Lemah Kuning! Nama ini sengaja aku pilih, karena ini akan mengingatkan pada suatu masalah tersendiri, yang menjadi harus dicampakkan, dan dijauhkan dari kebenaran. Dan mungkin kebenaran itu hanya menjadi suatu impian belaka. Namun demikian marilah kita bermimpi, banyak orang mengatakan dengin bermimpi suatu saat akan menjadi kenyataan. Jauh sebelum saya menggunakan kata ini untuk memberi judul blog, hanya satu masalah yang muncul ketika dilakukan pencarian menggunakan google.

7.12.10

Memahami Ketelitian

Penanggalan Jawa




Hari ini tanggal 7 Desember 2010, bila dikonversi ke penaggalan Jawa sebenarnya masih tanggal 30 Besar 1943S merupakan tahun Dal. Apabila pembaca mengerti benar tentang sejarah penanggalan Jawa ini, hal di atas sebenarnya terasa janggal, tetapi itulah yang sudah digariskan oleh para leluhur bangsa Jawa ini.

Penanggalan/kalender Jawa ini mulai diterapkan secara resmi oleh Raja Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1625 Masehi, yang bertepatan dengan tahun 1035 Hijriyah atau tahun 1457 Saka. Inilah istimewanya Kalender Jawa ini, dimana sebenarnya kalender tahun Saka adalah merupakan kelender asli orang India. Tetapi kemudian tahun 1457 Saka terus ditetapkan sebagai awal penghitungan penanggalan Jawa tersebut. Sedangkan sebenarnya tahun Saka itu sendiri menganut sistim peredaran matahari dan penanggalan Jawa menganut sistim peredaran bulan seperti tahun Hijriah. 

Bila diperhatikan secara seksama pada ringkasan gambar diatas, maka ada perbedaan yang sangat tajam antara sistem penanggalan Jawa dibandingkan dengan kalender Masehi, Hijjriah maupun Saka. Pada kalender Masehi ada satuan waktu yang namanya Abad yaitu seratus tahun, di kalender Saka dan Hijriyah tidak diketahui, tetapi di sistim penanggalan Jawa ada satuan waktu yang namanya Windu yang lamanya 8 tahun dan Kurup yang lamanya 15 Windu atau sama dengan 120 tahun. Sedemikian detailnya penanggalan Jawa ini sehingga setiap waktu dan satuannya mempunyai nama sendiri-sendiri dan ciri khas yang berbeda-beda pula.

Belakangan ini kita kadang-kala mendengar Kurup Aboge (Alip Rebo Wage) masih disebut-sebut untuk menghitung awal tahun Alip, sedangkan Kurup waktu itu sudah berakhir pada 23 Maret 1936 (30 Besar 1866 tahun Jawa/Saka). Kurup sekarang yang berlaku adalah Kurup Asapon yang akan berakhir nanti pada tanggal 25 Agustus 2052 (30 Besar 1986 tahun Jawa/Saka). Jadi sebagai patokan perhitungan yang benar pada saat ini adalah awal tahun Alip selalu jatuh pada hari Sloso Pon (Alip Sloso Pon). 

Perhitungan seperti diatas adalah jauh lebih teliti dibandingkan dengan perhitungan tahun Masehi yang hanya menggunakan tahun kabisat, dengan menambah satu hari untuk setiap 4 tahun. Yang mestinya juga harus dikoreksi dengan mengurangi satu hari lagi untuk setiap empat ratus tahun. Bandingkan dengan kalender Hijriah yang selalu kebingungan untuk menetapkan tanggal 1 setiap bulannya, karena harus benar-benar bayangan bulan itu bisa dilihat secara langsung.

Untuk penjelasan pada nama tahun dan bulan yang dibelakangnya ada angka-angkanya adalah sebagai berikut. Angka yang terdapat dibelakang nama tahun adalah jumlah hari dalam satu tahun pada nama tahun tersebut. Angka-angka yang terdapat dibelakang nama bulan adalah jumlah hari pada nama bulan tersebut kecuali yang dibelakangnya ada dua angka (29/30). Penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu adalah, untuk bulan Sapar dan Jim Akhir pada tahun Dal maka jumlah hari 30 dan pada tahun yang lainnya 29 hari. Untuk bulan Jumadi Awal pada tahun Dal jumlah hari 29 dan pada tahun lain-lainnya 30 hari. Dan khusus bulan Besar, maka jumlah hari adalah 30 apabila pada tahun itu merupakan tahun panjang (355 hari) dan jumlah hari adalah 29 untuk tahun-tahun pendek (354 hari), dan tentu saja juga ketika berubah Kurupnya.

Sebenarnya masih banyak nama-nama lain untuk satuan waktu tertentu yang sifatnya sebagai pelengkap saja. Misalnya ada wuku yang jumlahnya 30. Setiap wuku mempunyai satuan waktu 210 hari. Ada pringkelan yang hanya 6 hari, padewan yang hanya 8 hari, dan padangon 9 hari. Tiga yang saya sebutkan terakhir adalah mirip dengan pasaran (nama hari yang jumlahnya 5) dan padinan (nama hari yang jumlahnya 7). Tabel tambahan tersebut bisa dilihat di bawah ini:























Meskipun demikian Kalender Saka masih tetap sangat berpengaruh di Tanah Jawa ini. Ini adalah semata-mata karena masalah agraris, dimana untuk menentukan kapan harus mulai suatu kegiatan di dalam bercocok-tanam harus memperhatikan musim yang ada. Musim adalah kaitannya dengan Kalender yang menggunakan sistim peredaran matahari, salah satunya kalender Saka. Namun demikian kalender ini telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga yang terbaca hanyalah sebuah musin. Contohnya ketigo, adalah musim dimana curah hujan menjadi sangat sedikit sehingga pertanian hampir-hampir tidak dapat dilaksanakan. Musim kapat, diasumsikam dengan musim dimana binantang-binatang piaraan banyak melangsungkan perkawinannya. Musim kasongo, adalah dimana musim hujan mulai datang sehingga guruh dan halilintar akan menggelegar tak henti-hentinya. Secara keseluruhan musim-musim yang dikonversikan dari bulan-bulan pada kelender Saka bisa dilihat pada tabel di bawah ini.