan dirinja sepenuhnja kepada kepentingan Partai dan Rakjat. Karena itu djanganlah ada satu sadja dari sjarat2 keanggotaan itu jang dilalaikan.



b. ARTI DARI MASA-PENTJALONAN
Sebelum seseorang dapat disahkan mendjadi anggota Partai, didalam Konstitusi Partai ada disebut mengenai masa-pentjalonan bagi seseorang.

Apa arti masa-pentjalonan itu? Mengapa penerimaan mendjadi anggota Partai diatur melalui masa-pentjalonan?

Mengapa orang tidak lalu terus diterima mendjadi anggota?

Pada pokoknja masa-pentjalonan diperlukan untuk memberikan pendidikan permulaan tentang ideologi Komunis kepada tjalon-anggota, dan djuga untuk mendjamin pengawasan oleh organisasi2 Partai terhadap kwalitet politik tjalon-anggota tersebut.

Mengenai Program dan Konstitusi Partai pada umum sudah diketahui garis pokoknja oleh tjalon-anggota, tetapi mengenai hidup berorganisasi dan mengenai ideologi Komunisme ia harus terlebih dulu dilatih.

Lama masa-tjalon ditentukan oleh kedudukan sosial d masing2 orang. Bagi kaum buruh, buruh-tani dan tani-miskin masa-tjalonnja lebih pendek daripada bagi tani-sedang, pegawai-kantor dan kaum intelektuil atau pekerdja-merdeka.

Rol dari para penanggung tjalon-anggota jang bersangkutan adalah penting sekali, sebab merekalah sebetulnja jang mendjadi pelatih pertama dari tjalon-anggota. Sedikit banjaknja tergantung pada para penanggung inilah djadi tidaknja tjalon itu mendjadi seorang Komunis jang baik.

Dalam pada itu Partai menegaskan bahwa setiap orang jang sudah diterima mendjadi tjalon-anggota, pada saat penerimaan itu ia sudah mendjadi anggota klas buruh, sudah mendjadi anggota proletariat walaupun kedudukan sosialnja tidak sebagai buruh-upahan.

Kewadjiban Partai terhadap para tjalon-anggota jalah berusaha agar para tjalon-anggota dapat ditingkatkan mendjadi anggota tepat pada waktunja.



c. TENTANG KEWADIIBAN DAN HAK ANGGOTA PARTAI
Untuk mendjadi anggota Partai Komunis, dari seseorang hanja diperlukan memenuhi sjarat2 keanggotaan seperti jang ditetapkan didalam penerimaan mendjadi anggota di atas -- jaitu setiap warganegara jang telah berumur 18 tahun, jang menjetudjui Program dan Konstitusi Partai, ….bekerdja aktif disalahsatu organisasi Partai, taat kepada putusan2 Partai dan membajar uang-pangkal dan iuran Partai, mengundjungi rapat2 dan kursus2 Partai serta membatja penerbitan2 Partai. Ini ddalah sjarat2 minimum jang harus dipenuhi oleh setiap anggota Partai.

Tetapi, setiap anggota Partai Komunis, seharusnja tidak mendjadi seorang anggota jang hanja memenuhi sjarat2 minimum sadja. Seorang anggota harus tidak merasa puas dengan hanja membatasi diri pada sjarat2 minimum ini.

Oleh sebab itu mengenai kewadjiban anggota Partai, Konstitusi mewadjibkan anggota untuk mempertinggi kesedarannja dan memperdalam pengertiannja tentang dasar2 daripada teori Marxisme-Leninisme. Ini adalah djalan bagi setiap anggota untuk dapat senantiasa memperbanjak amalnja kepada Rakjat dan kepada revolusi, dan dengan begitu sekaligus meninggikan kwalitet keanggotaannja.

Konstitusi djuga menekankan tentang kewadjiban anggota Partai untuk sungguh2 mendjalankan disiplin Partai, ambil bagian jang aktif dalam kehidupan politik intern Partai dan dalam gerakan revolusioner di Indonesia, melaksanakan dengan sungguh2 politik serta putusan2 Partai dan menentang segala sesuatu jang membahajakan kepentingan2 Partai. Tidak dapat disangsikan, bahwa pelaksanaan kewadjiban ini akan membikin Partai Komunis mendjadi Partai jang kuat dan bulat.

Konstitusi Partai menekankan tentang kewadjiban anggota Partai untuk mengembangkan kritik dan selfkritik dari bawah, mengemukakan kekurangan2 dan mengatasinja, menentang kepuasan-diri jang ber-lebih2an. dan kesombongan karena mendapat hasil2 dalam pekerdjaan. Tidak dapat disangsikan, bahwa ketentuan ini akan mendorong untuk membuka dan melenjapkan kekurangan2 dan kesalahan2 dalam pekerdjaan Partai, dan achimja akan memadjukan Partai.

Dalam Konstitusi ditentukan, bahwa anggota Partai wadjib mengabdi kepada Rakjat banjak, mengkonsolidasi hubungan Partai dengan massa, mempeladjari dan melaporkan tepat pada waktunja kehendak2 massa kepada Partai serta mendjelaskan politik Partai kepada massa. lni mengandung arti bahwa kepentingan2 Partai Komunis adalah sama dengan kepentingan2 Rakjat dan bahwa tanggungdjawab terhadap Partai adalah sama dengan tanggungdjawab terhadap Rakjat. Perwudjudan dari kewadjiban ini akan mendjadikan Partai kita takterkalahkan, karena Partai tidak terpisah dari massa Rakjat.

Kewadjiban lain dari setiap anggota jalah supaja menguasai garis pekerdjaannja dan mendjadi teladan dalam berbagai lapanoan ckerdjaan revolusidner. Ketentuan ini mendorong anggota untuk menguasai segi2 pekerdjaan dan mendorong untuk mengetahui hubungan pekerdjaan dengan seluruh perdjuangan revolusioner.

Mengenai hak2 anggota Partai, Konstitusi menekankan sebagai berikut:

Ambil bagian dalam diskusi2 jang bebas dan luas tentang pelaksanaan politik Partai;
Memilih dan dipilih didalam Partai;
Mengadjukan usul2 atau keterangan2 kepada tiap organisasi Partai, sampai kepada CC;
Mengkritik tiap fungsionaris Partai dalam rapat2 Partai.

Untuk mengembangkan demokrasi-intern Partai, maka setiap anggota harus menggunakan hak2nja ini dengan se baik2nja.



ORGANISASI BASIS DARIPADA PARTAI

Organisasi-basis Partai dibangun menurut tempat-tinggi atau kesatuan tempat-kerdja, dimana terdapat paling sedikit 3 anggota Partai. Berdasarkan ketentuan ini, maka organisasi-basis bisa mempunjai hanja 3 anggota, tetapi bisa djuga mempunjai ratusan anggota.

Organisasi-basis Partai atau Resort Partai merupakan kesatuan Partai jang berhubungan langsung dengan anggota2 Partai dan jang bekerdja langsung di-tengah2 masa Rakjat ia merupakan djembatan jang menghubungkan massa Rakjat dengan badan2 pimpinan Partai. Oleh karena itu, militansi dari keseluruhan Partai sangat tergantung pada militansi daripada organisasi-basis Partai.

Didalam Resort Partai dimana terdapat banjak anggota, harus dibentuk Grup2 jang anggotanja, terdiri dari se-banjak2nja 7 orang anggota. Grup2 ini merupakan bagian daripada Resort, tetapi bagian jang tidak mempunjai hak untuk menentukan garis atau sikap politik. Grup2 ini melaksanakan putusan2 dari Resort.



Tiap Grup memilih seorang Kepala Grup dan kalau perlu wakil Kepala.

Apa tugas organisasi-basis? Resort Partai harus melakukan pekerdjaan propaganda dan organisasi dikalangan Rakjat untuk mendjelaskan pendirian politik Partai dan putusan2 organisasi Partai atasan. Tugas lain dari Resort jalah untuk mengetahui dengan djelas hal-ihwal daripada anggota2nja, sedjarahnja, perasaannja dan tingkat kesedaran politiknja.

Resort Partai berkewadjiban membuka kedok musuh2 Rakjat jang bersembunji di-tengah2 Rakjat, dan membasmi mereka dengan bekerdja-sama jang erat dengan Rakjat sekitarnja.

Selandjutnja tugas Resort jalah meninggikan tingkat kebudajaan dari anggota Partai dengan mengadakan pendidikan dan mengorganisasi peladjaran2, terutama peladjaran membatja-tulis (PBH) bagi anggota rang butahuruf.

Rapat2 anggota Resort dibagi dalam rapat2 Grup, dan rapat2 Resort dihadiri utusan2 jang dipilih oleh rapat Grup. Tetapi rapat Grup itu tidaklah bersifat menentukan politik melainkan mengumpulkan pendapat2 anggota untuk diteruskan pada Recom, atau sebaliknja untuk menjampaikan putusan2 Recom supaja dipetjahkan pelaksanaan putusan itu. Djadi bagaimanapun djuga Grup tidak boleh menggantikan Resort sebagai organisasi-basis Partai, Grup tidak boleh menghalang-halangi hubungan seorang anggota dengah Recom Partai.

Salahsatu tugas penting, dari Grup menurut Konstitusi jalah : mempertimbangkan permintaan mendjadi anggota dan setelah mengambil keputusan, meneruskannja kepada Recom Partai; setelah masa-tjalon selesai, mengusulkan pensahan mendjadi anggota Partai kepada Recom; menerima dan menjampaikan permintaan berhenti sebagai anggota atau tjalon-anggota kepada rapat Resort dan memilih utusan untuk menghadiri rapat Resort.



TENTANG GARIS MASSA DARIPADA PARTAI

Apakah garis massa daripada Partai itu?

Garis massa daripada Partai adalah suatu garis klas, jaitu garis massa klas proletar. Ini berarti, bahwa garis politik dan garis organisasi Partai itu harus selaras denga kepentingan massa Rakjat. Djadi mendjalankan garis massa daripada Partai berarti bahwa garis politik dan garis organisasi Partai harus berasal dari massa dan kembali kepada massa.

Salahsatu perbedaan jang penting antara Partai Komunis dengan partai2 burdjuis jalah terletak dalam hubungan masing2 Partai itu dengan massa Rakjat.

Partai2 burdjuis dan tuantanah berhubungan dengan massa Rakjat untuk mempertahankan penghisapannja terhadap massa. Mereka mentjari hubungan2 dengan massa tidak untuk membantu memperdjuangkan tuntutan massa melainkan untuk memerintah dan mentjari djalan jang se baik2 nja guna memenuhi keinginan2 menghisap klas burdjuis.

Sedangkan hubungan Partai Komunis dengan massa sudah ditjantumkan dalam Konstitusi sebagai beriku "Kaum Konaunis Indonesia harus mentjurahkan segenap tenaga dan fikirannja untuk mengabdi kepada Rakjat. Kaum Komunis Indonesia harus mengadakan hubungan2 jang luas dengan massa buruh, tani dan semua Rakjat revolusioner lainnja serta terus menerus mentjurahkan perhatiannja untuk memperkuat dan meluaskan hubungan2 ini. Tiap anggota Partai harus mengerti, bahwa kepentingan mereka adalah sama dengan kepentingan2 Rakjat, dan bahwa tanggungdjawab terhadap Partai adalah sama dengan tanggungdjawab kepada Rakjat".

Garis massa daripada Partai tidak hanja merupakan garis politik dan organisasi bagi Partai, melainkan djuga mendjadi moral bagi setiap orang Komunis. Bagi orang Komunis, ukuran jang tertinggi untuk semua perkataannja seharusnja jalah, apakah perkataan dan perbuatannja itu sesuai atau tidak dengan kepentingan jang terbesar dari massa Rakjat, dan apakah perkataan serta perbuatannja disokong atau tidak oleh massa Rakjat jang luas.

Setiap massa dapat dibagi atas tiga elemen dilihat dari sudut aktivitetnja. Sebagian jang ketjil merupakan elemen madju, jang paling aktif. Sebagian lagi merupakan elemen tengah, jang berdiri diantara aktif dan pasif, sedang bagian jang terbesar terdiri dari elemen jang pasif. Djika dalam suatu persoalan jang dihadapi oleh massa itu, elemen jang pertama sadja, atau elemen pertama dan jang kedua sadja jang bergerak, itu berarti bahwa bagian terbesar daripada massa belum bergerak, dan tidak akan banjak hasjlnja. Oleh sebab itu harus diusahakan supaja massa jang paling belakang itu, jaitu jang merupakan bagian jang terbesar turut bergerak. Djadi melaksanakan garis massa berarti, membantu elemen2 jang madju supaja bisa ber-angsur2 melahirkan pemimpin2, mendorong elemen tengah hingga mendjadi madju, dan selandjutnja mempertinggi kesadaran elemen ketiga atau jang terbelakang hingga melepaskan pasivitetnja dan turut bergerak.




Konfrontasi Peristiwa Madiun 1948, Peristiwa Sumatera 1956


Ini adalah diktat untuk KPS dan KPSS tentang "Pembangunan Partai" disusun oleh Depagitprop CC PKI
(Depagitprop CC PKI Djakarta 1958)



Tulisan ini adalah pidato Kawan D.N. Aidit didalam Sidang DPR tanggal 11 Februari 1957 mendjawab keterangan anggota DPR Udin Sjamsudin (Masjumi) jang mentjoba menutupi maksud2 kontra-revolusioner dari "dewan2 partikelir" di Sumatera dengan menjinggung2 soal Peristiwa Madiun.

Dengan pidato Kawan D.N. Aidit ini masjarakat dapat mengetahui dengan lebih djelas lagi hakekat Peristiwa Madiun, suatu provokasi reaksi jang dilantjarkan oleh Hatta dan arti pemberontakan kontra-revolusioner gerombolan Siinbolon dan Ahmad Husein jang satu tahun kemudian mentjapai puntjaknja dengan diproklamasikannja "Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia" di Padang oleh gembong2 Masjumi-PSI seperti Sjafruddin Prawiranegara dan Sumitro Djojohadikusumo.

Dengan tulisan ini Rakjat Indonesia sampai sekarang mempunjai tiga dokumen penting tentang Peristiwa Madiun jaitu :
B u k u P u t i h t e n t a n g P e r i s t i w a M a d i u n jang diterbitkan oleh Departemen Agitprop CC PKI, M e n g g u g a t P e r i s t i w a M a d i u n dan K o n f r o n t a s i P e r i s t i w a M a d i u n 1 9 4 8 -- P e r i s t i w a S u m a t e r a ( 1 9 5 6 )



Komisi Pilihan Tulisan
D.N. Aidit dari CC PKI.


Terlebih dulu saja ingin menjatakan bahwa Pemerintah Ali-ldham dalam keterangannja pada tanggal 21 Djanuari dan dalam djawabannja pada pandangan umum babak pertama pada tanggal 4 Februari jl. bisa membatasi diri pada persoalannja, jaitu tentang kedjadian2 di Sumatera dalam bulan Desember 1956. Hal ini dapat saja hargai dan tentang ini kawan2 sefraksi saja sudah menjatakan pendapat Fraksi PKI.

Pada pokoknja pendapat kami mengenai kedjadian2 di Sumatera dalam bulan Desember tahun jl. Adalah sbb. :

Pertama : Kedjadian2 di Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan adalah rentetan kedjadian jang sengadja ditimbulkan oleh sebuah partai ketjil jang kalah dalam pemilihan umum jl. jang berhasil mendalangi sebuah partai besar dan oknum2 liar, jang tidak melihat kemungkinan dengan djalan demokratis dapat duduk kembali dalam kekuasaan sentral, dan jang hanja melihat kemungkinan dengan djalan menggunakan saluran partai2 lain, dengan djalan mempertadjam pertentangan antara partai2 agama dengan PKI dan PNI, dengan bikin2an menimbulkan kemarahan Rakjat didaerah2 supaja memberontak terhadap Pemerintah Pusat, dengan djalan mengadudomba suku satu dengan suku lainnja dan dengan djalan menghasut orang2 militer supaja memberontak kepada atasannja.

Kedua : Kedjadian2 tersebut terang sedjalan dan berhubungan dengan rentjana kaum imperialis, jang dipelopori oleh Amerika Serikat untuk menarik Indonesia kedalam pakt militer SEATO. Rentjana2 dari pemberontak di Sumatera untuk memisahkan Sumatera dan Kalimantan dari Pemerintah Pusat dan untuk mendirikan negara sendiri jang mempunjai peralatan sipil dan militer sendiri, jang mempunjai hubungan luarnegeri sendiri, adalah sepenuhnja sedjalan dengan rentjana Amerika Serikat jang diatur oleh Pentagon (Kementerian Pertahanan) dan State Department (Kementerian Luarnegeri) Amerika Serikat, oleh "djendral2" DI-TII dan oleh aparat2 serta kakitangan2 Amerika Serikat jang ada di Indonesia.

Djadi, persoalannja adalah djelas, jaitu kepentingan vital Rakjat Indonesia disatu fihak berhadapan langsung dengan kepentingan kaum imperialis asing difihak lain. Dalam hal ini Pemerintah Ali-Idham menjatukan diri dengan kepentingan Rakjat Indonesia, dan oleh karena itu PKI tidak ragu2 berdiri difihak Pemerintah dan melawan kaum pemberontak serta aktor2 intelektualisnja.

Demikianlah, kalau mengenai persoalannja. Djelas dimana kami berdiri, dan djelas pula dimana fihak lain berdiri.

Tetapi, disamping pemerintah dapat membatasi diri pada persoalan jang sedang dihadapi, anggota jang terhormat Udin Sjamsudin telah mem-bawa2 Peristiwa Madiun, dengan maksud mengaburkan persoalan.



Dalam Soal Peristiwa Madiun Kaum Komunis Adalah Pendakwa

Anggota tsb. telah me-njebut2 Peristiwa Madiun dalam hubungan dengan Peristiwa Sumatera, antara lain dikatakannja "pelopor pemberontakan di Indonesia ini setelah Indonesia Merdeka adalah Partai Koniunis Indonesia", selandjutnja "kaum Komunislah jang mendjadi mahaguru pemberontakan" dan "bibitnja sudah menular keseluruh Indonesia". Maksud pembitjara tsb. djelas, jaitu supaja dalam soal peniberontakan Kolonel Simbolon dan Letnan Kolonel Ahmad Husein djuga PKI jang disalahkan. Lihatlah, betapa tidak tahu malunja orang mentjari kambinghitamnja, sama dengan tidak tahu malunja mereka menjalahkan PKI dalam hubungan dengan Peristiwa Madiun.

Saja tidak membantah, bahwa baik Peristiwa Madiun maupun Peristiwa Sumatera mempunjai satu sumber dan satu tudjuan, jaitu bersumber pada imperialisme Amerika dan Belanda dan bertudjuan untuk meletakkan Indonesia sepenuhnja dibawah telapak kaki mereka.

Berhubung dengan sebuah statement Politbiro CC PKI tanggal 13 September 1953 saja pernah dihadapkan kemuka pengadilan. Dalam sidang pengadilan tanggal 27 Djanuari 1955, dengan berpegang pada ajat 3 fasal 310 KUHP jang ditimpakan pada saja, sudah saja njatakan kesediaan saja kepada pengadilan untuk membuktikan dengan saksi2 bahwa Peristiwa Madiun memang provokasi dan bahwa dalam Peristiwa Madiun tsb. tangan Hatta-Sukiman-Natsir cs. memang berlumuran darah. Dengan ini berarti bahwa Hatta, ketika itu masih wakil Presiden, harus tampil sebagai saksi berhadapan dengan saja. Kesediaan saja ini, jang djuga diperkuat oleh advokat saja, Sdr. Mr. Suprapto, tidak mendapat persetudjuan. pengadilan. Djaksa menjatakan keberatannja akan pembuktian jang mau saja adjukan dengan saksi2. Oleh karena djaksa menolak pembuktian jang mau saja adjukan, maka djaksa terpaksa mentjabut tuduhan melanggar fasal 310 dan 311 KUHP. Djelaslah, bahwa ada orang2 jang kuatir kalau Peristiwa Madiun ini mendjadi terang bagi Rakjat.

Djadi, mengenai Peristiwa Madiun kami sudah lama siap berhadapan dimuka pengadilan dengan arsiteknja Moh. Hatta. Ini saja njatakan tidak hanja sesudah Hatta berhenti sebagai wakil Presiden, tetapi seperti diatas sudah saja katakan, djuga ketika Hatta masih Wakil Presiden. Saja tidak ingin menantang siapa-siapa, tetapi kapan sadja Hatta ingin Peristiwa Madiun dibawa kepengadilan, kami dari PKI selarnanja bersedia menghadapinja. Kami jakin, bahwa djika soal ini dibawa kepengadilan bukanlah kami jang akan mendjadi terdakwa, tetapi kamilah pendakwa. Kamilah jang akan tampil kedepan sebagai pendakwa atasnama Amir Sjarifuddin, putera utama bangsa Indonesia jang berasal dari tanah Batak, atasnama Suripno, Maruto Darusman, Dr. Wiroreno, Dr. Rustam, Harjono, Djokosujono, Sukarno, Sutrisno, Sardjono dan beribu-ribu lagi putera Indonesia jang terbaik dari suku Djawa jang mendjadi korban keganasan satu pemerintah jang dipimpin oleh burdjuis Minangkabau, Mohammad Hatta. Demikian kalau kita mau berbitjara dalam istilah kesukuan, sebagaimana sekarang banjak digunakan oleh pembela2 kaum pemberontak di Sumatera, hal jang sedapat mungkin ingin kami hindari. Ja, kami djuga akan berbitjara atasnama perwira2, bintara2 dan pradjurit2 TNI jang tewas dalam "membasmi Komunis" atas perintah Hatta, karena mereka djuga tidak bersalah dan mereka djuga adalah korban perang-saudara jang dikobarkan oleh Hatta.

Dalam pembelaan saja dimuka pengadilan tanggal 24 Februari 1955 telah saja katakan "bahwa diantara orang2 jang karena tidak mengertinja telah ikut dalam pengedjaran 'terhadap kaum Komunis', tidak sedikit sekarang sudah tidak mempunjai purbasangka lagi terhadap PKI dan sudah berdjandji pada diri sendiri untuk tidak lagi mendjadi alat perang-saudara dari kaum imperialis dan kakitangannja". Alat2 negara sipil maupun militer sudah mengerti bahwa dalam Peristiwa Madiun mereka telah disuruh memerangi saudara2 dan teman2nja sendiri.

Sudah mendjadi rahasia umum, bahwa dalam pemiiihan umum untuk Parlemen maupun untuk Konstituante lebih 80% daripada anggota2 Angkatan Perang memberikan suaranja kepada partai2 demokratis, dan 30% daripada suara jang diberikan anggota Angkatan Perang adalah diberikan kepada PKI. PSI dan Masjumi hanja mendapat kurang dari 20%, djadi kurang dari suara jang didapat oleh PKI sendiri atau PNI sendiri. PSI jang mempunjai pengaruh disedjumlah opsir tinggi adalah partai kelima didalam Angkatan Perang, sedangkan Masjumi, karena politik pro Dl-nja, adalah partai keenam. Dengan ini, saja hanja hendak memibuktikan bahwa memukul PKI dengan menjembar-njemburkan Peristiwa Madiun adalah tidak merugikan PKI, malahan memberi alasan pada kami untuk berbitjara dan mendjelas-djelaskan tentang Peristiwa Madiun.

Apalagi sekarang, sesudah terdjadi pemberontakan kolonel Simbolon di Sumatera Utara dan pemberontakan "Dewan Banteng" di Sumatera Barat, menggunakan Peristiwa Madiun untuk memukul PKI adalah seperti menepuk air didulang, bukan muka PKI jang kena, tetapi muka Masjumi dan PSI sendiri jang sekarang membela pemberontak2 di Sumatera itu dengan mati2an.



Hatta Bertanggungdjawab Atas Pentjulikan, Pembunuhan Dan Perang-Saudara Tahun 1948

Mari, dalam menilai kebidjaksanaan pemerintah Ali-Idham sekarang, kita perbandingkan antara kebidjaksanaan pemerintah Hatta tahun 1948 mengenai Peristiwa Madiun dengan kebidjaksanaan pemerintah Ali-ldham sekarang. Dari hasil penilaian ini saja akan rnenentukan sikap saia terhadap kebidjaksanaan pemerintah sekarang.

Peristiwa Madiun didahului oleh kedjadian2 di Solo, mula2 dengan pembunuhan atas diri kolonel Sutarto, Komandan TNI Divisi IV, dan kemudian pada permulaan September 1948 dengan pentjulikan dan pembunuhan terhadap 5 orang perwira TNI, jaitu major Esmara Sugeng, kapten Sutarto, kapten Sapardi, kapten Suradi dan letnan Muljono. Djuga ditjulik 2 orang anggota PKI, Slamet Widja,ja dan Pardijo. Kenjataan bahwa saudara jang ditjulik ini pada tgl 24 September dimasukkan kedalam kamp resmi di Danuredjan, Djokdjakarta, membuktikan bahwa pemerntah Hatta langsung tjampurtangan dalam soal pentjulikan2 dan pembunuhan2 diatas. Ini tidak bisa diragukan lagi !

Dalam pidatonja tgl. 19 September 1948 Presiden Sukarno mengatakan bahwa Peristiwa Solo dan Peristiwa Madiun tidak berdiri sendiri. Ini sepenuhnja benar ! Sesudah pentjulikan2 dan pembunuhan2 di Solo jang diatur dari Djokja, keadaan di Madiun mendjadi sangat tegang sehingga terdjadilah pertempuran antara pasukan2 dalam Angkatan Darat jang pro dan jang anti pentjulikan2 serta pembunuhan2 di Solo, jaitu pertempuran pada tgl. 18 September 1948 malam. Dalam keadaan katjaubalau demikian ini Residen Kepala Daerah tidak ada di Madiun, Wakil Residen tidak mengambil tindakan apa2 sedangkan Walikota sedang sakit. Untuk mengatasi keadaan ini maka Front Demokrasi Rakjat, dimana PKI termasuk didalamnja, mendesak supaja Kawan Supardi, Wakil Walikota Madiun bertindak untuk sementara sebagai pendjabat Residen selama Residen Madiun belum kembali. Wakil Walikota Supardi berani mengambil tanggungdjawab ini. Pongangkatan Kawan Supardi sebagai Residen sementara ternjata djuga disetudjui oleh pembesar2 militer dan pembesar2 Sipil lainnja. Tindakan ini segera dilaporkan kepemerintah pusat dan dimintakan instruksi dari pemerintah pusat tentang apa jang harus dikerdjakan selandjutnja.

Nah, tindakan inilah, tindakan mengangkat Wakil Walikota mendjadi Residen sementara inilah jang dinamakan oleh pemerintah Hatta tindakan "merobohkan pemerintah Republik Indonesia", tindakan "mengadakan kudeta" dan tindakan "mendirikan pemerintah Sovjet".

Kalau dengan mengangkat seorang Wakil Walikota mendjadi Residen sementara bisa dinamakan merobohkan pemerintah Republik Indonesia, bisa dinamakan kudeta dan bisa dinamakan mendirikan pemerintah Sovjet, nama apakah lagi jang bisa diberikan kepada tindakan komplotan Simbolon dan "Dewan Banteng" di Sumatera? Selain daripada itu, djika memang demikian halnja, alangkah mudahnja merobohkan pemerintah Republik Indonesia, alangkah mudahnja mengadakan kudeta dan alangkah mudahnja mendirikan pemerintah Sovjet ! Djika memang demikian mudahnja, saja kira sekarang sudah tidak ada lagi Republik kita, karena nafsu merobohkan Republik sekarang, begitu di-kobar2kan dan begitu besarnja disementara golongan, terutama dikalangan sebuah partai ketjil jang kalah dalam pemilihan umum jang lalu. Tetapi saja kira, merobohkan Republik Indonesia tidaklah begitu mudah sebagaimana sudah dibuktikan oleh kegagalan Simbolon dan oleh makin merosotnja pamor "Dewan Banteng", disamping Republik Indonesia tetap berdiri tegak. Apalagi mendirikan pemerintah Sovjet, tidaklah semudah mengangkat seorang Wakil Walikota mendjadi Residen sementara. Rakjat Tiongkok dan Tentara Pembebasan Rakiat Tiongkok jang sudah berdjuang mati2an selama ber-puluh2 tahun dibawah pimpinan Partai Komunis Tiongkok hingga sekarang belum sampai ketaraf mendirikan pemerintah Sovjet, artinja pemerintah sosialis di Tiongkok. Djadi, alangkah bebalnja, atau alangkah mentjari2nja orang2 jang menuduh PKI merobohkan Republik dan mendirikan pemerintah Sovjet di Madiun dengan mengangkat Wakil Walikota Supardi mendjadi Residen sementara.

Berdasarkan kedjadian pengangkatan Wakil Walikota Supardi mendjadi Residen sementara dan atas tanggungdjawab sepenuhnja dari pemerintah Hatta, maka pada tanggal 19 September 1948 oleh Presiden Sukarno dadakan pidato jang berisi seruan kepada seluruh Rakjat ber-sama2 membasmi "kaum pengatjau", maksudnja membasmi kaum Komunis dan kaum progresif lainnja setjara djasmaniah. Saja katakan sepenuhnja tanggungdjawab pemerintah Hatta, karena Hattalah jang mendjadi Perdana Menteri ketika itu. Tapi karena Hatta tahu bahwa pengaruhnja sangat ketjil dikalangan Angkatan Perang dan alat2 negara lainnja, apalagi dikalangan masjarakat, maka Hatta menggunakan mulut Sukarno dan rnemindjam kewibawaan Sukarno untuk membasmi Amir Sjarifuddin dan be-ribu2 putera Indonesia asal suku Djawa. Ini, sekali lagi, kalau kita rnau berbitjara dalam istilah kesukuan jang sekarang banjak dilakukan oleh pembela2 kaum pemberontak di Sumatera, sesuatu jang sedapat niungkin ingin kami hindari.

Demikianlah, "kebidjaksanaan" Hatta sebagai Perdana Menteri dalam menghadapi persoalan-persoalan masjarakat dan persoalan politik jang kongkrit. Karena kepitjikannja dari kesornbongannja sebagai burdjuis Minang jang ingin melondjak tjepat sampai keangkasa, karena kehausannja akan kekuasaan, karena kepalabatunja, karena ketakutannja jang keterlaluan kepada Komunisme, maka Hatta sebagai Perdana Menteri dengan setjara gegabah mengerahkan alat2 kekuasaan negara untuk mentjulik, membunuh dan mengobarkan perangsaudara. Orang sering salah kira dengan menjamakan sifat kepalabatu Hatta dengan "kemauan keras" atau sikap jang "konsekwen". Tetapi saja jang djuga mengenal Hatta dari dekat berpendapat, bahwa sifat kepalabatu Hatta adalah disebabkan karena sempit pikirannja, dan karena sempit pikirannja ia tidak bisa bertukar fikiran setjara sehat, tidak pandai bermusjawarah dan tahunja hanja main "ngotot", "mutung", "basmi" dan "tangan besi". Dan apa akibatnja permainan "basmi" dan "tangan besi" Hatta ? Be-ribu2 pemuda dan Rakjat dari kedua belah fihak jang berperang mati karenanja. Seluruh Rakjat sudah mengetahui dari pengalamannja sendiri bahwa semua ini dilakukan hanja untuk melapangkan djalan bagi Hatta buat pelaksanaan Konferensi Medja Bundar dengan Belanda jang langsung diawasi oleh Amerika Serikat, untuk membikin perdjandjian KMB jang chianat dan jang sudah kita batalkan itu.

Sifat gegabah dari tindakan Hatta lebih nampak lagi ketika ia meminta kekuasaan penuh dari BPKNIP, dimana didalam pidatonja dinjatakan bahwa "Tersiar pula berita -- entah benar entah tidak -- bahwa Musso akan mendjadi Presiden Republik rampasan itu dan Mr. Amir Sjarifuddin Perdana Menteri". Lihatlah betapa tidak bertanggungdjawabnja tindakan Hatta. la bertindak atas dasar berita jang sifatnja "entah benar entah tidak" bahwa sesuatu "akan" terdjadi. Ja, Hatta bertindak atas berita jang masih diragukan tentang akan terdjadinja sesuatu. Tetapi, adalah tidak diragukan lagi bahwa tindakan Hatta sudah berakibat dibunuhnja ribuan orang jang tidak berdosa tanpa proses.



Hatta lngin Berkuasa Sewenang-wenang Lagi

Berdasarkan pengalaman dengan Peristiwa Madiun, dimana Hatta menelandjangi dirinja sebagai manusia jang tidak berperikemanusiaan, maka saja seudjung rambutpun tidak ragu bahwa Hatta, seperti belum lama berselang dimuat dalam koran2 pemah mengutjapkan kepada Firdaus A. N., hanja bersedia berkuasa djika tidak bisa didjatuhan oleh Parlemen. Kalau mau tahu tentang Hatta, inilah dia ! lnilah politiknja, inilah moralnja, inilah segala-galanja! Jaitu, seorang jang mau berkuasa setjara se-wenang2.

Hatta samasekali tidak menghargai djerihpajah Rakjat jang kepanasan dan kehudjanan antri untuk memberikan suaranja untuk Parlemen kita sekarang. Lebih daripada itu, ia djuga tidak menghargai suaranja sendiri jang diberikannja ketika memilih Parlemen ini. Orang jang tidak menghargai orang lain sering kita temukan didunia ini. Tetapi orang jang tidak menghargai suaranja sendiri, ini keterlaluan.

Hatta ingin berkuasa kembali tanpa bisa didjatuhkan oleh Parlemen, ia mengimpikan masa keemasannja ditahun 1948. Kali ini jang mau didjadikannja mangsa bukan hanja putera2 Indonesia asal suku Djawa dan Batak, tetapi djuga putera2 suku lain, termasuk putera2 suku Minangkabau, karena PKI sekarang sudah tersebar diseluruh Indonesia dan disemua suku. Tetapi, sebelum Hatta sampai kesitu, perlu saja peringatkan bahwa dalam tahun 1948 ia hanja berhadapan dengan 10.000 Komunis jang hanja tersebar setjara sangat tidak merata dipulau Djawa dan Sumatera, karena PKI ketika itu dilarang berdiri didaerah pendudukan Belanda. Tetapi sekarang, Hatta harus berhadapan dengan lebih satu djuta Komunis jang tersebar disemua pulau dan disemua suku. Saja perlu menjatakan ini, hanja untuk menerangkan betapa besar akibatnja kalau Hatta bermain "tangan besi" lagi. Dan .... besipun bisa patah !

Saja jakin, bahwa tiap2 orang jang mempunjai peran tanggungdjawab tidak ingin terulang kembali tragedi nasional seperti Peristiwa Madiun itu. Dari fihak Partai Komunis Indonesia, seperti sudah berulang-ulang kami njatakan, dan sudah mendjadi peladjaran didalam Sekolah2 Kursus2 Partai kami, kami ingin dan kami jakin bisa mentjapai tudjuan2 politik kami setjara parlementer. Kami akan menghindari tiap2 perang-saudara selama kepada kami didjamin hak2 politik untuk memperdjuangkan tjita2 kami. Tetapi, kalau kepada kami disodorkan bajonet dan didesingkan peluru seperti dalam peristiwa Madiun, djuga seperti selama peristiwa itu, kami tidak akan memberikan dada kami untuk ditembus bajonet dan ditembus peluru kaum kontra-revolusioner.

Kami kaum Komunis tidak ingin menggangu siapa2 selama kami tidak diganggu. Kami ingin bersahabat dengan semua orang, semua golongan dan semua partai jang mau bersahabat dan bekerdiasama dengan kami untuk haridepan jang lebih baik bagi tanahair dan Rakjat Indonesia. Walaupun dihadapan kantor pusat Masjumi di Kramat Raja 45, Djakarta, terpantjang dengan djelas papan "Front Anti-Komunis", djadi anti kami, anti saja dan anti kawan2 saja, tetapi kami kaum Komunis tidak akan ikut gila untuk djuga memantjangkan papan "Front Anti-Masjumi"', apalagi "Front Anti-lslam". Kami tidak akan membiarkan diri kami terprovokasi oleh pemimpin Masjumi ini. Saja pribadi tidak mau diprovokasi oleh kenalan lama saja, Sdr. Mohamad Isa Anshari, pemimpin akbar "Front Anti-Komunis".

Ber-angsur2 Rakjat Indonesia berdasarkan pengalamannja sendiri mendjadi makin jakin bahwa bukanlah kaum Komunis jang anti-agama, tetapi sebaliknja, sedjumlah pemimpin partai2 agamalah jang anti-Komunis dan menghasut anggota2nja supaja anti-Komunis.

Rakjat Indonesa sudah mengetahui bahwa dalam soal pemerintahan kami menginginkan terbentuknja pemerintah persatuan nasional dimana didalamnja duduk 4-Besar, djadi termasuk PKI dan Masjumi, ber-sama2 dengan partai2 lain. Ini akan kami perdjuangkan terus walaupun sampai ini hari saja kira Masjumi belum mau, karena masih mengikuti apa jang dikatakan oleh pemimpin Masjumi Sdr. Moh. Natsir dalam muktamar Masjumi di Bandung bulan Desember 1956. Dalam muktamar tsb. Sdr. Moh. Natsir mengatakan antara lain bahwa pimpinan partai Masjumi "meletakkan strateginja menghadapi pembentukan kabinet kepada dua pokok pikiran jaitu (a) Memulihkan kerdjasama antara partai2 Islam (b) Menggabungkan tenaga2 non-Komunis dalam kabinet, Parlemen dan masjarakat serta mengisolir PKI atau para crypto-Koi-ntinis dari kabinet". (Halaman 22 "Laporan Beleid Politik Pimpinan Partai Masjumi"). Tjobalah renungkan, bukan persatuan nasional jang mereka adjarkan dan amalkan, tetapi perpetjahan nasional. Mengisolasi PKI adalah identik dengan mengisolasi berdjuta-djuta Rakjat Indonesia. Bagaimana persatuan nasional akan bisa tertjapai dengan sikap jang a-priori sematjam ini. Sikap sematjam ini hanja mempertegas keadaan politik dinegeri kita, dan jang untung bukan bangsa Indonesia, tetapi kaum imperialis asing, jang memang menginginkan peruntjingan keadaan dan perpetjahan didalam tubuh bangsa kita.

Djadi, kapankah semua pemuka bangsa kita akan beladjar dari pengalaman Peristiwa Madiun jang tragis itu, supaja tidak lagi mengulangi kesalahan tindakan dan kebidjaksanaan agar persatuan bangsa kita terpelihara baik, supaja kita tidak gegabah dalam mengambil tindakan2, apalagi tindakan2 jang bisa berakibat luas ? Saja berusaha dan terus akan berusaha untuk menarik peladjaran sebanjak-banjaknja dari pengalaman sedjarah itu.



Kabinet Ali-ldham Ber-puluh2 Kali Lebih Bidjaksana Daripada Kabinet Hatta

Dibanding dengan kebidjaksanaan pemerintah Hatta dalam menghadapi kedjadian di Madiun dalam bulan September 1948, kabinet Ali-ldham sekarang ber-puluh2 kali lebih bidjaksana. Padahal kalau melihat kedjadiannja, pengangkatan seorang Wakil Walikota mendjadi Residen sementara karena dipaksa oleh keadaan, belumlah apa2 kalau dibanding dengan pengoperan pimpinan pemerintah daerah Sumatera Tengah oleh orang2 "Dewan Banteng", jang terang-terangan direntjanakan terlebih dulu dalam reunie ex-divisi Banteng bulan November 1956, dan jang terang2an sudah pernah menolak dan menghina perutusan pemerintah pusat jang datang untuk berunding. Apalagi kalau dibanding dengan perbuatan komplotan kolonel Simbolon pada tanggal 22 Desember 1956, jang terang2an menjatakan tidak lagi mengakui pemerintah jang sah sekarang. Apalagi, kalau kita ingat bahwa maksud jang sesungguhnja dari semua tindakan itu jalah untuk memisahkan Sumatera dan Kalimantan dari Pemerintah Pusat, mendirikan negara Sumatera dan Kalimantan serta mengadakan hubungan luarnegeri sendiri. Apalagi kalau diingat bahwa ada maksud2 untuk menjerahkan pulau We di Utara Sumatera kepada negara besar tertentu untuk didjadikan pangkalan-perang. Apalagi kalau diigat bahwa semua rentjana itu sesuai sepenuhnja dengan apa jang direntjanakan oleh Pentagon dan State Department Amerika Serikat, oleh "djendral2" DI-Tll dan aparat2 serta kakitangan2 Amerika lainnja jang ada di Indonesia. Djika diingat semuanja ini, maka pengangkatan Wakil Walikota Supardi mendjadi Residen sementara Madiun adalah hanja "kinderspel" (permainan kanak2).

Tetapi penamaan apa jang diberikan oleh Hatta kepada kedjadian2 di Madiun bulan September 1948 dan penamaan apa pula jang, diberikan orang kepada perbuatan-perbuatan kaum pemberontak di Sumatera pada bulan Desember 1956 ? Peristiwa Madiun dinamakan "merobohkan Republik Indonesia", dinamakan "kudeta", tetapi pemberontakan di Sumatera jang sepenuhnja dan setjara terang2an disokong oleh kaum imperialis asing, terutama kaum imperialis Amerika dan Belanda, mereka namakan "tindakan konstruktif" demi "kepentingan daerah". Saja bertanja : Konstruktif untuk siapa ? Untuk kepentingan daerah mana ? Memang konstruktif sekali tindakan kaum pemberontak di Sumatera, konstruktif dalam rangka membangun pangkalan-pangkalan perang SEATO ! Memang untuk kepentingan daerah, kepentingan perluasan daerah SEATO ! Djadi, samasekali tidak konstruktif untuk Rakjat Indonesia dan samasekali bukan untuk kepentingan daerah Indonesia !

Demikianlah, apa sebabnja saja katakan bahwa mengemukakan Peristiwa Madiun dalam keadaan sekarang untuk memukul PKI adalah seperti menepuk air didulang. Bukannja PKI jang ketjipratan, tetapi djustru si-penepuk air jang sial itu. Mengemukakan soal Peristiwa Madiun dalam menghadapi Peristiwa Sumatera sekarang berarti memberi alasan jang kuat untuk mengkonfrontasikan kebidjaksanaan jang memang bidjaksana dari kabinet Ali-ldham sekarang dengan kebidjaksanaan jang tidak bidjaksana dari Kabinet Hatta dalam tahun 1948. Djika sudah dikonfrontasikan, maka akan merasa berdosalah orang2 jang ber-teriak2 ingin melihat naiknja Hatta kembali, ketjuali kalau orang2 itu memang ingin melihat Hatta sekali lagi mempermainkan njawa umat Indonesia sebagai mempermainkan njawa anak ajam.

Kebidjaksanaan kabinet Ali-ldham dalam menghadapi Peristiwa Sumatera sekarang tidak disebabkan terutama karena Ali Sastroamidjojo seorang Indonesia dari suku Djawa jang toleran, tidak, tetapi karena pimpinan kabinet sekarang terdiri dari orang2 jang mempunjai perasaan tanggungdjawab jang besar. Sukurlah, bahwa ketika terdjadi Peristiwa Sumatera Hatta tidak memegang fungsi dalam pimpinan negara, walaupun saja tidak ragu adanja sangkutpaut Hatta dengan kedjadian2 itu. Kalau Hatta memegang fungsi penting, apalagi kalau Hatta memegang tampuk pemerintahan, entah berapa banjak lagi korban jang dibikinnja.

Dalam usaha menjelesaikan Peristiwa Sumatera ada orang2 jang ingin supaja soal kolonel Simbolon "diselesaikan setjara adat", supaja soal "Dewan Banteng" diselesaikan "setjara musjawarat", setjara "potong kerbau" dan dengan "menggunakan pepatah dan petitih". Pendeknja, adat, kerbau serta pepatah dan petitih mau dimobilisasi untuk menjelesaikan soal kolonel Simbolon dan soal "Dewan Banteng". Sampai2 orang2, jang tidak beradat djuga berbitjara tentang "penjelesaian setjara adat".

Tetapi, orang-orang ini pada bungkam semua ketika Amir Sjarifuddin dengan tanpa proses ditembus oleh peluru atas perintah Hatta. Ketika Amir Sjarifuddin masih ditahan dipendjara Djokja sebelum dibawa ke Solo dan digiring kedesa Ngalian untuk ditembak, tidak ada seorang Batak atau siapapun jang tampil kedepan, dan mengatakan: "Mari soal Amir Sjarifuddin kita selesaikan setjara adat tanah Batak", atau "Mari soal Amir Sjarifuddin kita selesaikan setjara Kristen".

Saja hanja ingin bertanja: Apakah Amir Sjarifuddin jang bermarga Harahap itu kurang Bataknja daripada kolonel Simbolon sehingga adat Batak mendjadi tidak berlaku bagi dirinja? Saja kira Amir Sjarifuddin tidak kalah Bataknja daripada orang Batak jang mana djuapun, malahan ia tidak kalah Keristennja daripada kebanjakan orang Keristen. Amir Sjarifuddin meninggal sesudah ia menjanjikan lagu Internasionale, lagu Partainja, lagu kesajangannja, dan ia meninggal dengan Kitab Indjil ditangannja. Amir Sjarifuddin adalah putera Batak jang baik, jang patriotik, dan karena itu djuga ia adalah seorang putera Indonesia jang baik. Djadi tidak sepantasnja adat tanah Batak tidak berlaku baginja.

Bagaimana pula halnja ribuan orang Djawa jang didrel tanpa proses atas perintah Hatta itu ? Apakah suku Djawa jang menderita dari abad keabad tidak mengenal musjawarat dan tidak mengenal pepatah dan petitih sehingga ketika dilantjarkan kampanje pembunuhan terhadap orang2 Djawa selama Peristiwa Madiun tidak ada orang Djawa jang beradat dan tidak ada tjerdik-pandai Djawa jang tampil kedepan untuk menjelesaikan persoalan ketika itu setjara rembugan (musjawarat), setjara adat, .dan dengan berbitjara menggunakan banjak paribasan (peribahasa), dengan potong sapi, potong kerbau, dan dengan mbeleh wedus (potong kambing) ? Ataukah karena pulau Djawa sudah kepadatan penduduk maka pembunuhan atas orang2 Djawa oleh tangan besi burdjuis Minang Mohammad Hatta boleh dibiarkan ? PKI tampil kedepan untuk kepentingan, "de zwijgende Javanen" ("Orang2 Djawa Jang Berdiam Diri") ini, baik mereka Komunis ataupun bukan-Komunis. Ja, djika soal ini dibawa kepengadilan, PKI djuga akan berbitjara atasnama pradjurit2, bintara2 dan perwira2 dari suku Djawa jang mati karena melakukan tugas "membasmi Komunis" jang diperintahkan oleh Hatta. Pradjurit2, bintara2 dan perwira2 jang mati dalam pertempuran melawan Komunis ketika itu adalah tidak bersalah, sama tidak bersalahnja dengan Komunis2 jang mereka tembak. Mereka semuanja adalah korban permainan politik 'perang-saudara Hatta. Tidak hanja kami, sebagai pewaris2 dari pahlawan2 Komunis dalam Peristiwa Madiun, tetapi djuga keluarga para pradjurit, bintara dan perwira TNI jang disuruh "membasmi Komunis" berhak untuk mendakwa Hatta sebagai pembunuh sanak-saudara mereka, djika soal ini dibawa kepengadilan.

Mari sekarang kita lihat bagairnana sikap pemerintah Hatta terhadap perwira jang belum tentu bersalah dalam Peristiwa Madiun, dan bagaimana sikap pemerintah Ali-ldham sekarang terhadap opsir2 jang sudah terang bersalah dalarn pemberontakan2 di Sumatera.

Pemerintah Hatta dengan tanpa memeriksa lebih dulu kesalahan mereka terus sadja memetjat perwira2, antara lain jang masih hidup sekarang bekas Djenderal Major Ir. Sakirman, bekas Letnan Kolonel Martono, bekas Major Pramudji, dan banjak lagi. Padahal perwira2 ini belum pernah dipanggil untuk menghadap, apalagi diperiksa; djadi samasekali tidak ada dasar untuk memetjat mereka. Para perwira jang belum tentu bersalah tidak hanja dipetjat, tetapi banjak djuga jang disiksa diluar perikemanusiaan dan dibunuh tanpa dibuktikan kesalahannja terlebih dahulu.

Sekedar untuk mengetahui bagaimana penibunuhan2 kedjam oleh alat-alat resmi ketika itu, bersama ini, saja lampirkan 3 buah turunan laporan resmi dan pengakuan resmi tentang pembunuhan terhadap diri Sidik Aslan dkk. dan terhadap letnan kolonel Dachlan dan major Mustoffa. Untuk menghemat waktu tidak saja batjakan lampiran-Iampiran ini. Lampiran2 ini, saja sampaikan lepas dari penilaian siapa dan bagaimana major Sabarudin, pembuat pengakuan2 tsb. Jang sudah terang major Sabarudin bukan simpatisan PKI, apalagi anggota PKI.

Kekedjaman pemerintah Hatta selama Peristiwa Madiun adalah ber-puluh2 kali lebih kedjam daripada pemerintah kolonial Belanda ketika menghadapi pemberontakan Rakjat tahun 1926. Pemerintah kolonial Belanda masih memakai alasan2 hukum untuk membunuh, memendjarakan dan mengasingkan kaum pemberontak, tetapi Hatta sepenuhnja mempraktekkan hukum rimba. Semuanja ini mengingatkan saja kembali pada tulisan Hatta jang berkepala "14 Djuli", dimuat dalam harian "Pemandangan" pada 14 Djuli 1941 dimana antara lain ia menulis tentang Petain, seorang Perantjis boneka Hitler, sebagai "seorang serdadu jang berhati lurus dan djudjur". Hanja serigala mengagumi serigala, hanja fasis mengagumi fasis !

Bandingkanlah sikap pemerintah Hatta terhadap kedjadian di Madiun dengan sikap pemerintah sekarang terhadap kolonel Siinbolon jang sudah terang bersalah karena merebut kekuasaan disebagian wilajah Republik Indonesia, jang sudah terang melanggar disiplin militer atau jang oleh Presiden Sukarno/Panglima Tertinggi dalam amanatnja tanggal 25 Desember 1956 dirumuskan telah berbuat jang "menggontjangkan sendi2 ketentaraan dan kenegaraan kita, dan jang membahajakan keutuhan tentara dan negara kita pula". Kolonel Simbolon hanja diberhentikan sementara sebagai Panglima Tentara dan Teritorium I. Sedangkan terhadap pemimpin2 pemberontakan militer di Sumatera Tengah sampai sekarang belum diambil tindakan apa2.

Tentu ada orang2 jang mengatakan: ja, karena Panglima Tertinggi, Pemerintah dan Gabungan Kepala Staf Angkatan Perang sekarang tidak mempunjai kewibawaan, maka mereka tidak menghukum perwira2 tersebut seperti Hatta dulu menghukum perwira2 jang disangka tersangkut dalam Peristiwa Madiun.

Istilah "wibawa" pada waktu belakangan ini banjak dipergunakan orang dengan masing2 mempunjai interpretasinja sendiri2. Kalau dengan istilah "wibawa" jang dimaksudkan jalah kemampuan pemerintah untuk bertindak, maka terang bahwa pemerintah sekarang sanggup bertindak, sanggup memerintah, artinja mempunjai kewibawaan. Apakah bukan tanda wibawa dari pemerintah sekarang dengan dapatnja digulingkan keradjaan sehari komplotan kolonel Simbolon dalam waktu jang sangat singkat ?

Tanggal 22 Desember 1956 pemerintah memutuskan dan mengumumkan pemberhentian sementara kolonel Simbolon sebagai Panglima TT I dan menjerahkan tanggungdjawab TT I kepada letnan-kolonel Djamin Gintings atau letnan-kolonel A. Wahab Macmour. Dalam waktu hanja empat hari, jaitu pada tanggal 27 Desember 1956 komplotan kolonel Simbolon sudah dapat diturunkan dari keradjaan seharinja. Ini artinja bahwa seruan pemerintah dipatuhi, ini artinja pemerintah mempunjai kewibawaan.

Tentu ada orang2 jang berkata lagi: ja, tetapi itu mengenai Sumatera Utara. Mengenai Sumatera Tengah pemerintah tidak mempunjai kewibawaan. Mengenai ini saja djawab sbb. : Tiap2 orang jang tahu imbangan kekuatan didalam negeri tidak sukar memahamkan, bahwa kalau pemerintah pusat sekarang mau bertindak, apalagi kalau mau bertindak serampangan seperti Hatta, maka dengan pengerahan serentak seluruh kekuatan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, dengan dibantu oleh massa Rakjat, maka keradjaan "Dewan Banteng" djuga hanja akan merupakan keradjaan sehari.

Soalnja bukanlah hanja menundjukkan kemampuan menggunakan kekuatan seperti jang pernah dilakukan oleh Hatta, tetapi djuga kebidjaksanaan. Pada pokoknja kami setudju bahwa pemerintah sekarang mengkombinasi kekuatan riilnja dengan kebidjaksanaan. Sikap ini merupakan dasar jang kuat bagi pemerintah, djika pada satu waktu pemerintah harus bertindak keras, karena djalan perundingan sudah tidak mempan lagi.

Walaupun kami kaum Komunis pernah diperlakukan setjara kedjam oleh pemerintah Hatta selama Peristiwa Madiun, tetapi kami tidak menjetudjui djika pemerintah sekarang mentjontoh perbuatan Hatta jang gegabah dan tidak bertanggungdjawab itu. Kita semua mengetahui bahwa politik "tangan besi" Hatta sepenuhnja menguntungkan kepentingan kaum imperialis asing. Ja, walaupuin banjak perwira penganut tjita-tjita PKI jang dibasmi setjara djasmaniah dalam Peristiwa Madiun, tetapi kami tidak menuntut supaja kolonel Simbolon, letnankolonel Abmad Husein dll. dibasmi setjara djasmaniah. Apalagi kami tahu bahwa banjak opsir2 jang tersangkut dalam pemberontakan2 di Sumatera adalah karena hasutan-hasutan sebuah partai ketjil jang keok dalam pemilihan umun, jl. Kami tidak menghendaki penumpahan darah jang disebabkan oleh kehampaan kebidjaksanaan.



Djadi apakah jang kami inginkan ?

Kami hanja ingin, supaja disiplin militer berdjalan sebagaimana mestinja, supaja hierarchie ketentaraan ditaati dengan patuh, supaja Angkatan Perang tetap setia kepada tjita2 Revolusi Agustus 1945, karena hanja dengan demikian kita dapat membangun Angkatan Perang jang mampu membantu menjelesaikan semua tuntutan Revolusi Agustus 1945. Hanja dengan penegakan tatatertib hukum dalam ketentaraan jang berdjiwa Revolusi Agustus 1945 Angkatan Perang kita akan setia kepada sumbernja, jaitu Revolusi dan Rakjat.

Sebagaimana sudah saja katakan diatas, ada sementara orang berteriak supaja diadakan penjelesaian "setjara adat", "dengan potong kerbau" dan "dengan menggunakan pepatah dan petitih". Tetapi, djika kita tidak waspada, apakah jang tersembunji dibelakang kata2 ini semuanja? Tidak lain jalah untuk mentjairkan disiplin dalam Angkatan Perang kita, untuk mengatjau-balaukan hierarchie dan tatatertib hukum didalam ketentaraan kita. Saja tidak berkeberatan djika djuga ditempuh djalan setjara adat, kerbau2 dipotongi dan segala matjam pepatah dan petitih nenekmojang digali dan dipakai, karena semuanja ini memang warisan dan milik kita sendiri. Tetapi djangan lupa, bahwa semuanja ini hanialah faktor tambahan. Jang primer bagi orang2 militer jalah tatatertib hukum didalam ketentaraan. Kalau tidak demikian lebih baik perwira2 jang bersangkutan menanggalkan epoletnja dan kembali kekampung untuk duduk dalam lembaga2 adat dikampung. Disanalah barangkali mereka akan menemukan ketenteraman djiwanja.

Sesudah mengkonfrontasikan Peristiwa Madiun 1948 dengan Peristiwa Sumatera 1956, maka sampailah saja pada kesimpulan, bahwa peinerintah Ali-ldham sekarang berpuluh-puluh kali lebih bidjaksana daripada pemerintah Hatta ketika menghadapi kedjadian2 di Madiun dalam bulan September 1948. Ini dilihat dari sudut kebidjaksanaan. Dilihat dari sudut kewibawaan pemerintah Ali-Idham mempunjai kewibawaan, dibuktikan oleh ketaatan alat2nja pada umumnja. Jang tidak mentaati pemerintah sekarang hanja minoritet iang sangat ketjil jang sudah diratjuni oleh sebuah partai ketjil dan oknum2 liar jang tidak melihat haridepannja dalam demokrasi, tetapi dalam sesuatu kekuasaan militeris-fasis. Adalah djanggal dan tidak bertanggungdjawab djika pemerintah Ali-Idham menjerah kepada ambisi partai ketjil dan oknum2 liar ini.

Selandjutnja dapat pula ditarik kesimpulan, bahwa adalah perbuatan jang tidak bertanggungdjawab untuk memberi kans sekali lagi kepada Mohamad Hatta, bapak perang-saudara, seorang jang karena haus kekuasaan dan pendek akal telah menewaskan be-ribu2 Rakjat dan pemuda baik orang2 sipil maupun orang2 militer kita jang baik2.



Dwitunggal Tidak Pernah Ada

Sementara orang tentu akan bertanja: Tetapi bagaimana dengan "dwitunggal"? Per-tama2 perlu saja njatakan bahwa dwitunggal tidak pernah ada, bahwa dwitunggal hanja ada dalam dunia impian orang2 jang tidak mengerti seluk-beluk sedjarah perdjuangan kemerdekaan dan sedjarah pentjetusan Revolusi Agustus 1945.

Kalau orang mau tenang dan mau meng-ingat2 kembali pada pertentangan pendapat jang sengit antara Sukarno dengan "Partai Indonesia" (Partindo) disatu fihak dan Hatta-Sjahrir dengan apa jang dinamakan "Pendidikan Nasional Indonesia" difihak lain, maka orang akan sependapat bahwa dwitunggal jang sungguh2 memang tidak pernah ada. Untuk pertama kali, pada kesempatan ini ingin saja njatakan, bahwa saja sudah lama merasa ikut berdosa karena sudah ambil bagian aktif dalam gerakan memaksa Hatta menandatangani Proklamasi 17 Agustus 1945. Hatta sudah sedjak semula setjara ngotot menentang pentjetusan Revolusi Agustus. la menggantungkan kemerdekaan Indonesia sepenuhnja pada rachmat Saikoo Sikikan (Panglima Tertinggi Tentara Djepang di Indonesia) jang tidak kundjung tiba itu.

Saja merasa lebih2 ikut berdosa lagi ketika membatja pidato Hatta waktu menerima gelar Dr. HC dari Universitas "Gadjah Mada" dimana dengan tegas dikatakannja bahwa revolusi harus dibendung. Kalau saja tidak salah Universitas "Gadjah Mada" sudah tiga kali memberikan gelar kehormatan, pertama kepada Presiden Sukarno, kedua kepada Hatta dan ketiga kepada Ki Hadjar Dewantara. Pemberian jang pertama dan ketiga, menurut pendapat saja, adalah tepat, karena Universitas "Gadjah Mada" jang dilahirkan oleh revolusi memberikan gelar kehormatan kepada orang2 revolusioner, pengabdi2 revolusi. Tetapi pemberian jang kedua, jaitu pada Hatta, maaf, adalah satu kekeliruan jang mungkln tidak disengadja. Betapa tidak keliru, sebuah universitas jang dilahirkan oleh revolusi memberikan gelar kehormatan kepada seorang jang ingin membendung revolusi, kepada seorang kontra-revolusioner.

Dwitunggal jang terdiri dari seorang revolusioner dan jang seorang lagi kontra-revolusioner samasekali bukan dwitunggal. Oleh karena itulah saja katakan, dwitunggal tidak pernah ada, ketjuali didalam dongengan dan impian. Dongengan tentang dwitunggal inilah jang antara lain telah membikin revolusi kita mendjadi matjet, karena dwitunggal jang di-bikin2 itu, jang heterogeen itu, telah membikin kita terdjepit diantara dua kutub, kutub revolusi dan kutub kontra-revolusi. Selama lebih sebelas tahun Rakjat Indonesia sudah ditipu dengan apa jang dinamakan dwitunggal.

Revolusi kita berdjalan terus, semua kekuatan revolusioner harus dipersatukan dan dimobilisasi untuk mengalahkan kekuatan2 kontra-revolusioner.

Demikianlah, penilaian saja mengenai kebidjaksanaan pemerintah sekarang, sesudah saja mengkonfrontasikan kebidjaksanaan pemerintah sekarang dengan kebidjaksanaan pemerintah Hatta ditahun 1948. Saja dipaksa untuk memberikan penilaian setjara ini, karena ada salahseorang anggota Parlemen kita jang dalam pemandangan umumnja membawa-bawa Peristiwa Madiun.







Dan mencoba melakukan pendefinisian posisi PKI dalam gerakan buruh melalui:




KEWADJIBAN FRONT PERSATUAN BURUH

Resolusi Central Komite Partai Komunis Indonesia
(Penerbit Jajasan "Pembaruan" Djakarta)


I S I :

I.     SEPINTAS LALU TENTANG KEADAAN EKONOMI DAN POLITIK INDONESIA
II.    KETERANGAN KITA TENTANG "PEMBANGUNAN NASIONAL" DAN NASIONALISASI    PERUSAHAAN2 VITAL
III.  KETERANGAN KITA TENTANG KENAIKAN HARGA BARANG DAN INFLASI
IV.  PROGRAM DEMOKRASI RAKJAT DAN PENGUSAHA NASIONAL
V.   SOAL SERIKATBURUI-I REAKSIONER DAN ARBITRASI PEMERINTAH
VI.  FRONT BURUH DENGAN KEMERDEKAAN NASIONAL DAN PERDAMAIAN



KATA PENGANTAR
Sesudah beberapa kali ada diusulkan kepada Jajasan "PEMBARUAN" untuk menerbitkan Resolusi CC PKI: "Kewadjiban Front Persatuan Buruh", sebagai brosur. Pada rnulanja kami merasa bimbang untuk rnenerbitkannja, karena menduga, bahwa Resolusi CC PKI ini tentunja sudah diperbanjak oleh organisasi-organisasi Partai didaerah. Tetapi sekarang ternjata desakan jang keras kepada kami untuk menerbitkannja tidak sadja datang dari organisasi-organisasi Partai didaerah, tetapi djuga dari kalangan umum diluar PKI.

Disamping itu, pengalaman menundjukkan bahwa kaum buruh biasa jang sudah memahami isi "Kewadjiban Front Persatuan Buruh" ini mendjadi lebih jakin akan kebenaran tuntutan2 dan aksi2nja selama ini, dan bisa menjangkal keterangan-keterangan jang menjesatkan jang bertudjuan memfitnah gerakan klas buruh pada umumnja.

Atas dorongan perrnintaan dan kesedaran akan pentingnja "Kewadjiban Front Persatuan Buruh" ini bagi kaum buruh umumnja, maka kami-terbitkan ia sebagai brosur, dengan pengharapan akan betul2 mendjadi sendjata bagi setiap buruh didalam perdjuangannja sehari-hari.

Penerbit.
Djakarta, Djuli 1952.



KEWADJIBAN FRONT PERSATUAN BURUH



I. SEPINTAS LALU TENTANG KEADAAN EKONOMI DAN POLITIK INDONESIA

Untuk menetapkan apakah kewadjiban front buruh Indonesia di-tengah2 perdjuangan seluruh Rakjat Indonesia untuk mentjapai perbaikan nasib, mentjapai kemerdekaan nasional dan untuk mendjamin perdamaian dunia jang abadi, tidak bisa dipisahkan daripada menindjau hubungannja dengan keadaan ekonomi dan politik Indonesia dewasa ini.

Dizaman pendjadjahan Belanda ekonomi Indonesia adalah ekonomi kolonial. Ini berarti bahwa kedudukan ekonomi Indonesia ketika itu jalah: 1) sebagai sumber bahan mentah; 2) sebagai sumber tenaga buruh jang murah; 3) sebagai pasar buat mendjual hasil2 produksi negeri2 kapitalis; 4) sebagai tempat lnvestasi (penanaman) modal asing. Ini berarti bahwa Indonesia tergantung dari export bahan2 mentah (timah, bauxiet, karet, dll. hasil perkebunan, dsb.) dan import barang keperluan hidup (textil, sepatu, sepeda, dsb.).

Susunan ekonomi kolonial mengakibatkan Indonesia tidak mempunjai industri sendiri jang bisa mengerdjakan bahan mentahnja guna memenuhi kebutuhan Indonesia. Ini berarti bahwa dilapangan ekonomi Indonesia tergantung dari luar negeri, dan dengan demikian tidak mungkin ada perkembangan modal nasional dan industri nasional.

Ekonomi kolonial ini dipertahankan oleh imperialis Belanda dengan bantuan penanam modal asing lainnja di Indonesia dengan suatu politik kolonial jang dalam prakteknja bersifat setengah-fasis. Politik kolonial ini ditudjukan untuk menindas gerakan Rakjat jang menuntut kemerdekaan sebagai djaminan guna penjusunan ekonomi nasional. Terutama gerakan buruh dan Partai Komunis Indonesia, sebagai partainja klas buruh, mendapat rintangan jang paling besar dari pemerintah kolonial. Bagi pemimpin2 gerakan melawan imperialis Belanda disediakan rumah pendjara dan konsentrasikamp Digul.

Menurut perhitungan tahun 1930 (statistik Hindia Belanda), penduduk Indonesia jang hidup dari upah berdjumlah lebihkurang 6.000.000 (enam djuta). Dalam djumlah ini sudah dimasukkan buruh musiman (seizoen arbeiders) jang sangat besar djumlahnja dan bekerdja di-perkebunan2 atau di-pabrik2 gula. Buruh musiman ini umumnja terdiri dari buruh tani dan tani miskin, jaitu penduduk desa jang samasekali tidak mempunjai tanah garapan atau mempunjai tanah tetapi sangat sedikit. Diantara 6 djuta kaum buruh itu, antara lain terdapat setengah djuta buruh modern terdiri dari: 316.200 buruh transport 153.100 buruh pabrik dan bengkel, 36.400 buruh tambang timah kepunjaan pemerintah dan partikulir, 17.100 buruh tambang batubara kepunjaan pemerintah dan partikulir, 29.000 buruh tambang minjak, 6.000 buruh tambang emas dan perak kepunjaan pemerintah dan partikulir. Selainnja adalah buruh pabrik gula, buruh perkebunan, berbagai golongan pegawai negeri (termasuk polisi dan tentara), buruh industri ketjil, buruh lepas dsb. Perlu diterangkan bahwa jang terbesar jalah djumlah buruh industri ketjil (2.208.900) dan buruh lepas (2.003.200). Dari angka2 ini djelaslah bagi kita, bahwa baru bagian jang sangat ketjil dari buruh Indonesia (setengah djuta) jang sudah berhubungan dengan alat2 produksi modern, sedangkan bagian terbesar belum berhubungan dengan alat2 produksi modern dan masih erat hubungannja dengan pertanian.

Pemerintah Hindia Belanda telah sangat menekan perkembangan gerakan buruh. Ini kelihatan antara lain dari kenjataan sbb.: statistic tahun 1940 menundjukkan, bahwa dari ber-djuta2 kaum buruh Indonesia hanja 110.370 jang terorganisasi (dalam 77 serikat buruh). Politik memetjah dari kaum reaksi ketika itu kelihatan dari kenjataan, bahwa 77 serikatburuh jang ada itu tergabung dalam 11 gabungan serikatburuh. Umumnja serikatburuh dan gabungan serikatburuh ini adalah dibawah pimpinan kaum reformis dan reaksioner. Oleh karena itu tidak mengherankan, bahwa menurut kantor urusan perburuhan Hindia Belanda dalam tahun 1940 hanja terdjadi pemogokan di 42 perusahaan (diantaranja 30 perusahaan textil di Djawa Barat) dan hanja diikuti oleh 2.115 kaum buruh. Sedangkan djumlah buruh dari 42 perusahaan itu ada 7.949. Pemogokan2 ini tidak besar akibatnja bagi madjikan, ia hanja berakibat hilangnja 32 hari kerdja. Tetapi, tidak adanja aksI2 kaum buruh setjara besar2an sama sekali tidak berarti bahwa tindasan terhadap Rakjat dan kaum buruh Indonesia ketika itu kurang kedjam. Kekedjaman terhadap kaum buruh antara lain kelihatan dari upah buruh jang sangat rendah dan perlakuan sewenang2 dari madjikan. Menurut statistik tahun 1940 tertjatat, bahwa rata2 upah buruh pabrik gula Rp. 0.28 sehari buat laki2 dan Rp. 0.23 sehari buat perempuan. Dalam tahun 1940 tertjatat 407 pengaduan kaum buruh jang dapat pukulan dari administratur, asisten2 dan mandor2 perkebunan. Kedjengkelan jang sudah tidak tertahan lagi dari buruh perkebunan dinjatakan dengan adanja serangan2 buruh perkebunan pada pengawas2 perkebunan. Demikianlah dalam tahun 1940 telah tertjatat 51 serangan buruh perkebunan atas pengawas2 perkebunan, dimana 2 pengawas tewas karena serangan tersebut.

Tindasan Belanda terhadap seluruh Rakjat Indonesia, jang kemudian dilakukan dengan lebih kedjam lagi oleh fasisme Djepang, telah membangunkan seluruh Rakjat untuk berdjuang ber-sama2 guna menggulingkan kekuasaan kolonial dan fasis. Salah satu puntjak dari perlawanan Rakjat jalah Revolusi Rakjat tahun 1945. Revolusi ini meletus dengan tudjuan jang positif dari Rakjat Indonesia, jaitu dengan tudjuan agar Indonesia mendjadi negara jang benar2 merdeka, dimana ekonominja tidak tergantung dari luar negeri, dimana industri nasional bisa berkembang sebagai sjarat terpenting bagi kemakmuran seluruh Rakjat, dimana nasib Rakjat banjak jang tjelaka bisa mendjadi baik dan dimana kemerdekaan politik didjamin sepenuhnja bagi seluruh Rakjat.

Tudjuan positif dari Revolusi Rakjat tahun 1945 menemui djalan buntu setelah oleh pemerintah Indonesia (kabinet Hatta) diadakan persetudjuan dengan pemerintah Belanda, jaitu persetudjuan Konferensi Medja Bundar (KMB), pada permulaan tahun 1950. Revolusi Rakjat (1945-1948) telah melemparkan beban kolonial dari pundak Rakjat, sebaliknja persetudjuan KMB telah merestorasi (menghidupkan kembali) susunan ekonomi kolonial di Indonesia. Memang dengan persetudjuan KMB diseluruh Indonesia, ketjuali di Irian Barat, sekarang sudah dibentuk suatu pemerintah dan alat2 negara jang pimpinannja dipegang oleh orang2 Indonesia, tetapi ini sama sekali tidak berarti bahwa beban kolonial jang lama sudah lepas dari pundak Rakjat Indonesia. Oleh karena itu, persetudjuan KMB (atau persetudjuan2 lain jang isinja sama dengan persetudjuan KMB) tidak lain daripada kolonialisme dengan badju baru.

Persetudjuan KMB telah mewadjibkan Rakjat Indonesia membajar hutang jang sangat berat Bulan Djanuari 1950 hutang tsb. berdjumlah lebih dari 4 miljard, dan dalam bulan Djanuari 1951 djurnlah hutang seluruhnja mendjadi lebih dari 6 miljard. Diadi dalam satu tahun hutang sudah bertambah dengan 2 miljard.

Persetudjuan KMB telah mengembalikan semua pabrik2, perkebunan2, tambang2 dan tjabang2 industri vital lainnja kepada pemiliknja jang lama, jaitu modal besar asing. Ini berarti bahwa sumber2 pokok dari kekajaan Indonesia tidak masuk kas negara, tetapi ditumpuk oleh modal besar asing dan diangkut keluar negeri. Sebagai tjontoh, menurut laporan Mr. Teuku Hassan, Ketua seksi perekonomian parlemen Sementara RI (1951), bukti2 menundjukkan bahwa dari pertambangan minjak sadja kekajaan Indonesia dikuras, berupa keuntungan jang terang, oleh BPM dan kongsi2 minjak lainnja sedjumlah Rp. 4.000.000.000. (empat mlljard) saban tahun, jang berarti Indonesia kehilangan kira2 hampir sama dengan 50 % dari anggaran belandja negara untuk satu tahun. Atau djika kehilangan kekajaan ini kita bagi rata diantara Rakjat Indonesia (75 djuta), maka berartilah bahwa oleh pertambangan minjak sadja dari seuap orang, mulai dari baji sampai orang2 tua, telah ditjuri kekajaan sebesar kira2 Rp. 53,-. Djika kehilangan kekajaan ini kita bagi rata diantara kaum buruh Indonesia (6 djuta), maka berartilah bahwa oleh pertambangan minjak sadja dari setiap buruh telah ditjuri kekajaan sebesar Rp. 4.000.000.000,- : 6.000.000, atau Rp. 667.-. Menurut peraturan pertambangan kolonial jang hingga sekarang masih berlaku, Indonesia mendapat penghasilan dari hak tetap, bea export, accijns, dan padjak NV atas kongsi2 minjak hanja sebanjak Rp. 315 djuta, djadi tidak sampai ... 10% dari keuntungan jang terang. Pengembalian kepada modal besar asing ini berlaku djuga untuk tanah2 jang sudah diduduki oleh kaum tani selama revolusi.

Politik jang didjalankan oleh pemerintah sekarang jalah politik jang mengembalikan kedudukan ekonomi Indonesia sebagai kedudukan dizaman djadjahan, jaitu kedudukan sebagai sumber bahan mentah, sebagai sumber tenaga buruh jang murah, sebagai pasar dan sebagai tempat penanaman modal. Dalam keadaan politik sekarang kedudukan ekonomi Indonesia, dibanding dengan zaman pendjadjahan Belanda, lebih tergantung dari luar negeri. Kedudukan ekonomi Indonesia sekarang begitu tergantungnja sehingga praktis pemerintah Indonesia sekarang diinstruksi oleh kekuasaan asing (Amerika) dari mana Indonesia mesti membeli sesuatu barang dan kemana Indonesia boleh mendjual barangnja (misalnja dengan adanja pindjaman Eximbank, adanja Embargo, Frisco, MSA, dsb.). Berangsur2 dan makin lama makin njata, dalam persiapan perang dunia oleh Amerika sekarang, Indonesia didjadikan salah satu sumber ekonomi perang jang terpenting. Keadaan2 ini pula jang membikin Indonesia makin lama makin dalam masuk perangkap politik perang Amerika, jang membikin Indonesia tidak hanja tergantung dalam soal ekonomi, tetapi djuga mendapat instruksi2 politik dan militer dari Belanda dan Amerika (Univerband, Irian, Nederlands Militaire Missie, pangkalan2 perang, Eximbank, Embargo, Frisco, MSA, dsb.).

Akibat dari politik pemerintah jang menggantungkan diri pada luar negeri ini, teranglah bahwa stabilisasi ekonomi tidak mungkin tertjapai. Industrialisasi tidak mungkin didjalankan dan modal nasional tidak mungkin dibangun karena ini bertentangan dengan kepentingan modal besar asing. industrialisasi dan pembangunan modal masional di Indonesia adalah merupakan saingan bagi industri dan modal dari negeri2 penanam modal. Industrialisasi dan pembangunan modal nasional adalah bertentangan dengan kepentingan ekonomi perang dari negeri2 imperialis. Kaum buruh dan kaum tani jang merupakan lebih dari 80% Rakjat Indonesia, dan jang merupakan tenaga produktif dan konsumen jang terbesar, praktis tak mengalami perbaikan didalam hidupnja, artinja tenaga produktifnja maupun kekuatan membelinja tidak bertambah.

Walaupun bagaimana, selama pemerintah Indonesia masih mendjalankan politik jang menggantungkan diri pada negeri2 penanam modal besar asing seperti Belanda, Amerika dan Inggris, pemerintah Indonesia tetap akan mendjalankan ekonomi export dan import jang dulu dilakukan oleh Hindia Belanda, jaitu ekonomi jang terus-menerus diombang-ambingkan oleh konjungtur (turun-naiknja keadaan) dan pasar dunia jang dikuasai oleh dollar dan sterling. Pemerintah jang demikian sudah tentu tidak akan mungkin membangunkan dan menjelamatkan ekonomi nasional jang merdeka, sebagai djaminan pokok untuk kemerdekaan nasional jang sedjati.

Untuk memperbaiki nasibnja jang buruk Rakjat Indonesia, terutama kaum buruh dan kaum tani Inlonesia, telah mengadakan tuntutan2 dan aksi2 terhadap madjikan modal besar asing dan terhadap pemerintah "nasional". Aksi2 kaum buruh seperti pemogokan2 buruh perkebunan, buruh kendaraan bermotor, buruh pertjetakan, buruh minjak, buruh daerah otonomi, dll. telah memberi dorongan dan keberanian pada golongan2 lain dari Rakjat untuk djuga bangun dan berdjuang membela nasibnja. Diberbagai tempat aksi2 kaum tani mendapat sukses2 jang menimbulkan kegembiraan berdjuang pada massa kaum tani. Di-mana2, tumbuh kekuatan Rakjat dalam melawan ofensif reaksi jang ganas. Kaum buruh senantiasa mendjadi pelopor dan pemberi inspirasi dalam tiap2 perlawanan. Disinilah pentingnja kedudukan front buruh sebagai bagian jang paling madju dan paling konsekwen daripada seluruh front persatuan nasional Rakjat Indonesia.



II. KETERANGAN KITA TENTANG "PEMBANGUNAN NASIONAL" DAN NASIONALISASI PERUSAHAAN2 VITAL

Dengan adanja persetudjuan KMB modal besar asing mendapat bantuan jang sangat besar dari suatu pemerintah "nasional" jang bisa digunakan untuk menutupi exploitasi atas kekajaan alam dan Rakjat Indonesia dengan sembojan2 "nasional".

Pemerintah dan madjikan modal besar asing berusaha mengabui mata Rakjat dengan omongan2 tentang "pembangunan nasional". Dengan sembojan "pembangunan nasional" mereka mengadakan ofensif ekonomi terhadap klas buruh. Mereka katakan, bahwa kekurangan barang jang diderita Rakjat sekarang, bahwa harga mahal jang mesti dibajar oleh Rakjat dan bahwa bahaja inflasi, adalah karena aksi2 kaum buruh. Mereka tuduh kaum buruh a-nasional (tidak bersifat nasional), mereka tuduh massa kaum buruh sebagai "komunis" dan sebagai tukang "main politik", mereka tuduh kaum buruh sebagai alat "kekuasaan asing", sebagai alat "Moskow", alat "RRT", dan sebagainja. Pemerintah dan madjikan modal besar asing mempermainkan sentimen dan belum-mengertinja klas-tengah (kaum pengusaha nasional) dengan, menerangkan, bahwa tindakan2 jang diambil oleh pemerintah terhadap kaum buruh dan Rakjat umumnja, akan mempertinggi prestasi kerdja, akan meningkatkan produksi dan mendatangkan kemakmuran. Oleh karena itu pemerintah berseru kepada Rakjat supaja membantu rentjana2 dan tindakan2 pemerintah.

Kita harus kupas propaganda jang menjesatkan ini. Propaganda ini bertudjuan untuk melemparkan beban krisis kepada kaum buruh dan Rakjat Indonesia, supaja untuk kepentingan madjikan2 imperialis (modal besar asing) kaum buruh suka memperpandjang waktu kerdja, kaum buruh suka menerima upah rendah atau lebih rendah, kaum buruh suka bekerdja setengah mati guna mempertinggi prestasi kerdja, supaja kaum buruh (termasuk pegawai2 negeri) menerima sadja kalau didjatuhkan "rasionalisasi" dan massa-ontslag atas dirinja, karena toh semuanja ini untuk "pembangunan nasional". Kita harus telandjangi tipuan2 dari kaum imperialis dan kaki tangannja ini dengan menerangkan, bahwa produksi merosot sama sekali bukan karena tuntutan2 dan aksi2 kaum buruh, tetapi produksi merosot adalah bersumber pada hak-milik setjara kapitalis atas alat2 produksi vital (perkebunan, pertambangan, transport, dsb.) dan disebabkan oleh adanja krisis kapitalisme jang djuga menimpa Indonesia karena Indonesia tidak memisahkan diri dari sistim kapitalisme dunia jang sudah berada dalam krisis umum jang makin mendalam dan jang sedang sekarat. Kita harus terangkan, bahwa satu2nja djalan untuk mempertinggi produksi hanjalah dengan djalan menasionalisasi alat2 produksi vital dan dengan membuang tudjuan-tjari-untung setjara kapitalis dari alat2 produksi tersebut. Kita wadjib mengingatkan kepada Rakjat supaja tidak terdjebak oleh rentjana2 pembangunan imperialis, jang pada hakekatnja tidak lain daripada rentjana bikin-Iaba jang tidak terbatas dan sebagai persiapan untuk perang dunia jang baru. Kita tidak mungkin ikut didalam pembikinan dan pelaksanaan rentjana produksi, dimana sistim imperialis masih berkuasa dan sistim bikin-Iaba jang tidak terbatas masih tidak diganggu-gugat. Kita harus tundjukkan, bahwa djustru tjara2 modal besar asing dan pemborosan oleh pemerintah itulah jang sebenarnja membikin prestasi kerdja mendjadi rendah, membikin produksi mendjadi merosot, membikin mahal harga barang dan jang menimbulkan inflasi. Rentjana2 imperialis tidak bisa lain daripada menudju krisis jang lebih dalam dan menudju kemerosotan produksi jang sangat tjepat. Untuk mengatasi krisis jang makin mendalam ini sudah ada tanda2 bahwa sistim kerdjapaksa mau didjalankan lagi di Indonesia. Massa-ontslag dikalangan kaum buruh dan "rasionalisasi" dikalangan tentara telah menimbulkan barisan penganggur jang hebat, dan ini telah membikin lebih merosot harga tenaga buruh, dan ini merupakan sjarat untuk adanja kerdjapaksa. Kaum penganggur jang makin banjak djumlahnja ini bukannja diberi pekerdjaan dengan membuka lapangan industri jang luas, dan bukan diberi sokongan untuk sekedar mempertahankan hidupnja selama menunggu mendapat pekerdjaan, tetapi sebagian demi sebagian mereka dikirim sebagai kuli biasa atau dalam ikatan tentara ke-tempat2 diluar Djawa, dimana tidak ada tanda2 bahwa nasib mereka akan mendjadi baik. Jang terang jalah bahwa di-tempat2 jang baru itu sama sekali tidak ada pembangunan jang sesungguhnja, disana tidak ada pembukaan industri2 besar atau pertanian2 negara jang luas. Jang mereka hadapi pada umumnja tidak beda dengan apa jang dizaman pendjadjahan Belanda dulu dihadapi oleh kuli "kontrak Deli" atau oleh kaum "kolonisasi Lampung". Pengembalian zaman "kontrak Deli" dan ,,Kolonisasi Lampung" dizaman "merdeka" sekarang ini dibalut dengan sembojan "untuk pembangunan nasional" atau "untuk pembangunan negara".

Kita harus djelaskan, bahwa tidak mungkin ada pembangunan nasional dan tidak mungkin ada reorganisasi produksi djika tidak dilakukan nasionalisasi atas perusahaan2 vital dan djika tidak dilaksanakan industrialisasi, djika tidak dilikwidasi peraturan2 kolonial, djika tidak didjalankan program Demokrasi Rakjat dan djika tidak diberikan upah serta djaminan jang lajak kepada kaum buruh. Orang2 pemerintah dan madjikan2 imperialis sering dan terus-menerus mengatakan, bahwa nasionalisasi perusahaan vital adalah rentjana jang terlalu umum, jang abstrak, jang tidak praktis dan tidak menguntungkan kepentingan umum, pendeknja, adalah sesuatu jang tidak mungkin dilaksanakan. Ini adalah djuga tipuan kaum imperialis dan kaki tangannja jang tidak masuk akal dan harus kita tentang keras, ini adalah propaganda imperialis dan kaki tangannja jang hendak membodohkan kaum buruh dan Rakjat.

Oleh karena itu, mengandjurkan kepada kaum buruh untuk bekerdja lebih keras dan lebih lama, untuk memproduksi lebih banjak guna rentjana2 modal besar asing, dimana kaum buruh dan massa pekerdja lainnja sedang dalam perdjuangan jang pahit untuk mengatasi tingkat hidup jang bertambah buruk, adalah andjuran jang mengorbankan kaum buruh untuk kepentingan2 imperialis. Mereka jang mengandjurkan ini tidak lain daripada imperialis sendiri, kaki tangan imperialis atau orang2 jang mungkin djudjur akan tetapi sudah mendjadi korban propaganda imperialis. Kita harus menelandjangi dan membuka kedok rentjana2 imperialis, kita harus mengadakan perlawanan terhadap semua pukulan2 imperialis dan agen2nja, dan dengan gagah berdjuang terus supaja didjalankan nasionalisasi atas perusahaan2 vital, supaja didjalankan kontrol atas keuntungan2, supaja dilaksanakan upah dan djaminan sosial jang lajak, supaja didjalankan Undang2 40 djam-kerdja seminggu, dsb. sebagai gandjaran pada kaum buruh jang ambil bagian penting dalam mengorganisasi produksi. Kita harus tentang dengan keras tiap2 fikiran jang mengatakan bahwa nasionalisasi dan lain2nja itu adalah tidak kongkrit, tidak praktis dan tidak menguntungkan umum. Nasionalisasi, kontrol atas keuntungan, upah dan djaminan sosial jang lajak, 40 djam-kerdja seminggu, dsb. itu adalah kongkrit, praktis dan menguntungkan umum. Jang dirugikan oIeh semuanja ini hanjalah imperialis dan kaki tangannja jang sudah mendjalin kepentingannja mendjadi satu dengan kepentingan imperialis (kaum komprador atau kaum agen imperialis).

Orang2 pemerintah sering menerangkan, bahwa negara tidak rnempunjai uang untuk melaksanakan nasionalisasi. Ini adalah keterangan jang sangat lutju dan mentertawakan. Bukankah djustru untuk mendapat uang guna mengisi kas negara perlu dilaksanakan nasionalisasi atas perusahaan2 vital, djadi djangan dibalik, se-olah2 nasionalisasi jang membikin kosong kas negara. Dan keterangan ini merupakan selimut untuk menutupi pendirian anti-nasionalisasi serta menundjukkan pengertian nasionalisasi setjara kapitalis jang tidak merugikan kapitalismonopoli2. Keterangan jang menjesatkan ini djuga harus ditelandjangi.

Adanja pendapat jang menganggap bahwa mempopulerkan soal nasionalisasi perusahaan vital sebagai sesuatu jang abstrak, jang tidak kongkrit, tidak praktis dan tidak menguntungkan umum, adalah pendapat reformis dan reaksioner. Pendapat demikian itu mesti ditentang. Perdjuangan kita untuk mentjapai tuntutanbagian2 (partial demands, deeleisen) haruslah dipimpin oleh pengertian Marxis jang tepat, jaitu bahwa tidak mungkin hasil tuntutanbagian bisa stabil dalam zaman krisis seperti sekarang ini. Stabilitet hanja mungkin djika kita bisa mengalahkan sama sekali semua ofensif kapitalis. Oleh karena ltu, disamping menerima hasil2 tuntutanbagian jang bisa sekedar mengentengkan beban kaum buruh, kita minta kepada kaum buruh supaja senantiasa waspada dan siap untuk menghadapi ofensif2 kapitalis, dan supaja siap untuk terus berdjuang guna tuntutan2 pokok mereka, jaitu tuntutan nasionalisasi perusahaan2 vital, kontrol atas keuntungan, upah dan djaminan jang lajak.

Dan bersamaan dengan tuntutan untuk menasionalisasi perusahaan2 vital, harus kita djelaskan pada kaum buruh dan seluruh Rakjat, bahwa nasionalisasi akan tidak ada artinja djika ia dilaksanakan oleh suatu negara jang sudah seutuhnja mengabdikan diri pada monopoli2 Belanda dan Amerika, karena dalam keadaan demikian nasionalisasi tidak lain daripada sesuatu jang hanja mengabdi kepentingan kapitalis se-mata2. Djadi, tuntutan nasionalisasi tidak bisa dipisahkan dari perdjuangan politik untuk memisahkan negara dari modal monopoli asing. Tetapi selama keadaan politik memungkinkan, tindakan2 nasionalisasi sebagai pelaksanaan tuntutanbagian daripada seluruh bangsa, mempunjai arti jang besar untuk menghidupkan kembali ekonomi jang sudah dirusak oleh restriksi2 (pembatasan2) kapitalis-monopoli2 dan jang sudah dibinasakan oleh pendudukan fasis Djepang dalam perang dunia kedua.



III. KETERANGAN KITA TENTANG KENAIKAN HARGA BARANG DAN INFLASI

Ada propaganda imperialis dan orang2 pemerintah jang mengatakan, bahwa aksi2 kaum buruh jang menuntut kenaikan upah adalah merugikan kepentingan nasional dan kepentingan umum, karena kenaikan upahlah jang menjebabkan naiknja harga barang dan jang menjebabkan inflasi. Dengan alasan ini pula orang2 pemerintah dan madjikan2 imperialis menuduh gerakan kaum buruh untuk kenaikan upah sebagai gerakan a-nasional, a-sosial, dan menuduh bahwa aksi2 kaum buruh untuk kenaikan upah sebagai aksi2 untuk mentjapai tudjuan politik "jang tertentu". Ja, mereka djuga menuduh bahwa aksi2 kaum buruh menuntut kenaikan upah serupiah atau dua rupiah sehari, atau kenaikan upah sepuluh atau duapuluh rupiah sebulan, sebagai "aksi politik", sebagai aksi "untuk merobohkan negara", sebagai aksi untuk mengadakan "coup d'etat". Tetapi mereka tidak banjak bitjara, djika ber-miljard2 dollar diangkut keluar negeri oleh madjikan2 imperialis sebagai keuntungan luar biasa dari mengexploitasi kekajaan alam dan tenaga Rakjat Indonesia. Mereka tidak ber-teriak2 bahwa keuntungan2 jang ber-miljard2 inilah jang menjebabkan kenaikan harga barang dan jang menjebabkan inflasi. Tidak, malahan mereka bergiat untuk membikin berbagai Undang2 dan Peraturan2 guna memberi kedudukan lebih kuat pada modal besar asing di Indonesia.

Propaganda jang menjesatkan ini djuga harus kita telandjangi dan kuliti. Kita harus terangkan, bahwa djustru untuk kepentingan nasional dan kepentingan umum, djustru untuk mentjiptakan sjarat2 kemakmuran bagi umum, djustru untuk itulah kaum buruh menuntut kenaikan upah. Hanja kaum buruh jang upahnja banjak bisa mengeluarkan uang banjak untuk membeli kebutuhan2nja, dan ini berarti menghidupkan sektor2 lain dari masjarakat (pemilik warung, pemilik toko), pemilik restoran, tukang pakaian, toko buku, sekolah2, pemilik bioskop, dokter, advokat, dsb.). Djika upah buruh sangat merosot, maka sektor2 lain dari masjarakat djuga akan mengalami keambrukan. Maka itu, soal pentingnja kenaikan upah buruh tidak hanja penting untuk kaum buruh, tetapi djuga penting untuk seluruh masjarakat.

Apakah kenaikan upah buruh mesti berakibat kenaikan harga barang dan inflasi? Sama sekali tidak. Kita harus terangkan, bahwa kenaikan upah sama sekali tidak mesti berakibat naiknja harga barang dan inflasi. Pokoknja asal pemerintah suka menekan modal besar asing, agar sebagian keuntungan jang bermiljard2 itu bisa digunakan untuk menaikkan upah kaum buruh. Seandainja 50% sadja dari keuntungan jang ber-miljard2 itu digunakan untuk kenaikan upah buruh, maka ia pasti akan memperbesar kekuatan-membeli dari kaum buruh dan ini akan membawa kegembiraan bekerdja pada kaum buruh. Kegembiraan bekerdja ini akan mempertinggi prestasi kerdja, jang berarti mempertinggi produksi, dan seluruh masjarakat akan untung olehnja. Masjarakat tidak akan mengalami kenaikan harga dan tidak akan hidup dalam tjengkeraman inflasi seperti sekarang. Dengan mengambil 50% dari keuntungan modal besar asing sama sekali tidak menambah djumlah uang jang beredar. Kantor tjetak uang kertas tidak perlu kerdja extra untuk mentjetak lebih banjak uang. Dengan demikian uang jang ada tidak perlu mengalami nasib uang Djepang, dimana untuk membeli sedikit barang harus membawa uang ber-kantong2. Singkatnja apa jang dinamakan inflasi, jaitu keadaan dimana uang terlalu banjak beredar, djika dibanding dengan barang jang tersedia, tidak perlu dialami oleh Rakjat Indonesia. Setjara sewadjarnja, karena ada kegembiraan bekerdja kaum buruh akan memperbesar produksi, harga barang akan mendjadi turun untuk keuntungan seluruh masjarakat. Negarapun akan mendapat keuntungan, karena 50% dari keuntungan modal besar asing pasti tidak diangkut keluar negeri, tetapi digu-nakan didalam negeri sendiri. Ini hanja satu tjontoh sadja jang menundjukkan, bahwa suatu pemerintah jang bukan pemerintah Demokrasi Rakjat, tetapi jang sedikit progresif, bisa meringankan sekedar beban Rakjat jang dengan mengurangi keuntungan modal besar asing. Tetapi ini belum berarti pemetjahan jang sempurna untuk perbaikan jang stabil atas nasib rakjat dan untuk melikwidasi sama sekali kekuasaan imperialis di Indonesia.

Djadi djelaslah, bahwa tidak adil sekali, dan djahat sekali, djika soal kenaikan harga barang dan inflasi mau ditimpakan tanggung djawabnja pada kaum buruh jang menuntut kenaikan upah serupiah atau dua rupiah. Kenapa beberapa rupiah ditangan si Amat dan si Ali bisa menjebabkan kenaikan harga barang dan inflasi, sedangkan ber-miljard2 dividend jang dibagikan oleh modal besar asing tidak dibikin ribut sebagai sumber kenaikan harga barang dan inflasi?

Ada lagi taktik pemerintah dan madjikan imperialis untuk tidak membenarkan kaum buruh menuntut kenaikan upah. Mereka se-olah2 dokter jang pintar dan memberikan obat pada kaum buruh berupa: djandji penurunan harga. Setjara prinsipiil kaum buruh menjetudjui penurunan harga. Bagi kaum buruh tidak ada bedanja, apakah upah mereka naik 100% atau harga barang turun 50%. Dalam dua hal ini bukankah kaum buruh bisa membeli barang dua kali lebih banjak? Kalau kaum buruh bisa membeli barang lebih banjak dengan upah Rp. 100,- djika dibanding dengan upah Rp. 150,- kaum buruh akan memilih jang Rp. 100,-. Tetapi slapakah jang prinsipil menentang penurunan harga barang? Jalah kaum madjikan sendiri, sehingga tiap2 djandji pemerintah untuk menurunkan harga barang mendjadi omong kosong belaka. Oleh karena itu, usaha pemerintah untuk mengadakan richtprijs (harga antjer2) terhadap beberapa matjam barang tidak akan ada hasilnja, karena harga antjer2 itu sendiri berada diluar kemampuan membeli dari Rakjat. Dengan demikian, pada hakekatnja pemerintah membiarkan harga terus membubung, tetapi disamping itu, dan ini tidak adilnja, pemerintah terus-menerus menekan kenaikan upah buruh.

Bagi kaum buruh adalah sama sadja, apakah ia mendapat kenaikan upah atau penurunan harga barang, asal sadja kedua2nja ini tidak dibebankan kepada kaum buruh dan Rakjat, tetapi diambilkan dari keuntungan modal besar asing.

Apakah dengan politik mengontrol keuntungan dan menggunakan sebagian keuntungan modal besar asing untuk kenaikan upah buruh akan berakibat "Iarinja modal besar asing dari Indonesia?" Tidak mesti. Dunia sudah terlalu sempit untuk modal besar bertjokol. Sebagian dari dunia dan sebagian dari umat manusia sudah membebaskan diri dari sistim kapitalisme. Tetapi seandainja modal besar asing "Iari", sama sekali tidak ada alasan untuk berketjil hati. Hanja orang2 jang berfikiran pitjik dan tidak mempunjai kepertjajaan pada kekuatan nasional sendiri, hanja mereka jang sudah mendjalin kepentingannja mendjadi satu dengan kepentingan imperialis, hanja mereka jang akan merasa kehilangan djika imperialis (modal benar asing) angkat kaki dari Indonesia. Suatu pemerintah jang progresif segera akan mengambil over perusahaan2 kepunjaan modal besar asing itu, segera akan menasionalisasi perusahaan2 vital itu guna kemakmuran Rakjat.

Djadi teranglah, bahwa hanja fikiran kapitalis jang membenarkan "teori" bahwa kenaikan upah mesti berakibat kenaikan harga barang dan mesti berakibat inflasi. Memang, kenaikan harga barang jang tidak ada hingganja dan inflasi tidak bisa dipisahkan dengan sistim kapitalis. Biarpun tidak ada aksi2 kaum buruh jang menuntut kenaikan upah, selama perusahaan2 vital belum dinasionalisasi dan tudjuan-tjari-untung setjara kapitalis dari perusahaan2 vital itu belum dilenjapkan, kenaikan harga barang dan inflasi akan terus mendjadi penjakit umum dari masjarakat.



IV. PROGRAM DEMOKRASI RAKJAT DAN PENGUSAHA NASIONAL

Kepada klas tengah (pengusaha2 nasional) harus kita djelaskan terus terang, bahwa sebagal madjikan jang hidupnja tergantung pada mengexploitasi kaum buruh, memang ada kalanja kaum buruh akan menuntut sekedar perbaikan nasib pada mereka. Tetapi program Demokrasi Rakjat sama sekali tidak hermaksud melikwidasi mereka dengan djalan menasionalisasi perusahaan2 mereka, malah program Demokrasi Rakjat mau memberi kedudukan jang stabil pada mereka untuk memperbesar tenaga produktif masjarakat, sebagai sjarat menudju kemasjarakat sosialis. Djustru program Demokrasi Rakjat bertudjuan mempertahankan hak-milik perseorangan dari pengusaha2 nasional. Adalah djuga mendjadi kewadjiban kaum buruh untuk membantu perdjuangan pengusaha2 nasional guna mendapatkan hak2 mereka jang sewadjarnja, guna membantu mereka dalam perlawanannja terhadap monopoli imperialisme dan terhadap penghantjuran atas dirinja oleh ekonomi perang. Kaum buruh Indonesia jang jakin, bahwa tudjuan sosial, ekonomi dan politiknja hanja bisa dilaksanakan dalam masjarakat jang damai, dengan sekuat tenaga berkewadjiban membantu pengusaha2 nasional dalam mewudjudkan ekonomi damai di Indonesia, jaitu ekonomi dimana produksi dan distribusi ditudjukan pada barang2 kebutuhan Rakjat (beras, textile, sepatu, sepeda, dsb.) dan tidak seperti sekarang, dimana produksi dititik-beratkan pada bahan2 keperluan perang (timah, karet, bauxiet, dsb.). Hanja dengan adanja perubahan ekonomi perang mendjadi ekonomi damai, dapat diadakan perubahan atas tingkat hidup Rakjat jang sekarang makin Iama makin merosot. Kaum buruh Indonesia berkewadjiban menjokong tiap usaha pengusaha2 nasional untuk membebaskan diri dari ikatan2 imperialis Belanda dan Amerika, dan membantu perdjuangan mereka untuk mentjapai adanja perdagangan bebas, terutama perdagangan bebas dengan negeri2 Demokrasi Rakjat dan Soviet Uni untuk mendapatkan barang2 jang lebih murah harganja dan untuk mendapatkan barang2-modal (kapitaalgoederen), sebagai sjarat permulaan bagi Indonesia untuk bisa memenuhi kebutuhannja akan barang2 jang diperlukan oleh Rakjat.

Kenjataan2 diatas adalah bertentangan dengan propaganda madjikan2 imperialis dan kaki tangannja, dan propaganda ini pada hakekatnja tidak lain daripada usaha kaum madjikan imperialis untuk menutupi tudjuan mereka jang sesungguhnja. Karena djustru imperialismelah jang terus-menerus melikwidasi klas tengah, agar dengan demikian mereka bisa memusatkan atau memonopoli seluruh kehidupan ekonomi didalam tangan kliknja sendiri. Dan milik imperialis inilah jang telah dan, sedang melikwidasi klas tengah Indonesia. Oleh karena itu pula program revolusi Demokrasi Rakjat menghendaki adanja kerdjasama antara seluruh golongan Rakjat, termasuk pengusaha2 nasional, untuk menghantjurkan musuh bersama, jaitu modal besar asing dan sisa2 feodalisme, untuk menggagalkan ekonomi perang imperialis dan untuk membangunkan suatu masjarakat Indonesia jang demokratis.

Pengalaman kaum pengusaha nasional Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini menundjukkan, bahwa pemerintah Indonesia jang mendjadi komprador modal besar asing tidak mungkin sungguh2 berdiri difihak pengusaha nasional. Untuk menutupi sifat kompradornja, ada kalanja pemerintah Indonesia terpaksa "membantu" sebagian jang sangat ketjil dari pengusaha nasional, tetapi disamping itu modal besar asing diberi keleluasaan sepenuhnja untuk menghantjurkan dan menelan perusahaan2 nasional (seperti industri tenun, rokok, batik, pertjetakan, perdagangan import-export, perusahaan pelajaran, perkebunan karet Rakjat, perusahaan penangkapan ikan laut, dsb.). Semuanja ini menundjukkan, bahwa kaum pengusaha nasional tidak boleh lagi mempunjai illusi akan mendapat perlindungan jang sungguh2 dari pemerintah komprador, tetapi mereka harus menentukan sikapnja jang benar, jaitu sikap menentang politik komprador dan memihak perdjuangan Rakjat Indonesia jang bertudjuan menghantjurkan imperialisme dan menegakkan sistim Demokrasi Rakjat, jaitu sistim jang mendjamin stabilitet kedudukan pengusaha2 nasional.



V. SOAL SERIKAT BURUH REAKSIONER DAN ARBITRASI PEMERINTAH

Takut akan kekuatan klas buruh jang makin berkembang, takut akan pemogokan2 dan jakin bahwa dengan tindakan2 kekerasan serta dengan undang-undang jang berbau fasis tidak akan dapat menghantjurkan klas buruh, mereka mendirikan serikatburuh2 kuning sebagai persiapan menudju front buruh setjara Hitler. Dengan melemparkan tuduhan2 pada SOBSI jang mendjemukan dan sama sekali tidak masuk akal -- seperti tuduhan SOBSI a-nasional, SOBSI dikendalikan oleh kekuasaan asing, SOBSI organisasi "komunis" dsb. -- mereka memainkan rol anti-mogok, rol memetjah-belah, rol anti-komunis, rol anti-sosialisme, rol anti-Demokrasi Rakjat, jang pada hakekatnja tidak lain menundjukkan bahwa mereka mendjalankan rol anti-klas-buruh dan anti-Rakjat. Pada hakekatnja, merekalah jang didikte oleh kekuasaan asing, oleh imperialis Belanda, Amerika dan Inggeris. Mereka adalah tengkulak pengatjau pemogokan dan gangster2 untuk menteror klas buruh. Pemimpin2 serikatburuh reaksioner (kuning) memegang rol penting dalam tindakan2 kedjam seperti dalam Razzia Agustus, dan, mereka mengadakan kerdjasama jang erat dengan kepolisian dan "tuan2 besar" dan mereka bertindak sebagai spion2nja.

Kedok serikatburuh kuning harus dibuka didalam tiap2 rapat kaum buruh dan harus dibangkitkan kemarahan kaum buruh terhadap pengatjau2 ini. Tiap2 aksi mereka menentang pemogokan, tiap2 usaha mereka untuk menakut-nakuti kaum buruh, tiap2 usaha mereka untuk memetjah-belah dan tiap2 pengchianatan mereka harus dibuka kedoknja tepat pada waktunja, agar dengan demikian mereka jang tidak djudjur itu tidak mempunjai akar dimassa.

Dimana ada serikatburuh kuning jang sedikit-banjak mempunjai pengaruh pada massa, hendaklah pada pusat atau tjabang serikatburuh demikian itu ditawarkan untuk mengadakan front bersama menghadapi madjikan chusus tentang tuntutan disekitar upah, sjarat2 hidup dan njatakan kesediaan kita untuk membantu mereka dalam perdjuangan melawan madjikan. Adanja front bersama melawan madjikan adalah didikan bagi kaum buruh jang akan menjedarkan mereka akan perlunja hanja ada satu Vaksentral untuk seluruh massa kaum buruh di Indonesia.

Tetapi disamping menawarkan front bersama dengan serikatburuh kuning, djangan dilupakan pentingnja membuka kedok pemimpin2 serikatburuh-serikatburuh kuning jang tidak djudjur. Untuk mendapat pengaruh, ada kalanja pemimpin2 serikat buruh kuning terpaksa memimpin suatu pemogokan. Tetapi karena tidak didasarkan tjinta dan pengabdian jang sepenuh djiwa pada kepentingan klas buruh, pemimpin2 palsu demikian, akan segera terbuka kedoknja. Dengan adanja pimpinan jang baik dari pemimpin buruh jang djudjur, maka kaum buruh akan segera dapat mengetahui, bahwa pemimpin2 serikatburuh kuning itu memimpin sesuatu pemogokan hanja karena desakan jang makin lama makin keras dari anggota2 serikatburuh. Oleh karena itu, kewaspadaan massa kaum buruh terhadap pemimpin2 jang tidak djudjur harus dibangkitkan, dan dimana terbukti pemimpin serikatburuh jang demikian itu sudah mendjual diri pada madjikan atau pemerintah, hendaklah tepat pada waktunja diterangkan pada massa kaum buruh.

Diatas se-gala2nja, se-kali2 djangan ditanamkan pada massa kaum buruh suatu illusi (fikiran jang bukan2) bahwa "Panitia Penjelesaian" (badan arbitrase) jang dibentuk oleh pemerintah burdjuis akan berbuat adil kepada kaum buruh. Kita se-kali2 tidak boleh mempunjai illusi, bahwa dizaman krisis ekonomi seperti sekarang ini perdjuangan jang sengit antara kapital dan buruh bisa diselesaikan setjara adil oleh "Panitia2 Penjelesaian" sematjam itu. Akan tetapi hendaklah diingat, apa jang bagi kaum Komunis sudah terang tidak beres dan hanja tipuan belaka, seperti "Panitia Penjelesaian" ini, massa kaum buruh masih memerlukan pengalaman untuk mengerti hal2 ini. Perdjuangan se-hari2 dari kaum buruh akan membuktikan, bahwa "Panitia Penjelesaian" bukan untuk kepentingan kaum buruh tetapi untuk kepentingan madjikan dan pemerintah.



VI. FRONT BURUH DENGAN KEMERDEKAAN NASIONAL DAN PERDAMAIAN

Dalam "Djalan Baru" (Resolusi CC PKI bulan Agustus 1948) diterangkan: Tiap2 Komunis harus jakin benar2, bahwa dengan tidak adanja Front Nasional kemenangan tidak akan datang. Oleh karena itu adalah kewadjiban Partai Komunis Indonesia dan serikatburuh2 untuk ambil bagian jang paling penting, paling besar dan paling sungguh2 dalam perdjuangan membela kepentingan2 kaum buruh. Perdjuangan ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak hanja kaum buruh sadja jang mendapat kemenangan jang gilang-gemilang; tetapi djuga supaja bisa memberikan inspirasi kepada klas2 dan golongan2 lain, kepada kaum tani, pengusaha2 ketjil dan sedang, golongan intelektuil serta golongan Rakjat lainnja, supaja lebih menaruh kepertjajaan akan kemenangan pasti dan kemenangan bersama atas imperialisme, feodalisme dan burdjuasi komprador (burdjuasi agen imperialis. Perdjuangan membela kepentingan kaum buruh harus mempersatukan seluruh kaum bjuruh dibawah pimpinan organisasi2 buruh, dimana kaum Komunis harus membuktikan pembelaannja jang sungguh2 terhadap kepentingan2 ekonomi dan politik dari kaum buruh.

Front buruh harus merupakan front jang terkuat, jang paling bersatu, paling madju dan paling sedar dalam front persatuan masional jang luas. Front buruh dan Front tani harus ambil bagian jang terpenting didalam perdjuangan untuk menggalang front persatuan nasional (front demokrasi atau front pembela tanah air), jaitu persekutuan daripada seluruh Rakjat Indonesia untuk melaksanakan tjita2 politiknja, dimana sumber kekuasaan ada pada Rakjat dengan terbentuknja Republik Demokrasi Rakjat. Dalam front persatuan nasional ini kaum buruh dan kaum tani harus mendjadi basisnja.

Front persatuan nasional adalah sjarat mutlak untuk mentjapai kemerdekaan nasional. Kemerdekaan nasional adalah sjarat guna perkembangan sesuatu bangsa. Perdamaian, perbaikan dan kemadjuan hanja bisa ditjapai oleh bangsa Indonesia dengan melalui kemerdekaan nasional. Perdjuangan nasional untuk melepaskan diri dari imperialisme Belanda dan Amerika tidak bisa dipisahkan dengan perdjuangan melawan reaksi, perdjuangan untuk perdamaian, untuk demokrasi dan untuk sepiring nasi. Djelaslah, bahwa hak2 dan kebebasan bagi kaum buruh, jaitu: hak mendapat pekerdjaan, bebas dari antjaman pengangguran, hak mendapat bajaran penuh, bebas dari perbedaan ras dan djenis, bebas dari penghisapan kapitalis dan hak atas kebudajaan, hanja bisa ditjapai apabila didahului oleh adanja kemerdekaan nasional jang sedjati. Djadi kaum buruh tidak mungkin merdeka dan mendapat semua hak2nja djika tidak ada kemerdekaan nasional.

Sekarang ini massa kaum buruh Indonesia belum berada dibawah satu pimpinan. Sebagian besar berada dibawah pimpinan SOBSI, sedangkan bagian2 lainnja berada dibawah pimpinan kaum nasionalis (seperti GSBI) dan kaum sosialis (seperti POB). Sebagian jang sangat ketjil berada dibawah pimpinan orang2 trotskis (SOBRI) atau klik2 lain jang sengadja dibajar oleh imperialis untuk memetjah-belah dan mengadu-domba massa kaum buruh serta untuk merigadakan rintangan2 dalam perkembangan gerakan kaum buruh dengan mendjalankan kegiatan2 polisionil dan spionase. Djuga ada golongan jang tidak djudjur jang menggunakan agama untuk memetjah-belah gerakan buruh dengan mendirikan serikatburuh2 jang "berdasarkan agama" (seperti SBII, Serikat Buruh Katolik). Keadaan ini tentu menimbulkan kemarahan dikalangan kaum agama jang djudjur.

Mengingat kenjataan bahwa kaum buruh Indonesia belum bersatu dengan bulat dlbawah satu pimpinan jang djudjur dan militant, sedangkan usaha2 reaksi semakin keras untuk menghantjurkan gerakan buruh, maka lebih2 dari waktu jang sudah2, sekarang dibutuhkan adanja kesatuan2 aksi didalam tiap2 perdjuangan kaum buruh. Untuk ini kaum buruh dari berbagai serikatburuh (SOBSI dan non-SOBSI) bisa mengadakan Kongres Upah jang chusus untuk memperbintjangkan soal2 upah, bisa mengadakan Komite Makanan Rakjat, bisa mengadakan Komite Kaum Penganggur, bisa mengadakan Pernjataan Bersama tentang sesuatu atau beberapa soal, bisa mengadakan front buruh didalam Dewan Perwakilan Rakjat atau perwakilan2 lainnja, bisa mengadakan Sekretariat Bersama untuk melaksanakan suatu fusi, dsb.

Kesatuan aksi bisa diadakan ketika baru menghadapi perdjuangan atau ketika perdjuangan itu sedang berdjalan. Kesatuan perdjuangan seluruh kaum buruh ini pasti bisa ditjapai, karena setjara objektif perdjuangan buruh selandjutnja, dalam melawan akibat2 krisis ekonomi jang semakin memuntjak, menghendaki adanja persatuan ini. Krisis tidak hanja menimpa segolongan buruh sadja, tetapi ia menimpa semua golongan buruh, tidak perduli apakah ia dipimpin oleh kaum Komunis, oleh Nasionalis, oleh Sosialis atau oleh lainnja, tidak perduli apakah ia beragama Islam, Katolik, Protestan atau lain2nja. Perdjuangan buruh jang makin sengit dalam membela kepentingannja pasti akan membukakan kedok badut2 dan tengkulak2 dalam gerakan buruh. Pemimpin2 buruh jang djudjur, terutama kaum Komunis, diwadjibkan supaja pandai mendjalankan taktik jang tepat (correct) dalam menarik tiap golongan kedalam perdjuangan bersama dari kaum buruh untuk menghadapi madjikan. Kesatuan perdjuangan sematjam ini akan memberikan peladjaran jang sangat baik kepada klas buruh tentang rol chianat daripada pemimpin2 serikatburuh kuning dan tentang kebutuhannja akan serikatburuh2 dan akan satu Vaksentral jang revolusioner.

Sebagaimana dikatakan diatas, front buruh diwadjibkan ambil bagian jang terpenting, didalam usaha menggalang front persatuan nasional. Dalam hal ini sungguh2 harus diperhatikan agar front buruh tidak terisolasi dari golongan2 Rakjat lainnja. Terisolasi berarti bahaja besar bagi seluruh perdjuangan buruh. Djika gerakan buruh terisolasi, pemerintah reaksioner dan imperialis akan mudah bertindak untuk menghantjurkan gerakan kaum buruh dengan terang2an dan dengan kedjam, dan ini adalah permulaan dan persiapan untuk menghantjurkan seluruh gerakan Rakjat. Dan djika ini terdjadi, fasisme meradjalela kembali di Indonesia. Djadi, dapat atau tidaknja bahaja fasisme ditjegah, adalah tergantung dari perlawanan dan kekuatan front buruh dan tergantung dari hubungan front buruh dengan klas2 lain (terutama kaum tani) dan dengan front2 lain (front pemuda, front peladjar, front wanita, front kebudajaan, front perdamaian, dsb.). Untuk berhasilnja aksi2 kaum buruh dan untuk memperkuat front persatuan nasional, dalam aksi2 kaum buruh harus senantiasa diingat tiga sjarat2 sebagai berikut:

1) supaja tiap2 aksi kaum buruh dibenarkan dan masuk akal sebagian besar dari Rakjat sehingga mendapat simpati dan sokongannja;
2) supaja tiap2 aksi kaum buruh dimulai dimana keadaan sedang baik untuk massa dan kemungkinan mendapat sukses adalah besar;
3) supaja tiap2 aksi kaum buruh dimulai dan diachiri pada titik jang paling tepat dan saat jang paling baik, ia tidak boleh merupakan perdjuangan melawan musuh jang tidak ada ketentuan kapan selesainja.

Dalam usaha memenuhi sjarat2 ini kaum buruh Indonesia sudah mempunjai berbagai pengalaman dan peladjaran jang baik. Kaum buruh Indonesia sudah mengalami pemogokan dari Iebih-kurang 700.000 buruh perkebunan dibawah pimpinan SARBUPRI pada pertengahan tahun 1950. Pemogokan raksasa ini telah berachir dengan kemenangan disebabkan tepatnja tuntutan, tepatnja memilih waktu pemogokan, mendapat bantuan kaum tani dan tindakan SOBSI jang tepat pada waktunja. Kaum buruh Indonesia sudah mengalami pemogokan buruh kendaraan bermotor dalam aksinja melawan GAPO (Gabungan Perusahaan Otobis) bulan Djuli 1951, dibawah pimpinan SBKB. Aksi ini mendapat kemenangan karena tepat tuntutannja, tepat waktu mulainja dan tepat pada waktu mengachirinja. Pemogokan ini tidak hanja dapat simpati dan sokongan dari golongan buruh lain, tetapi djuga dapat simpati dan sokongan pengusaha2 otobis nasional. Tetapi disamping itu kaum buruh Indonesia djuga mempunjai pengalaman2 jang pahit, seperti pemogokan buruh Cordesius di Djakarta pada permulaan tahun 1950, pemogokan buruh kapal dan pelabuhan di Belawan dalam tahun 1951, dll. Pemogokan2 ini tidak memenuhi sjarat2 diatas, oleh karena itu ia gagal dan menjebabkan terisolasinja perdjuangan2 buruh itu dari massa buruh lainnja dan dari Rakjat banjak. Apa jang disebutkan disini hanja beberapa diantara pengalaman buruh Indonesia jang banjak itu. Disamping ini masih ada lagi pengalaman2 buruh pertjetakan dibawah pimpinan SBPI, pengalaman2 buruh minjak kelapa dibawah pimpinan SARBUMIKSI, pengalarnan buruh gula dibawah pimpinan SBG, pengalaman buruh angkutan udara dibawah pimpinan SERBAUD, pengalaman buruh minjak dibawah pimpinan PERBUM, dan banjak lagi pengalaman2 jang baik maupun jang tidak baik, tetapi jang ke-dua2nja adalah peladjaran jang berharga bagi kaum buruh Indonesia. Dan tidak boleh dilupakan, bahwa kaum buruh Indonesia mempunjai pengalaman jang baik djuga dalam menuntut hadiah lebaran dan gratifikasi.

Dalam mengemukakan dan membela kepentingan2 kaum buruh dalam perdjuangan se-hari2, kita harus memimpin aksi2 sedemikian rupa sehingga klas buruh mendjadi bersatu sebagai satu klas, sedar akan tanggung-djawab politiknja dalam perdjuangan melawan susunan masjarakat jang katjau sekarang ini dan berdjuang untuk negara Demokrasi Rakjat, sedar bahwa ia mesti memimpin perdjuangan dalam front persatuan nasional menudju kemenangan jang gemilang sebagai sjarat untuk mendjamin perdamaian dunia jang abadi.

Untuk memenuhi rentjana perangnja kaum imperialis makin lama makin hebat menguras kekajaan alam dan tenaga Rakjat lndonesia. Upah riil dari kaum buruh makin lama makin merosot. Guna menindas perlawanan kaum buruh jang menuntut kenaikan upah, pemerintah RI-KMB melakukan tindakan2 fasis terhadap gerakan klas buruh. Dengan demikian djelaslah bahwa perdjuangan untuk perdamaian dunia, untuk sepiring nasi dan untuk kemerdekaan nasional adalah Perdjuangan jang saling berbubungan, jang satu dengan lainnja tidak mungkin dipisahkan. Oleh karena itu adalah djuga kewadjiban klas buruh jang terpenting untuk ambil bagian jang sungguh-sungguh didalam perdjuangan untuk perdamaian dunia jang abadi, dan terutama untuk berdjuang guna terlaksananja Pact Perdamaian Lima Besar (Inggris, Perantjis, Soviet Uni, Amerika Serikat dan RRT).

Dalam keadaan sekarang, dimana lmperialis Amerika makin lama makin dalam mentjampuri soal2 dalam negeri Indonesia, pertumbuhan demokrasi makin lama makin sangat tertekan. Sampai2 kepada demokrasi parlementer tidak terdjamin di Indonesia. Tanda2 jang terpenting daripada demokrasi parlementer, jaitu mempersoalkan soal2 umum setjara terbuka, makin lama makin tidak nampak. Soal2 umum banjak dibitjarakan hanja diantara dan oleh beberapa gelintir orang2 pemerintah dengan wakil2 Amerika di Djakarta (misalnja "bantuan" sendjata Amerika untuk polisi Indonesia, MSA, dll.). Keadaan ini semuanja, dan dibuktikan pula oleh Razzia Agustus (1951), menundjukkan bahwa ada usaha jang keras dari fihak reaksi untuk memfasiskan sistim pemerintahan Indonesia. Oleh karena itu, klas buruh, sebagai klas jang paling madju, jang paling teguh organisasinja, jang menempati kedudukan penting dalam produksi, berkewadjiban untuk mempelopori perdjuangan seluruh Rakjat dalam melawan bahaja fasisme jang mengantjam seluruh kehidupan Rakjat Indonesia.

Oleh karena itu adalah kewadjiban jang sangat penting untuk mempertahankan dengan sungguh2 dan dengan sengit tiap2 hak dan tuntutan kaum buruh dari serangan2 reaksi jang makin kurang adjar. Dan senantiasa harus didjaga agar tiap2 perdjuangan kaum buruh tidak terisolasi dari seksi2 lain dari kaum buruh dan dari seluruh Rakjat. Dimana keadaan mengizinkan harus diadakan propaganda besar2an tentang hak2 dan tuntutan2 kaum buruh, dan tepat pada waktunja mengadakan serangan2 kembali pada propaganda2 jang merusak dari pemerintah dan dari kaum imperialis jang bermaksud menarik simpati Rakjat guna memisahkan kaum buruh dari golongan Rakjat lainnja. Djika propaganda2 jang merusak ini tidak segera dibantah dan sebagian Rakjat untuk sementara mempertjajanja, maka ini berarti menjerahkan inisiatif pada lawan.

Untuk bisa menunaikan kewadjibannja, seksi2 jang sudah militant dari klas buruh harus membersihkan diri dari penjakit2 sektarisme dan dari sembojan "kiri" jang kosong. Sektarisme dan slogan2 "kiri" jang kosong jang tidak disokong oleh massa luas dari kaum buruh tidak hanja membantu lawan dan pemetjah2 klas buruh, tetapi ia djuga merupakan rintangan dalam usaha mempersatukan klas buruh. Orang2 jang sektaris dalam teorinja menerima keperluan untuk bersatu, keperluan guna bekerdja untuk itu, sebab mereka mesti menerima kenjataan; tetapi apabila sudah dalam pekerdjaan se-hari2, penerimaan mereka setjara teori itu, tidak nampak dalam prakteknja. Oleh karena itulah, sektarisme adalah penjakit jang terus-menerus dan dengan sengit mesti dibasmi. Hanja dengan lenjapnja sektarisme, seksi2 jang sudah militant dari klas buruh bisa menarik massa kaum buruh jang masih terbelakang, dan bisa rnenarik seluruh Rakjat dalam perdjuangan untuk perdamaian dan kemerdekaan nasional.

Djelaslah, bahwa sedjalan dengan perdjuangan membela kepentingan2 se-hari2, klas buruh adalah kampiun dalam membela kepentingan seluruh Rakjat, kampiun dalam perdjuangan kemerdekaan dan pembela perdarmaian dunia. Kaum buruh mengorganisasi aksi2 politik setjara besar2an untuk melawan tiap2 tindakan jang tidak adil terhadap kaum buruh sendiri, terhadap kaum tani, terhadap pemuda, terhadap peladjar, intellektuil dan terhadap golongan2 lain dari Rakjat. Kaum buruh adalah pemuka dan organisator dalam perdjuangan untuk membatalkan persetudjuan KMB jang djahat itu, untuk memasukkan Irian barat kedalam wilajah Republik Indonesia, untuk menentang didjalankannja Embargo terhadap negeri2 demokrasi, untuk menentang persetudjuan San Francisco dan MSA jang didikte oleh Amerika itu, dsb.

Dengan melalui aksi2 solidaritet, melalui pemogokan2 simpati dan lain2 bentuk aksi politik jang bisa difahamkan, jang dapat simpati dan disokong oleh massa jang luas, kaum buruh Indonesia akan membadjakan kesatuan berdjuang dari massa, dan lambat laun akan tampil kemuka sebagai pembela bak2 dan kebebasan demokrasi, akan tampil sebagai kampiun perdamaian, sebagai pemimpin, sebagai djuru mempersatukan seluruh golongan Rakjat dan sebagai pembangunan front persatuan nasional.

Demikianlah kewadjiban front persatuan buruh kita.



Djakarta, 1 Maret 1952.

Central Comite
Partai Komunis Indonesia








Namun kerja PKI berakhir ketika terjadi rekayasa politik yang dilakukan oleh CIA (Central Inteligent of America), Angkatan Darat (ABRI) dan Murba [yang tersingkir setelah Pemilu 1955]. Terjadi pembunuhan para jenderal yang dikenal sebagai Gerakan 30 September (G30S) 1965. Pembunuhan ini diikuti pula dengan perebutan kekuasaan dari tangan Soekarno ke rejim diktatur otoriter yang dipimpin oleh Soeharto. Soeharto tidak hanya menghabisi para jenderal senior, yang akan menjadi penghalang dari ambisinya mengambil-alih kekuasaan, akan tetapi juga melakukan pembunuhan massal rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia disembelih dengan dalih mereka anggota atau simpatisan PKI. Sekitar 1 juta rakyat dibunuh untuk naiknya Soeharto sebagai rejim diktatur paling bengis di bumi ini.

(Sejarah Soeharto sebagai rejim penyembelih rakyat tidak berhenti pada masa perebutan kekuasaan saja, melainkan sepanjang tampuk kekuasaannya penyembelihan terus berlanjut seperti di Aceh, Irian Jaya, Timor Timur, Tanjung Priok, Sambas, Ambon, dan seterusnya).

Selama rejim Soeharto isu PKI ditempatkan menjadi musuh bangsa Indonesia. Ini tentu saja membuat banyak orang bingung. Sebetulnya PKI itu masih ada atau sudah tidak ada. Secara serampangan cap ditunggangi PKI ditempelkan ke berbagai aktor politik seperti PDI-Megawati (sekarang PDI-Perjuangan), atau ke PRD yang dikondisikan seolah-olah sebagai penjelmaan kembali dari PKI. Agaknya rejim reformasi Habibie pun ikut-ikut menghidupkan "bahaya laten PKI" kepada masyarakat. Siapa yang mereka maksud sebagai PKI? Tetap tidak pernah jelas!!!

Sisa-sisa ex PKI juga sempat melakukan kritik diri melalui: Self-Criticism


Untuk mencoba menjawab berbagai kebingungan yang diciptakan Soeharto dan juga Habibie tersebut, kami merasa perlu menampilkan kembali karya-karya yang masih tersisa yang ada produk-produk PKI maupun dukungan dari PKC dalam bentuk terbitan berbahasa Indonesia dan yang didedikasikan kepada PKI dalam tahun-tahun keemasan PKI tersebut.


Bagaimana pun PKI tidak hanya gerakan sosial semata, namun PKI juga merupakan gerakan intelektual yang layak untuk dipelajari.


Produk-produk terjemahan yang beredar dikalangan terbatas dan simpatisan perubahan sosial, juga baik untuk diperhatikan, seperti:







KLAS-KLAS MASYARAKAT – DIPERLUKAN DAN BERLEBIHAN
oleh: Friedrich Engels

1881



Telah sering dipertanyakan, hingga seberapa jauh berbagai klas masyarakat itu berguna atau bahkan diperlukan? Dan dengan sendirinya jawabannya berbeda untuk setiap kurun sejarah yang dipersoalkan. Tak disangsikan lagi telah pernah ada masa ketika suatu aristokrasi teritorial merupakan suatu unsur masyarakat yang tak terelakan dan diperlukan. Namun itu, adalah dulu sekali, lama berselang. Ada suatu masa ketika suatu klas kapitalis menengah, suatu burjuasi seperti yang orang Perancis menyebutkannya, lahir dengan keharusan yang sama tidak terelakannya, yang berju-ang terhadap aristokrasi teritorial itu, yang mematahkan kekuasaan politiknya, dan pada gilirannya menjadi predominan secara ekonomik Dan politik. Tetapi, sejak lahirnya klas-klas, tidak pernah ada suatu zaman di mana masyarakat dapat tanpa suatu klas pekerja. Nama, status sosial dari klas itu telah berubah; para hamba-sahaya telah menggantikan para bu-dak, untuk pada gilirannya digantikan oleh orang pekerja bebas --- bebas dari perhamba-an tetapi juga bebas dari semua pemilikan keduniaan kecuali tenaga kerjanya sendiri. Tetapi teramat jelas: perubahan apapun yang terjadi pada lapisan-lapisan atas masyarakat, yang tidak-memproduksi (non-producing), masyarakat tidak dapat hidup tanpa suatu klas pengha-sil/produser. Maka klas inilah yang diperlukan dalam semuas keadaan -- walaupun waktunya mesti tiba, ketika ia tidak merupakan suatu klas lagi, ketika ia menjadi (merupakan) selu-ruh masyarakat.


Nah, keharusan apakah yang ada dewasa ini bagi keberadaan setiap dari ketiga klas ini?

Aristokrasi bertanah, boleh dikatakan, secara ekonomik tidaklah berguna di Inggris, sedang di Irlandia dan Skotlandia ia telah menjadi suatu gangguan positif dikarenakan kecenderung-an-kecenderungan depopulatifnya. Mengirim orang menyeberangi samudera atau ke dalam kelaparan, dan menggantikan mereka dengan domba atau kijang --- itu saja kegunaan yang dapat diklaim oleh para tuan-tanah Irlandia dan Skotlandia. Coba biarkan persaingan makanan sayur-sayuran dan hewani Amerika berkem-bang lebih maju lagi, dan kaum aristokrasi ber-tanah Inggris akan melakukan hal yang sama, paling tidak mereka yang mampu berbuat begi-tu, karena mempunyai estate-estate (tanah berukuran luas) kota sebagai andalan/nya. Untuk selebihnya, persaingan makanan Amerika akan segera membebaskan kita. Dan ini yang semujur-mujurnya -- karena tindak-politik mereka, baik di Majelis Tinggi dan di Majelis Rendah, sungguh suatu gangguan nasional yang paling puncak.

Tetapi, bagainmana dengan klas kapitalis menengah itu, klas yang telah dicerahkan dan liberal, yang membangun imperium kolonial Inggris dan yang memantapkan kemerdekaan Inggris? Klas yang telah mereformasi parlemen di tahun 1831, membatalkan Undang-undang Gandum dan menurunkan pajak demi pajak? Klas yang menciptakan dan masih mengarahkan manufaktur-manufaktur raksasa, angkatan laut perdagangan yang luar-biasa besarnya, dan sistem perkereta-apian Inggris yang terus meluas? Jelaslah klas itu setidak-tidaknya adalah sama diperlukan seperti klas pekerja yang dikendalikan dan dipimpinnya dari kemajuan ke kemajuan.

Memang, fungsi ekonomik klas menengah kapitalis itu adalah menciptakan sistem modern manufaktur dengan tenaga (mesin) uap dan komunikasi bertenaga uap, dan menghancurkan setiap hambatan ekonomik dan politik yang menunda atau menghalangi perkembangan sistem itu. Tidak disangsikan lagi, selama klas menengah kapitalis menjalankan fungsi ini, dalam keadaan-keadaan seperti itu, ia adalah suatu klas yang diperlukan. Tetapi, masihkah keadaannya seperti itu? Adakah ia masih memenuhi fungsi dasar sebagai pengelola dan pemuai produksi sosial bagi keuntung-an masyarakat seluruhnya? Mari kita periksa.

Kita mulai dengan alat-alat komunikasi. Dan kita dapati telegrafi berada di tangan pemerintah. Perkereta-apian dan sebagian besar kapal-kapal uang samudera dimiliki, bukan oleh kapitalis-kapitalis individual yang mengelola bisnis mereka sendiri, melainkan dimiliki oleh perusahaan-perusahaan perseroan yang bisnisnya dikelola untuk mereka oleh pegawai-pegawai bayaran, oleh pegawai-pegawai yang kedudukannya sepenuh dan selengkapnya adalah sebagai pekerja-pekerja atasan dan yang dibayar lebih baik. Sedangkan yang mengenai para direktur dan pemegang saham, mereka mengetahui bahwa semakin sedikit yang tersebut duluan mencampuri manajemen, dan yang tersebut belakangan dengan supervisi/penilikan, semakin baiklah itu bagi perseroan tersebut. Suatu pengawasan yang longgar dan cuma resminya saja memang merupakan satu-satunya fungsi yang tersisa bagi para pemilik bisnis itu. Dengan demikian kita melihat bahwa sesungguhnya para pemilik kapitalis perusahaan-perusahaan raksasa ini tidak mempunyai kegiatan lain dalam perusahaan-perusahaan itu kecuali menerima dividen-dividen (pembagian keuntungan) setengah-tahunan. Di sini fungsi sosial para kapitalis telah dia-lihkan pada pegawai-pegawai yang dibayar dengan upah; sedangkan ia sendiri terus mengantongi, dengan dividen-dividen itu, upah untuk fungsi-fungsi itu, sekalipun ia telah ber-henti mengerjakannya.

Tetapi sebuah fungsi lain masih tersisa bagi kaum kapitalis itu, yang telah dipaksa "pensiun" dari manajemen karena luasnya perusaha-an-perusahaan raksasa bersangkutan. Dan fungsi ini ialah berspekulasi dengan saham-sahamnya di pasar bursa. Karena tiada sesuatu untuk dikerjakan, maka para "pensiunan" kita itu, atau yang sesungguhnya para kapitalis yang digantikan itu, berjudi sesuka-suka hati mereka di lingkungan gemah-ripah ini. Mereka pergi ke sana dengan niat tegas untuk me-ngantongi uang yang pura-pura mereka peroleh (sebagai ‘upah’) sekalipun mereka mengatakan, bahwa asal-muasal segala pemilikan adalah kerja dan simpanan -- barangkali me-mang asal-muasalnya, tetap jelas bukan tuju-annya. Betapa munafiknya: dengan kekerasan menutup rumah-rumah judi yang kecil-kecil, sedangkan masyarakat kapitalis kita tidak dapat hidup tanpa sebuah rumah judi raksasa, di mana berjuta-juta demi berjuta-juta diderita sebagai kekalahan dan dimenangkan, menjadi pusat masyarakat itu sendiri! Di sini, sesungguhnya, keberadaan para kapitalis pemegang saham yang "pensiun" itu tidak hanya menjadi berlebihan, melainkan juga suatu gangguan yang tiada terhingga.

Kenyataan yang sebenarnya dalam perkereta-apian dan perkapalan-uap hari demi hari kian menjadi kenyataan pula bagi semua peru-sahaan manufaktur besar dan perdagangan. "Pengambangan" – mengubah kongsi-kongsi perseorangan besar menjadi perseroan-perseroan terbatas – telah menjadi kenyataan selama lebih dari sepuluh tahun terakhir. Dari pergudangan-pergudangan kota Manchester hingga bengkel-bengkel dan tambang-tambang batubara di Wales dan di Utara dan pabrik-pabrik Lancashire, segala sesuatu sedang atau telah dibuat mengambang. Di seluruh Oldham nyaris tersisa sebuah pabrik katun yang berada di ta-ngan perseorangan; bahkan pedagang eceran semakin digantikan oleh ‘toko-toko koperatif,’ yang sebagian terbesarnya hanyalah koperasi dalam nama belaka -- tetapi mengenai ini kita tunda untuk lain kali. Demikianlah telah kita melihat bahwa oleh perkembangan sistem produksi kapitalis itu sendiri, kaum kapitalis digantikan secara sama seperti pemintal-tangan. Tetapi dengan perbedaan, bahwa pemintaltangan ditakdirkan pelan-pelan mati-kelaparan, Dan kapitalis yang digantikan itu dengan kematian pelahan-lahan karena terlampau banyak makan. Dalam hal ini mereka umumnya sama saja: kedua-duanya tidak mengetahui harus bagaimana diri mereka itu.

Maka, inilah hasilnya: perkembangan ekonomik masyarakat aktual kita semakin cenderung berkonsentrasi, mengsosialisasikan produksi ke dalam perusahaan-perusahaan raksasa yang tidak dapat lagi dikelola oleh kaum kapitalis tunggal. Segala omong-kosong mengenai "ketajaman melihat", dan keajaiban-keajaiban yang dihasilkannya, berubah menjadi omong-kosong besar segera setelah suatu perusahaan mencapai suatu ukuran tertentu. Bayangkanlah "ketajaman melihat" Perkereta-apian London dan Barat-laut! Tetapi, yang tidak dapat dikerjakan oleh sang majikan/ahli, pekerja biasa, hamba-hamba perusahaan yang berupah, dapat melakukannya dan itupun dengan berhasil.

Demikianlah, kaum kapitalis tidak dapat lagi mengklaim keuntungan-keuntungan/laba sebagai "upah pengawasan/supervisi," karena ia tidak mengsupervisi apapun. Biarlah selalu kita ingat itu, manakala para pembela modal menggembar-gemborkan kalimat itu.

Tetapi, dalam nomor minggu lalu, telah kita coba buktikan bahwa klas kapitalis juga menjadi tidak mampu mengelola sistem produktif raksasa negeri ini; bahwa di satu pihak mereka telah memperluas produksi sehingga secara berkala membanjiri seluruh pasar dengan produk-produk, dan di lain pihak menjadi semakin tidak mampu mempertahankan diri terhadap persaingan dari luar (negeri). Demikianlah kita mendapati, bahwa kita tidak saja dapat dengan sangat baik mengelola industri-industri besar negeri ini tanpa campur-tangan klas kapitalis, tetapi juga, bahwa campur-tangan mereka itu semakin menjadi gangguan tak-terhingga.

Kembali kita berkata pada mereka, "Mundurlah! Berikan kesempatan kepada klas pekerja."


("Klas-klas Masyarakat – Diperlukan dan Berlebihan," terbit dalam The Labour Standard - London, Augustus 1881.)




UPAH SEHARI YANG LAYAK BAGI KERJA SEHARI YANG LAYAK

oleh: Friedrich Engels


Tahun 1881
(ditulis sebagai editorial untuk LABOUR STANDARD, London)


Yang di atas ini sekarang, selama limapuluh tahun belakangan, telah menjadi semboyan gerakan klas-pekerja Inggris. Ia telah berjasa sekali pada waktu kebangkitan Serikat-Serikat Sekerja setelah penolakan Undang-Undang Kombinasi yang jahat pada tahun 1824; ia bahkan berjasa lebih besar lagi pada masa kejayaan gerakan Chartis, ketika kaum pekerja Inggris berbaris di depan klas pekerja Eropa. Tetapi zaman terus berlalu, dan sangat banyak hal yang dihasratkan dan diperlukan limapuluh tahun, dan bahkan tigapuluh tahun yang lalu, sekarang sudah ketinggalan zaman dan akan betul-betul tidak pada tempatnya. Adakah semboyan lama yang selama ini dikibarkan itu juga termasuk di situ?

Upah sehari yang layak bagi kerja sehari yang layak? Tetapi, apakah upah sehari yang layak itu, dan apakah kerja sehari yang layak itu? Bagaimana mereka itu ditentukan oleh hukum-hukum yang mendasari keberadaan masyarakat modern dan yang mengembangkannya? Sebagai jawaban atas pertanyaan ini jangan kita bersandar pada ilmu pengetahuan moral atau hukum dan keadilan, atau pada sesuatu perasaan kemanusiaan yang sentimental, kewajaran, atau bahkan kedermawanan yang secara moral layak, yang bahkan adil menurut hukum, mungkin sekali sangat jauh daripada layak secara sosial. Kelayakan atau ketidak-layakan sosial ditentukan oleh satu ilmu pengetahuan saja – ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kenyataan-kenyataan material dari produksi dan pertukaran, ilmu pe-ngetahuan ekonomi politik.

Nah, apakah yang disebut ekonomi-politik sebagai upah sehari yang layak dan kerja sehari yang layak itu? Hanyalah tingkat upah-upah dan lamanya dan intensitas kerja sehari yang ditentukan oleh persaingan dan pemberi-kerja dan yang dipekerjakan di pasar terbuka. Dan apakah mereka itu, jika ditentukan sedemikian?

Upah sehari kerja, dalam kondisi-kondisi normal, ialah jumlah yang diperlukan oleh pekerja untuk memperoleh bekal-bekal kehidupan (means of existence) yang diperlukan, sesuai standar hidup; kedudukan dan negeri, dan untuk menjaga agar dirinya dalam kemampuan kerja dan untuk mengembang-biakkan kaumnya (race). Tingkat upah-upah yang nyata (aktual), dengan fluktuasi-fluktuasi perdagangan, kadang-kadang mungkin di atas, kadang-kadang di bawah tingkat ini; tetapi, dalam keadaan-ke-adaan layak, tingkat itu seharusnya merupa-kan rata-rata semua ayunan (oskilasi).

Kerja sehari yang layak ialah lamanya hari kerja dan intensitas kerja sesungguhnya yang dicurahkan tenaga kerja sehari penuh seorang pekerja tanpa melanggar batas kemampuan-nya bagi jumlah kerja yang sama untuk hari berikutnya dan seterusnya.

Maka, transaksi itu dapatlah digambarkan sebagai berikut -- si pekerja memberikan kepada Kapitalis tenaga kerja sehari penuhnya; yaitu, sebanyak darinya yang dapat diberikannya tanpa menyebabkan ketidak-mungkinan peng-ulangan terus-menerus transaksi itu. Sebagai penukarnya pekerja tersebut menerima imba-lannya, tidak lebih dari kebutuhan-kebutuhan hidup yang diperlukan untuk menjaga pengulangan transaksi yang sama setiap hari (berikutnya). Si pekerja memberikan sekian itu, Kapitalis memberikan sesedikit itu, sesuai yang diperkenankan dari transaksi tersebut. Ini merupakan jenis kelayakan yang sangat khas.

Tetapi, marilah kita lebih mencermati hal ini. Karena menurut para ekonom-politik, upah-upah dan hari-hari kerja ditetapkan oleh persaingan, maka kelayakan tampaknya menuntut bahwa kedua belah pihak mesti mempunyai awalan yang sama layaknya secara sama-derajat. Tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Si Kapitalis, jika ia tidak dapat sepakat dengan si Pekerja, dapat saja menunggu, dan hidup dari modalnya. Si Pekerja tidak berkemampuan begitu. Baginya hanya ada upah-upah itu untuk hidup, dan oleh karenanya mesti mene-rima pekerjaan kapan saja, di mana saja, dan dengan syarat-syarat apa saja yang dapat diperolehnya. Si Pekerja tidak menikmati/memiliki awalan yang layak. Ia sangat dirundung ke-takutan akan kelaparan. Namun begitu, menu-rut ekonomi politik klas Kapitalis, demikian itu-lah warna sebenarnya dari kelayakan itu.

Tetapi ini baru sebagian kecil saja. Penerap-an tenaga mekanik dan mesin dalam pekerja-an-pekerjaan baru, dan perluasan dan perbai-kan-perbaikan mesin dalam usaha-usaha yang sudah menggunakannya, terus menggusur semakin banyak "tangan" (pekerja); dan itu terjadi dalam laju yang jauh lebih cepat daripada laju "tangan-tangan" itu dapat diserap oleh, dan menemukan pekerjaan di dalam, usaha-usaha manufaktur negeri bersangkutan. "Tangan-tangan" yang digantikan ini membentuk barisan cadangan industrial yang sesungguhnya untuk kegunaan Modal. Jika perdagangan sedang buruk, mereka itu bisa kelaparan, mengemis, mencuri, atau ke tempat-kerja; jika perdagangan sedang baik, mereka siap (dipakai) untuk meluaskan produksi; Dan hingga laki-laki, perempuan atau anak terakhir dari barisan cadangan (tenaga kerja cadangan) ini akan memperoleh pekerjaan -- yang, hanya terjadi pada masa-masa kekalutan over-produksi -- hingga di situlah persaingannya akan menekan upah-upah, Dan dengan keberada-annya saja memperkuat kekuasaan Modal dalam pergulatannya dengan Kerja. Dalam perlombaan dengan Modal itu, Kerja tidak saja berintangan (handycapped), ia harus pula menyeret sebuah bola-besi raksasa yang dikeling-kan pada kakinya. Namun ini (pun) adalah layak menurut ekonomi politik Kapitalis.

Tetapi, mari kita meneliti dari dana apakah Modal (Capital) membayar upah-upah yang sangat layak ini? Dari modal, tentu saja. Teta-pi, modal tidak menghasilkan nilai. Kerja, di samping tanah, adalah sumber kekayaan satu-satunya; modal itu sendiri tidak lain Dan tidak bukan hanyalah tumpukan/timbunan hasil kerja. Sehingga upah-upah Kerja dibayar dari kerja, Dan si pekerja dibayar dari hasil (kerja)-nya sendiri. Menurut yang dapat kita sebut kelayakan umum, upah-upah pekerja semestinya terdiri atas produk (hasil) kerjanya sendiri. Tetapi itu tidak akan layak menurut ekonomi politik. Sebaliknya, hasil kerja pekerja pergi kepada Kapitalis, Dan si pekerja mendapatkan dari situ tidak lebih daripada kebutuhan-kebutuhan da-sar kehidupan. Dan demikianlah kesudahan perlombaan persaingan yang luar-biasa layak ini adalah bahwa hasil kerja dari yang melaku-kan pekerjaan secara tidak-terelakan lagi berakumulasi di tangan-tangan mereka yang tidak bekerja, dan di tangan mereka itu menjadi alat yang paling kuasa untuk memperbudak justru orang-orang yang menghasilkannya.

Upah sehari yang layak bagi kerja sehari yang layak! Masih banyak lagi yang dapat di-sampaikan mengenai kerja sehari yang layak itu, yang kelayakannya sepenuhnya setara dengan kelayakan upah-upah itu. Tetapi hal ini mesti kita bicarakan di lain kesempatan. Dari yang diuraikan di atas, jelas sekali bahwa semboyan lama itu telah kadaluwarsa, dan dewasa ini tidak dapat bertahan lebih lama lagi. Kelayakan ekonomi politik, yaitu sebagaimana yang dengan sebenar-benarnya menentukan hukum-hukum yang menguasai masyarakat sekarang, kelayakan itu sepenuhnya ada pada satu pihak -- pada pihak Modal.

Maka itu, biarlah semboyan lama itu dikubur untuk selama-selamanya dan digantikan dengan semboyan lain:
PEMILIKAN ATAS ALAT-ALAT KERJA – BAHAN MENTAH, PABRIK-PABRIK, MESIN-MESIN – OLEH RAKYAT PEKERJA SENDIRI.





PENGHAPUSAN HAK PEMILIKAN ATAS TANAH
(Memorandum untuk Robert Applegarth, 3 Desember 1869)

oleh Karl Marx



Pemilikan atas tanah – sumber awal dari semua kekayaan – telah menjadi masalah besar yang pemecahannya menentukan hari-depan klas pekerja.

Sekalipun tidak bermaksud mendiskusikan di sini semua argumen yang dikedepankan oleh para pembela hak-pemilikan partikelir atas tanah – para ahli-hukum, -filsafat, dan -ekonomi-politik – pertama-tama akan kita nyatakan bahwa mereka menyamarkan kenyataan sebenarnya tentang penaklukan dengan jubah hak-alamiah. Jika penaklukan (perebutan) merupakan suatu hak alamiah di pihak (orang-orang) yang sedikit jumlahnya, maka yang banyak hanya perlu mengumpulkan kekuatan secukupnya untuk memperoleh hak alamiah merebut kembali yang telah dirampas dari pihak mereka. Dalam perjalanan sejarah, para penakluk itu berusaha memberikan semacam sanksi sosial pada hak asli mereka yang mereka dapatkan melalui kekerasan kasat mata, melalui alat-alat hukum yang mereka paksakan. Pada akhirnya datanglah filsuf yang menyatakan hukum-hukum itu mengimplikasikan persetujuan universal dari masyarakat. Seandainya memang benar hak-pemilikan tanah secara perseorangan itu berdasarkan persetujuan universal seperti itu, maka kita menegaskan bahwa perkembangan ekonomi masyarakat, peningkatan jumlah dan konsentrasi rakyat, keharusan akan kerja kolektif dan terorganisasinya pertanian maupun mesin-mesin dan penemuan-penemuan serupa, menjadikan nasionalisasi atas tanah suatu keharusan sosial, yang terhadapnya tidak akan mempan segala macam omongan tentang hak-hak pemilikan.

Perubahan-perubahan yang diimlakkan ke-harusan sosial pasti akan berjalan, lambat atau cepat, karena tuntutan-tuntutan kebutuhan ma-syarakat harus dipenuhi, dan perundang-un-dangan selalu akan dipaksa untuk menyesuai-kan diri dengan keperluan itu.

Yang kita perlukan ialah produksi yang hari demi hari meningkat, yang urgensinya tidak dapat dipenuhi dengan membiarkan sekelompok kecil individu mengaturnya sesuka mereka dan kepentingan-kepentingan pribadi atau secara bodoh menghabis-habiskan daya bumi (tanah). Semua cara modern seperti irigasi, drainase, penggarapan tanah dengan mesin, pemeliharaan secara kimiawi, dsb., pada akhir-nya haruslah dilakukan dalam pertanian. Na-mun, pengetahuan ilmiah yang kita miliki, dan alat-alat tehnik pertanian yang kita kuasai, seperti permesinan, dsb., tidak akan pernah da-pat diterapkan secara berhasil kecuali dengan pembumi-dayaan tanah secara besar-besaran. Penggarapan tanah secara besar-besaran -- bahkan dalam bentuk sekarang yang kapitalistik, yang memerosotkan produser itu sendiri menjadi sekedar hewan kerja -- mesti menunjukan hasil-hasil yang jauh lebih unggul daripa-da penggarapan tanah secara sebagian-seba-gian dan kecil-kecilan -- tidakkah itu, jika dite-rapkan dalam dimensi-dimensi nasional, jelas memberikan dorongan luar biasa pada produksi? Kebutuhan rakyat yang terus-meningkat di satu pihak, terus meningkatnya harga produk-produk agrikultur di lain pihak, menjadi bukti yang tidak dapat disangkal bahwa nasionalisasi atas tanah telah menjadi suatu keharusan sosial. Pengerdilan produksi pertanian yang bersumber pada penyalahgunaan individual menjadi tidak dimungkinkan lagi dengan pelaksanaan kultivasi yang terkendali/diawasi, dengan suatu biaya dan demi keuntungan bangsa.

Perancis seringkali dijadikan contoh, tetapi dengan hak-pemilikan pertaniannya Perancis adalah lebih jauh dari nasionalisasi tanah jika dibandingkan dengan Inggris dengan landlordisme-(sistem tuan-tanah)-nya. Memang benar, bahwa di Perancis, tanah itu ‘terbuka’ bagi semua orang yang dapat membelinya, tetapi justru fasilitas/kemudahan ini telah melahirkan pembagian tanah menjadi bidang-bidang kecil yang digarap oleh orang yang berpenghasilan rendah dan terutama mesti bersandar pada sumber-sumber kerja badaniah diri mereka sendiri Dan keluarga-keluarga mereka. Bentuk pemilikan tanah ini dan penggarapan yang berbidang kecil-kecil yang diakibatkannya tidak saja memustahilkan semua penerapanan kemajuan-kemajuan pertanian modern, melainkan sekaligus mengubah penggarap itu sendiri menjadi musuh paling keras terhadap segala kemajuan sosial, dan terutama sekali, musuh terhadap nasionalisasi tanah. Terikat pada tanah, yang penggarapannya menyedot seluruh daya vitalnya agar dapat memperoleh hasil yang relatif kecil/sedikit, terikat pula untuk melepaskan sebagian besar poroduksinya kepada negara dalam bentuk pajak-pajak, pada hukum rumpun dalam bentuk biaya-biaya judisiari, dan pada lintah-darat dalam bentuk bunga; sepenuhnya buta mengenai gerakan masyarakat di luar bidang sempit kegiatannya; ia masih saja bergayut dengan kecintaan-buta pada bidang tanahnya dan sekedar hak-pemilikannya yang cuma nominal atas bidang tanah itu. Dengan cara ini, petani Perancis telah terlempar ke dalam antagonisme yang paling fatal dengan klas pekerja industrial. Hak pemilikan tanah pertanian dengan demikian menjadi hala-ngan terbesar bagi nasionalisasi tanah.

Perancis, dalam keadaannya sekarang, jelas bukan tempat di mana kita mesti mencari suatu pemecahan bagi masalah besar ini. Mena-sionalisasi tanah dan membaginya dalam bidang-bidang tanah kecil pada orang perseorangan atau perhimpunan-perhimpunan pe-kerja akan, dengan sebuah pemerintah klas-menengah, cuma menimbulkan persaingan serampangan di antara mereka, dan menyebab-kan suatu peningkatan ‘bunga’ tertentu, dan dengan demikian memberikan fasilitas-fasilitas baru pada para pemilik dalam menghisap kaum produsen.

Dalam Kongres Internasional di Brussel, pada tahun 1868, seorang temanku berkata:

"Hak pemilikan tanah kecil secara perseo-rangan bernasib gagal oleh keputusan ilmu pengetahuan; hak pemilikan tanah luas secara perseorangan oleh keadilan. Maka hanya tersisa satu alternatif saja. Tanah mesti menjadi milik persekutuan-persekutuan desa, atau milik seluruh bangsa. Masa depan akan menentukan hal ini.’

Tetapi aku, sebaliknya, mengatakan:

"Masa depan akan menentukan bahwa tanah hanya dapat dimiliki secara nasional. Menyerahkan tanah ke tangan pekerja-pekerja pedesaan yang bersatu akan berarti menyerahkan seluruh masyarakat pada satu klas produser saja. Nasionalisasi atas tanah akan menghasilkan suatu perubahan menyeluruh dalam hubungan antara kerja dan modal dan akhirnya akan sepenuhnya menghapus produksi kapitalis, baik yang industrial atau yang pedesaan. Hanya pada waktu itulah perbedaan-perbedaan klas dan hak-hak istimewa klas akan lenyap bersama basis ekonomik yang menjadi asal-muasalnya dan masyarakat akan ditransformasi menjadi suatu asosiasi kaum ‘produser’. Hidup atas kerja orang lain akan menjadi sesuatu dari masa lalu. Tidak akan ada lagi suatu pemerintahan atau suatu nega-ra yang beda dari masyarakat itu sendiri."

Pertanian, pertambangan, manufaktur, singkat kata, semua cabang produksi akan secara bertahap terorganisasi dalam bentuk yang paling efektif. Pemusatan/sentralisasi atas alat-alat produksi secara nasional akan menjadi basis alamiah sesuatu masyarakat yang tersusun dari asosiasi-asosiasi para produser yang bebas dan sederajat, yang secara sadar beraksi berdasarkan sebuah rencana umum dan rasional.

Demikian itulah tujuan yang menjadi arah/kecenderungan gerakan besar ekonomi abad ke XIX.




Tidak mudah menghapus dan mencuci otak para ex anggota PKI maupun rakyat pada umumnya yang mengalami keberingasan dan kekejian rejim Soeharto. Apalagi rejim Soeharto tidak membangun kesejahteraan rakyat kecuali kesejahteraan keluarga sendiri. Kondisi tersebut menjadi kondisi yang subur bagi lahirnya "gerakan komunis" yang "tanpa bentuk." Gerakan yang tidak mempunyai pucuk pimpinan dan instruksi, namun hidup di sanubari banyak orang. Ketidak-adilan adalah satu-satunya sebab dari hidupnya gagasan-gagasan komunisme di dalam masyarakat.

Perkembangan di jaman reformasi Habibie adalah upaya ex-tapol 1965 untuk perbaikan kondisi sosial-politik-ekonomi yang selama ini dihabisi oleh rejim Soeharto, seperti dilakukan Bakri Ilyas melalui Komnas HAM.

Surat Ex Tapol 1965 Bakri Ilyas Kepada Komnas HAM

Kami bersungguh hati dalam membangun pemahaman agar masyarakat benar-benar mengerti tentang apa itu PKI. Komunisme bukan atheisme, negeri-negeri komunis juga menghargai warga negaranya untuk beragama. Juga komunisme bukan pembunuh seperti dongeng ciptaan Orde Baru bahwa pembunuhan para jenderal pada penghujung September 1965 adalah ulah PKI. Itu kesalahan besar dan tidak masuk akal, mengingat PKI waktu itu belum membentuk barisan para-militer maupun militernya. Sedangkan pembunuhan itu sendiri dilakukan jelas-jelas dilakukan oleh para kolonel dari Angkatan Darat. "Biro Khusus" PKI, sebagai pihak yang berada di balik pembunuhan 1965, adalah isapan jempol yang didongengkan melalui mulut intel (Sam Kamaruzaman dan Pono) yang disuruh mengakui bahwa biro itu ada.





SELESAI