Lemah Kuning! Nama ini sengaja aku pilih, karena ini akan mengingatkan pada suatu masalah tersendiri, yang menjadi harus dicampakkan, dan dijauhkan dari kebenaran. Dan mungkin kebenaran itu hanya menjadi suatu impian belaka. Namun demikian marilah kita bermimpi, banyak orang mengatakan dengin bermimpi suatu saat akan menjadi kenyataan. Jauh sebelum saya menggunakan kata ini untuk memberi judul blog, hanya satu masalah yang muncul ketika dilakukan pencarian menggunakan google.

17.11.13

Grass Jelly Drink

Janggelan

Membahas makanan yang satu ini di musim hujan kok rasanya kurang cocok, tetapi apa daya karena memang terlambat terbit. Saya mendapatkan makanan seperti gambar di samping ini adalah ketika musim sedang panas-panasnya, ketika itu seorang teman mengambil dari etalase toko makanan yang seperti ini dan langsung menyorongkan ke hadapanku untuk aku santap, katanya: "Pasti kau suka!" Saya ragu, tak urung ku tengguk juga. Selintas kemudian aku teringat masa-masa yang lampau ketika sehari-harinya merasakan makanan tersebut, janggelan.

Dulu ketika aku kecil, makanan ini aku dapatkan di warung sederhana dekat rumah dibungkus dengan daun pisang dan harganya Rp5,-. Setelah aku merasakan makanan itu aku menjadi ketagihan, dan hampir setiap hari aku membelinya, karena memang rasanya yang segar dan tidak terlalu manis. Kata manis ini menjadi pertanyaan selanjutnya, kenapa harus manis? Pertanyaan ini rupanya tidak akan dibahas sekarang, mungkin lain waktu. 

Di Indonesia makanan ini dikenal sebagai cincau (id), janggelan (jv), sedangkan camcau (jv) adalah merupakan species yang berbeda. Ternyata di dunia ini khususnya Asia ada banyak species yang bisa diambil sarinya dengan air kemudian dipadatkan (memadat). Di negri asalnya, China, species yang digunakan adalah Mesona chinensis, sedangkan di Vietnam juga menggunakan Tiliacora triandra disamping Mesona chinensis tadi. Di Indonesia ada tiga species dan semua berbeda dengan species diatas, yaitu: Mesona palustris (cincau hitam = janggelan), Melastoma polyanthum (cincau perdu) dan Cyclea barbata (cincau hijau).

Sebenarnya saya tertarik untuk membuat cerita tentang cincau ini karena hal di atas. Ternyata tumbuhan yang sudah sejak lama dipakai sebagai minuman (memang mungkin minuman kampung) belum banyak dikenal orang, terbukti sangat sulit untuk mendapatkan keterangan tentang hal itu, terutama tentang klasifikasi tumbuhan itu sendiri.

Ini adalah cerita lain tentang cincau atau semacamnya. Ketika kecil saya sering bermain dengan daun-daunan yang mungkin juga bisa menjadi minuman yaitu kaca piring (Gardenia jasminoides). Sama seperti cincau maka daun dari tumbuhan ini juga akan mengeluarkan cairan yang dapat mengental, tetapi memang tidak pernah untuk dimakan, jelas rasanya dan mungkin malah beracun (tidak bisa dimakan). Ketika beranjak besar maka saya sendiri sering meramu sendiri cincau hijau untuk dimakan, daunnya dibiakkan dengan cara merambatkan pada seutas tali ijuk yang dibentangkan dan ditambatkan pada pohon kelapa. Cincau hijau rasanya memanag tidak seenak cincau hitam karena agak langu(jv) sedikit. Untuk menghilangkan rasa itu biasanya ibu saya menambahkan air jeruk nipis. Sebagai pemanis (lagi-lagi manis) digunakan gula merah yang dicairkan, dan sedikit santan. Mungkin gambar berikut ini pendekatannya.

 







20.10.13

Sekitar

CUPU KYAI PANJALA



Semua keterangan dalam naskah ini bukan pengalaman pribadi saya maupun hasil pengamatan langsung. Jadi mohon maaf bila ada suatu kesalahan ataupun kekeliruan tentang sesuatu hal. Mohon kiranya dapat berkomunikasi melalui e-mail.

Tempatnya adalah Dusun Mendak, Desa Girisekar Kec. Pangang  Kab. Gunungkidul. Sudah diketahui khalayak ramai, isi kotak Cupu Kyai Panjala ada 3 yakni Semar Tinandu, Palang Kinantang dan Kenthiwiri. Ternyata ada dua yang hilang, yakni yang bernama Bagor dan Klobot, hal ini dituturkan langsung oleh jurukunci Cupu Kyai Panjala (red. dibaca Panjolo), Bp. Dwijo Sumarto.

“Cupu Kyai Panjala berada disini sejak tahun 1957, sebelumnya ada di Mendak yang sebelah gereja depan Balai Desa Girisekar itu Mas. Bahkan dahulunya berada di Temu Ireng, Girisuko, Panggang sana. Dan ritual pembukaan Cupu Kyai Panjala ini sudah turun-temurun sejak ratusan tahun silam. Saya adalah keturunan ke-7 dari Eyang Seyek yang memiliki Cupu Kyai Panjala. Memang Eyang Seyek tidak beristri dan tidak memiliki anak, akan tetapi Eyang Seyek ini memiliki 10 saudara kandung, 5 lelaki dan 5 wanita. Kebetulan kakek buyut saya adalah saudara kandung Eyang Seyek ini, maka saya yang menjadi ahli waris,” katanya.

Lebih lanjut kata Bp. Dwijo Sumarto, “Dahulunya isi kotak itu tidak hanya Semar Tinandu, Palang Kinantang dan Kenthiwiri saja, melainkan ada Bagor dan Klobot. Konon ceritanya, karena klobot itu kalau istilah Jawa kulit jagung, sedangkan Bagor itu karung, maka keduanya merasa tidak dihormati. Mengapa tidak dihormati? Sebab namanya selalu disebut-sebut setiap mulut manusia tanpa penghormatan sedikit pun. Lalu mereka lenyap tak berbekas serta tidak kembali hingga sekarang. Kejadian hilangnya Bagor dan Klobot itu sudah lama sekali, lebih dari ratusan tahun silam, bahkan saya sendiri pun belum lahir. Saya tahu ada cerita ini juga dari nenek moyang yang menceritakan kepada saya.”

Konon Cupu Kyai Panjala ini adalah simbol atau alat peramal untuk kondisi atau kejadian bangsa ini dalam masa setahun kedepan. Semar Tinandu adalah gambaran keadaan penguasa dan pejabat tinggi, Palang Kinantang adalah gambaran untuk masyarakat menengah kebawah, sedangkan Kenthiwiri adalah gambaran untuk rakyat kecil. Banyak warga lokal bahkan juga dari luar kota yang masih percaya akan hasil ramalan tersebut, maka digunakanlah acara ritual pembukaan cupu tersebut untuk meminta berkah. Entah itu penglaris usaha, jabatan dan lain-lain. Mereka datang dengan membawa kain mori (kafan) untuk membungkus cupu tersebut. Dari tahun ke tahun akhirnya pembungkus cupu tersebut mencapai puluhan lapis kain, dahulu baru beberapa lembar kain saja. Dan ritual membuka kain Cupu Kiai Panjala ini dulu hanya butuh waktu beberapa jam (tidak sampai dua jam) namun sekarang bisa sampai pagi hari. Terlebih lagi setiap lembar kain yang dibuka harus dilihat secara cermat apakah ada tulisan atau sesuatu tanda yang meramalkan kejadian setahun yang akan datang.

Ritual pembukaan Cupu Kyai Panjala dilaksanakan setiap malam Selasa Kliwon pada bulan Syawal. Prosesi ritual dimulai Selasa dini hari pukul 01.15 WIB dan selesai kurang lebih pukul 04.00 WIB, yang dipimpin juru kunci Dwijo Sumarto. Cupu Kyai Panjala diletakkan dalam peti kayu tertutup ukuran lebar 35 centimeter, panjang 20 centimeter dan tinggi 15 centimeter yang dibungkus kain kafan, besarnya hampir sama sekarung beras 50 kilogram, meski hanya berujud tiga buah guci masing-masing berukuran sekitar sekepal tangan orang dewasa.

Saat dibuka, lembar demi lembar kain kafan itu akan muncul noda berwarna cokelat yang jika dicermati akan membentuk gambar maupun angka-angka. Gambaran inilah yang konon dipercaya warga sebagai ramalan yang akan terjadi pada negeri ini pada setahun yang akan datang. Namun demikian Bp. Dwijo Sumarto tidak akan mengartikan setiap detail gambar noda yang ada di kain pembungkus itu, biarlah menjadi rahasia publik. "Saya tidak berhak menafsirkannya. Biar masyarakat yang mengartikannya," kata Dwijo Sumarto.

Berikut ini uraian sekitar prosesi ritual pembukaan cupu tersebut. Dari sore hari lokasi terus menjadi tujuan para pengunjung sehingga jam 21.00 WIB lokasi sudah penuh baik pelataran maupun jalan menuju lokasi. Di dalam rumah tempat membuka cupu juga sudah penuh sesak dan terasa padat. Panitia sekitar jam 22.00 WIB mulai mengumpulkan nasi dan ingkung ayam (opor ayam utuh) di depan Cupu Panjala yang ada di kamar dan masih tertutup rapat.

Usai ubo rampe disiapkan ingkung ayam siap saji dikeluarkan untuk dimakan, dengan cara dibagi-bagi di dalam piring lengkap dengan nasi dan toge serta bijih lamtoro. Ingkung tidak disajikan utuh tetapi disuwir-suwir kecil sehingga merata. Di dalam rumah, semua pengunjung yang jumlahnya ratusan bisa makan bersama seorang sepiring. Pengunjung yang tidak mampu menghabiskan nasi, banyak yang membungkusnya sebagai tanda oleh-oleh keluarga.

Juru do'a akan mengirigi acara makan, juga akan menyampaikan jumlah orang-orang yang punya hajat dan sukses, serta jumlah orang-orang yang juga punya hajat namun masih dalam tahap-tahap awal dan belum berhasil, maka orang-orang yang sudah berhasil dalam sesajinya menyertakan ingkung sedangkan yang belum berhasil tidak.

Setelah makan tahap awal peserta menunggu racikan yang kedua, sehingga dalam beberapa jam peserta di dalam rumah akan kembali makan, bedanya hanya satu piring untuk dua orang atau dapat  disebut dahar kembul. Proses selanjutnya sambil menunggu acara puncak yakni pembukaan Cupu Panjala, maka peserta banyak yang saling bersenda gurau sambil berkenalan. Juru kunci dan panitia semuanya berpakaian adat Jawa, blangkon, keris dan atribut lainnya. Setelah cukup lama menunggu barulah bungkusan kain putih itu digotong keluar dari kamarnya. Tepat jam 01.15 WIB Cupu Kyai Panjala yang berbungkus kain mori putih akan mulai dibuka. 

Berikut adalah hasil pembukaan Cupu Kyai Panjala pada tahun 2009:

  1. Terdapat sepertiga kain atau selimut kering.
  2. Sisi barat ada gambar orang sedang melangkah pakai jas menghadap ke timur sambil melangkahkan kakinya.
  3. Sisi timur ada gambar lingkaran.
  4. Sisi utara ada gambar kendi.
  5. ?
  6. Sebelah timur ada gambar gunung yang di atasnya ada asapnya.
  7. Ada gambar gunung dan kainnya nglemek (sedikit basah).
  8. Sisi barat ada pulau Sumatera yang terbalik.
  9. Selimut selembar trotol-trotol (bercak dan kotor).
  10. Sebelah barat ada gambar wayang sisi.
  11. Sebelah barat tengah ada gambar sorot matahari.
  12. Sebelah timur ada darah.
  13. Nglemek.
  14. Sebelah selatan ada gambar orang matanya besar melotot, berkumis, hanya tampak kepala.
  15. Sebelah timur ada gambar Kumbokarno.  

Berikut ramalan Cupu Kyai Panjala tahun 2010:

  1. Waspada.
  2. Barat laut ada pasir.
  3. Sering ditemukan bercak darah.
  4. Terdapat gambar pistol laras panjang, di beberapa tempat.
  5. Wayang Durno menghadap barat disebelah selatan.
  6. Gambar celeng (babi hutan) menghadap selatan.
  7. Orang laki-laki dan perempuan yang mau bersalaman. 
  8. Sebelah timur ada gambar gunung ada asapnya. 
  9. Barat daya Durno menghadap utara.
  10. Selatan ada Semar pakai sabuk menghadap ke barata.
  11. Barat daya ada gambar kepala manusia rusak.
  12. Barat daya ada ganbar orang njungkel (jatuh kepala di bawah).
  13. Tenggara menunjukan jam 9.
  14. Tengara kupu-kupu megar.
  15. Timur semut mati.
Arah cupu: Semar Tinandu condong ke barat laut, Palang Kinantang condong ke timur, Ketiwieri tegak.


Berikut ini hasil pembukaan pada tanggal 4 Oktober 2011: 
1. Barat daya dan tenggara bercak darah kering
2. Kafan barat, terdapat gear (gir) lingkaran
3. Tenggara, terdapat tokoh wayang Togog
4. Barat, terdapat kuda berdiri
5. Tenggara, sepucuk pistol
6. Barat, kepala manusia menghadap utara diatasnya ada titik (.) dan angka 3
7. Barat daya, tokoh pewayangan Durno naik hewan dibelakang terdapat telapak kaki
8. Barat daya, tokoh pewayangan Gatotkaca
9.  Barat raksasa/buta dengan mulut menganga menghadap utara
10. Barat, bentuk pancing
11.  Kain sebelah utara kotor, kain sebelah timur bersih
12.  Kain sebalah utara lembab
13.  Tenggara, bercak darah
14.  Barat daya, kepala monyet
15.  Barat ditemukan benda serpihan kayu
16.  Barat daya, gambar anak ayam atau kuthuk
17.  Tenggara, telapak kaki
18.  Barat laut kepala manusia menengadah
19.  Barat daya, ditemukan benda senar
20.  Barat daya, perempuan duduk bersimpuh telanjang
21.  Barat, gunung api diatasnya ada angka 5
22.  Barat, anjing menghadap ke selatan, kepala menengadah
23.  Barat, ditemukan benda rambut
24.  Kondisi kafan lembab merata
25.  Kondisi kafan bercak-bercak merata
26.  Barat, burung hantu
27.  Timur huruf S
28.  Barat, anak kecil, rambut terikat, membawa pedang
29.  Barat daya, perempuan menghadap utara mengenakan serempang
30.  Timur, kura-kura menghadap ke selatan
31.  Utara ditemukan benda benang
32.  Utara, kuda berdiri
33.  Timur ditemukan benda rambut
34.  Selatan ada benda kapas hijau
35.  Barat, nasi aking
36.  Tenggara, bercak kotor
37.  Barat lembab dengan gambar candi borobudur
38.  Selatan ditemukan benda serat bambu
39.  Dua lembar kain basah
40.  Barat, Pulau Jawa
41.  Timur Laut, orang berolah raga
42.  Kain terdekat peti kondisi kering
Posisi peti miring ke arah timur (tutup peti tidak di atas tapi berubah di samping). Posisi Cupu Semar Tinandu dan Palang Kinanthang tegak lurus, Kenthiwiri miring ke arah timur.

  
Berikut adalah pembukaan pada tanggal 18 September 2012:
  1. Sepertiga kain dalam keadaan kering.
  2. Sebelah barat ada orang mengenakan sepatu dan serta menghadap ke arah timur dengan kaki ke depan.
  3. Sebelah timur ada gambar lingkaran, sebelah utara ada gambar kendi.
  4. Sebelah timur terdapat gambar gunung yang tengah mengeluarkan asap.
  5. Kain kafan dalam keadaan basah serta terdapat gambarnya gunung dalam keadaan basah.
  6. Sebelah barat terlihat gambar Pulau Sumatra terbalik.
  7. Kain kafan banyak bercak totol dan kotor.
  8. Sebelah barat laut ada gambar wayang Raden Sombo dan Betara Narodo saling berhadapan.
  9. Sebelah barat terdapat lingkaran bersinar keemasan.
  10. Sebelah timur terdapat bercak darah segar.
  11. Kain kafan basah.
  12. Sebelah selatan ada gambar kepala dengan mata lebar dan berkumis.
  13. Sebelah timur ada gambar tokoh wayang Kumbokarno menghadap ke barat daya.
  14. Kain kafan sisi utara bersih namun sebagian keluar bercak.
  15. Sebelah barat ada angka 3.
  16. Sebelah timur ada gambar angsa menghadap ke selatan.
  17. Sebelah utara ada huruf M.
  18. Sebelah barat ada angka 5 dan angka 3 terbalik.
  19. Sebelah utara ada gambar anak berrambut gimbal menenteng barang.
  20. Sebelah timur ada pasir dan merang padi.
  21. Sebelah selatan ada gambar tokoh wayang Kunti.
  22. Sebelah timur terdapat gambar wayang Wisanggeni.
  23. Sebelah barat ada gambar katak menghadap ke selatan.
  24. Sebelah barat ada gambar darah segar.
  25. Sebelah timur ada gambaran orang yang memiliki rambut pendek.
  26. Sebelah tenggara ada gambar kalajengking.
  27. Sebelah barat laut ada gambar bola.
  28. Sebelah tenggara ada gambar barongsai.
  29. Kain kafan dalam kondisi basah.
  30. Kain kafan kembali dalam keadaan basah.
  31. Sebelah timur terdapat guratan noda membentuk huruf C.
  32. Sebelah barat daya ada gambaran seorang wanita dengan rambut disanggul serta mengenakan serempang.
  33. Sebelah barat ada gambar pepaya berwarna jingga.
  34. Sebelah timur terdapat gambar monyet.
  35. Sebelah utara terdapat benda berupa serat kayu.
  36. Sebelah utara terdapat sobekan kertas.
  37. Sebelah timur terdapat noda yang membentuk tulisan Arab lafaz Allah yang di bawahnya terdapat ada angka 1.
  38. Kain kafan basah.
  39. Sebelah barat daya ada gambar kulit kayu hijau.
  40. Sebelah selatan ada gambar tengkorak besar menghadap ke selatan.
  41. Sebelah tenggara ada gambar tembakau rajangan.
  42. Sebelah timur terdapat gambar wanita tua duduk simpuh menghadap selatan.
  43. Sebelah utara ada benda berupa gagang cengkeh.
  44. Kain kafan dalam kondisi kotor.
  45. Sebelah barat ada gambar pulau Jawa.
  46. Sebelah timur ada gambar tokoh wayang buto dengan rambut gimbal tengah membuka mulut.
  47. Sebelah barat ada gambar nanah kental.
  48. Sebelah barat daya ada gambar wanita dari Suku Dayak dan di bawahnya ada banyak orang.
  49. Sebelah barat ada gambar angka 3.
  50. Sebelah barat terdapat butiran pasir pasir dan sisi utara terdapat biji cabai.
  51. Sebelah selatan ada gambar yang membentuk huruf M.
  52. Sebelah selatan ada gambar kupu-kupu dan sebuah benda berupa secuil plastik.
  53. Sebelah timur ada gambar tokoh wayang Petruk tengah berjoget.
Sebanyak 14 lembar kain kafan berikutnya dalam keadaan bersih dan 25 kain lagi setelahnya dalam keadaan kering. Semua kain tersebut tak terdapat bercak maupun tanda lainnya.


Berikut adalah hasil pembukaan pada hari Selasa Kliwon (08/10/2013). Dari lembar pertama hingga sepertiga tidak dibaca hasilnya, baru setelah lembar sepertiga ada yang bisa terbaca. Hasil dari bukaan lembar per lembar mori pembungkus cupu adalah sebagai berikut :

  1. Kemule garing kemrisik.
  2. Sakprotelu kemul kotor.
  3. Sisih lor kulon ono gambar telapak tangan seko ugel-ugel tekan driji
  4. Lor kulon ono gambar wayang Gatotkaca.
  5. Kemule selembar nglemek (agak basah).
  6. Kulon ono gambar gajah, sikile mburi ndodok sikil ngarep nongkrong.
  7. Sisih kulon ono gambar bocah cilik malangkrik nganggar pistol.
  8. Kidul kulon gambar iwak banyu.
  9. Sisih wetan ono gambar sirah naga madep ngalor.
  10. Lor kulon ono gambar kelinci, sak cerake ono gambar wong lanang wadon sirah thok. Kidul kulon ono gambar wong wadon leyeh-leyeh madep ngetan.
  11. Kemule kotor mubeng.
  12. Sisih kulon ono gambar bal tending.
  13. Kidul wetan gambar bercak-bercak getih garing.
  14. Sisih wetan ono gambar ndas sapi.
  15. Sisih kulon ono gambar wayang Durna.
  16. Sisih lor ono wujud rambut cendak.
  17. Sisih wetan ono wujud kembang bayem.
  18. Kemule garing terus ono nglemek maneh.
  19. Lor kulon ono gambar bintang cacahe 5, sing 2 gede sing 3 cilik.
  20. Sisih kidul kulon ono gambar pulau Jawa, Lombok, lan Sumbawa.
  21. Kidul kulon ono gambar wong nembak.
  22. Sisih kulon ono gambar ongko 8.
  23. Sisih lor ono gambar ongko 42.
  24. Kemule garing kotor kabeh mubeng.
  25. Sisih kidul ono gambar huruf K.
  26. Sisih lor ono gambar wayang Werkudara, Kumbakarna, Kresna, mung Werkudara lan Kumbakarna kaling-kalingan Kresna.
  27. Sisih kidul gambar wong wadon akeh jingkrak-jingkrak, sisih wetan yo podo.
  28. Lor kulon ono gambar kelir, sisih wetan ongko 3.
  29. Sisih kidul kulon ono gambar singo madep ngetan.
  30. Lor wetan ono wujud kleci kacang (kulit ari kacang tanah)
  31. Kemule mangkat resik garing.
  32. Kemule bentuk U trotol kuning.
  33. Sisih kulon ono gambar wong seko dada munggah nganggo kucir madep ngalor.
  34. Sisih wetan ono wujud kapur garing putih.
  35. Kidul kulon ono gambar ongko 7 jaman mbiyen (angka 7 dengan strip)
  36. Lor wetan ono wujud jentik-jentik mati.
  37. Sisih lor karo kulon kemule ngeres.
  38. Sisih wetan ono gambar pitik babon madep ngidul.
  39. Kemule teles.
  40. Kemule garing maneh.
  41. Kidul wetan antarane 6 lembar kemule suwek.
  42. Kemule resik garing.
  43. Kemule teles maneh.
  44. Lor wetan ono gambar ongko romawi VI.
  45. Pojok kidul kulon gambar sirah wong, wetane gambar wayang Semar.
  46. Kidul kulon bercak getih garing.
  47. Sisih lor kulon ono angka 18-11-AA, OBN.
  48. Sisih kidul wetan ono ongko 5.
  49. Sisih wetan karo kidul kulon ono gambar trotol nanah.
  50. Sisih lor ono wujud benik klambi bolongane 4 warnane pinggir coklat tengah ireng putih.
  51. Kemule garing terus tekan njero.
  52. Kidul kulon ono wong botak kaca moto, wetan nganggo iket.
Selanjutnya posisi ketiga guci setelah dibuka adalah untuk Semar Tinandu condong ke utara, Palang Kinantang ke rah timur laut, dengan keadaan tutup Palang Kinantang ambrol sedangkan posisi Kenthiwiri tegak.

20.7.13

KRL Jabotabek

PROGRESS TARIFF































Satu lagi perubahan terjadi di Jakarta, yang memaksakan agar penghuninya segera menyesuaikan diri. Adalah pemberlakuan tiket elektronik (e-ticket) untuk pengguna jasa angkutan kereta KRL. Perubahan pertama sebenarnya terjadi ketika diberlakukannya Route Loop Line. Jalur kereta ini sebenarnya menggantikan dan menyempurnaan rute lama yaitu ketika akan diterapkan KRL Ciliwung dengan armadanya Joko Lelono, yaitu angkutan KRL yang hanya berputar sekitar kota saja. Rutenya: Pasar Senen, Jatinegara, Manggarai, Tanah Abang, Angke dan berakhir di Jakarta Kota atau sebaliknya. Rute itu hanya sempat berjalan beberapa bulan. Entah kenapa atau karena penumpangnya yang kurang dari perkiraan akhirnya jalur ini diberhentikan pengoperasiannya dan digantikan dengan Route Loop Line.

Bagi orang yang tidak tinggal di Jakarta agak susah untuk membayangkan, ketika rute ini diujicobakan pertamakali penumpangnya memang masih sedikit, tetapi kian hari kian bertambah. Pasalnya, orang mau ke Pasar Senen kok harus muter dulu sampai ke Angke, sementara orang beranggapan itu akan cukup memakan waktu (membuang waktu dengan percuma). Tetapi orang lupa bahwa moda yang dinaiki tersebut adalah kereta, suatu moda yang anti macet.

Pada garis besarnya Route Loop Line ini adalah mengubah jalur kereta yang lama menjadi sebagai berikut:

  1. Seluruh KRL yang berasal dari Bekasi, yang dulu melewati Pasar Senen dialihkan melewati Manggarai, Gambir (langsung) dan menuju ke Jakarta Kota.
  2. KRL yang berasal dari Depok atau Bogor, di stasiun Manggarai dibagi dua. Sebagian terus berlanjut menuju Gambir (langsung) dan Jakarta Kota. Dan selebihnya belok ke arah Sudirman, Tanah Abang, Angke, Kampung Bandan, Pasar Senen dan mengakhiri perjalanan di stasiun Jatinegara.
  3. Seluruh KRL dari Serpong hanya sampai Tanah Abang, dan seluruh KRL yang dari Tangerang hanya sampai Duri.
  4. Sedangkan jalur Kereta Lokal non KRL masih sering dirubah-rubah menyesuaikan dengan kondisi dan perkembangan lainnya. 
  5. Yang dimaksud dengan loop line sebenarnya adalah, karena beberapa kereta tidak langsung menuju ke arah yang biasanya (stasiun Jakarta Kota) maka penumpang boleh pindah jalur dengan kereta lain yang lewat tanpa harus membeli tiket lagi. Tetapi kondisi ini berlaku apabila tidak menyimpang dari ketentuan yang berlaku. (Penjelasannya terlalu rumit).    
Perubahan yang saya utarakan sudah cukup membingungkan bagi orang awam yang tidak biasa naik KRL, tetapi bagi yang sudah biasa mungkin malah menjadi harapan yang lebih baik, misalnya orang yang dari Depok atau Bogor ingin ke Pasar Senen atau Jatinegara maka hanya cukup sekali naik KRL dan sudah sampai. Dan bila tetap ingin menuju Kota (Jakarta Kota), juga masih tetap seperti biasa. Yang agak kurang biasa misalnya yang dari Bekasi ingin ke Pasar Senen harus turun dulu di Jatinegara untuk pindah kereta. Dan memang sebenarnyalah perubahan ini untuk menunjang kelancaran lalu-lintas di Jakarta (Mass Rapid Transport/MRT)

Sebelum tiket elektronik diberlakukan, maka moda tersebut tetap dijalankan dengan menggunakan tiket kertas biasa. Namun ada perubahan yang dilakukan oleh PT. KAI tetapi itu tidak dirasakan oleh pengguna jasa moda angkutan ini. Perubahan itu adalah ketika dipublikasikannya Commuter Line, perubahan yang banyak menuai protes justru ketika akan dihapuskannya KRL ekonomi. Tentu saja itu menuai protes karena memang banyak orang yang tidak mengerti apa sesungguhnya dibalik perubahan-perubahan itu.

Hari ini saya mencoba menggunakan moda angkutan tersebut, semenjak terakhir kali saya menggunakannya di salah satu stasiun terpampang pengumuman akan diberlakukannya sistem tiket elektronik progress tariff. Saya berangkat menuju stasiun Pondok Cina dan ingin menuju stasiun Pasar Senen. Dan saya tahu untuk sementara di stasiun Pasar Senen tidak memberhentikan KRL yang berasal dari Depok atau Bogor, jadi saya harus memilih stasiun terdekat dari Pasar Senen: Gondangdia, Juanda, Mangga Besar, Kemayoran atau sekalian Jatinegara. Di stasiun Gambir jelas semua KRL tidak berhenti dari arah manapun. Kalu hari-hari sebelumnya saya memilih Mangga Besar karena, dari Juanda susah untuk mendapatkan angkutan kota yang menuju Pasar Senen, maka kali ini saya memilih Gondangdia karena mengingat progress tariff tersebut, yang artinya lebih jauh pasti lebih mahal.

Di loket saya dikenakan harga Rp 3.500,- ini adalah keterkejutan saya yang pertamakali. Biasanya untuk sampai ke Kota minimal Juanda saya dikenakan harga Rp8.000,- (setelah kenaikan). Saya melanjutkan ke Pasar Senen dengan angkutan kota yang menuju sana, kebetulan pas turun dari stasiun ada lewat P 20 yang dari Lebak Bulus, langsang saja naik. Keterkejutan ke-2 adalah ternyata bus itu Kopaja ber-AC yang ongkosnya juga beda Rp 5.000,- Ya sudah saya lanjutkjan saja perjalanan yang cukup pendek tadi dengan uang gocengan.

Keterkejutan ke-3 adalah setelah urusan selesai di stasiun Pasar Senen, maka untuk kembali lagi ke stasiun Pondok Cina adalah lebih baik bila langsung saja membeli karcis dan naik dari situ. Ternyata saya hanya dikenakan Rp 4.000,- Lalu sebenarnya apakah progress tariff tersebut? Sebenarnya itu hampir sama dengan tarif yang diberlakukan pada telepon genggam. Apabila dalam menggunakan telepon genggam dikenakan tarif seribu rupiah untuk satu menit pertama, dan selanjutnya satu rupiah untuk setiap satu detik, maka pada KRL bunyinya: tigaribu rupiah untuk lima stasiun pertama, dan selanjutnya limaratus rupiah untuk setiap tiga stasiun.

Ternyata harga yang saya dapatkan hari ini jauh lebih murah dibandingkan dengan pernyataan di atas, juga lebih murah dari tarif resmi yang sudah dikeluarkan sebulan sebelumnya untuk sistem ini. Kata saya itu adalah biasa, promosi. Kapan-kapan kalau penumpangnya sudah membludak maka tarif pasti akan dikembalikan ke harga yang sebenarnya. Lalu bagaimana cara kerja e-ticket tadi?

Ada dua macam tiket yaitu untuk single trip dan untuk multi trip. Tiket single trip hanya berlaku untuk satu kali perjalanan, maka setelah diberikan tiket yang sudah di-signing (dimasukkan/ditempelkan ke mesin tertentu agar kartu tiket tersebut mempunyai tanda single trip) oleh petugas, maka kartu tiket tersebut dapat ditempelkan pada mesin pintu pembuka jalan menuju peron, kemudian kartu tiket tersebut tetap dibawa oleh penumpang masuk kedalam kereta. Sampai di tempat tujuan kartu tiket tersebut harus dimasukkan ke pintu pembuka peron sehingga penumpang bisa keluar, kartu tersebut ditinggal di dalam mesin pembuka peron. Kartu tersebut seukuran persis dengan kartu ATM dan juga mempunyai maghnit penyimpan data.

Sedangkan kartu tiket untuk multi trip, ini adalah pengganti kartu abonemen yang biasa digunakan oleh pengguna tetap moda angkutan ini, namun cara kerjanya agak berbeda. Kartu tiket multi trip ini cara kerjanya mirip dengan e-toll card, jadi kalau habis bisa diisi ulang. Karena kartu ini milik pribadi, maka kartu ini tidak ditinggalkan di mesin pembuka pintu peron, tetapi cukup ditempelkan pada mesin dan pintu akan terbuka, kartu tetap dibawa pulang. Ketika ingin melakukan perjalanan maka kartu ini tetap diantrikan di loket untuk dipotong nilainya dan baru bisa ditempelkan pada mesin pembuka peron. (Nampaknya agak ribet dech . . . )

Berikut ini adalah jadwal KRL Jabotabek:
 













 Yang arah sebaliknya tidak aku muat karena terlalu banyak tetapi bisa diperkirakan, demikian juga yang dari Serpong atau Tangerang.

Trimakasih atas perhatianya semoga dapat menjadi wawasan tersendiri.

25.4.13

NGENGAT RAKSASA

(Attacus atlas)

Sepintas kilas orang akan mengira bahwa gambar yang di atas ini adalah kupu-kupu, itu adalah tidak salah karena ngengat satu ordo dengan kupu-kupu, dan bahkan ada yang menyebutnya sebagai kupu-kupu gajah. Lalu apa bedanya antara kupu-kupu dan ngengat? Itu adalah pertanyaan genius yang perlu sekali dijawab. Tetapi karena saya tidak ahli dalam hal biologi, jawaban yang ada di sini tidaklah begitu benar dan memuaskan. Keterangan-keterangan berikut ini saya sarikan dari berbagai sumber yang dapat dipercaya.

Secara kebiasaan kupu-kupu akan terbang dan mencari makan pada siang hari, sementara ngengat akan terbang dan mencari makan setelah gelap dan selalu mendekat ke arah sinar yang baginya sangat menarik perhatian. Jadi ketika selepas maghrib banyak binatang kecil-kecil berterbangan mengelilingi lampu, itulah ngenget yang sering kita jumpai. Perbedaan secara morfologi, yang jelas kupu-kupu mempunyai belalai, ngengat tidak. Kupu-kupu ketika hinggap akan mengatupkan kedua sayapnya, ngengat tidak tetap dalam posisi terbentang. dan masih banyak lagi.

Ketika sedang dalam ujud larva (ulat) kupr-kupu nyaris tidak mempunyai arti apa-apa, sedangkan ngengat sangat banyak baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Yang menguntungkan larva ngengat akan menghasilkan sutra, yang tidak menguntungkan larva ngengat cenderung sebagai perusak atau hama, dari hama tanaman sampai baju yang sudah jadi sekalipun bisa menjadi sasaran larva dari ngengat ini. Tetapi ngengat (dalam bentuk larva) mempunyai musuh alami (predator) antara lain, laba-laba, kumbang tanah dan kumbang buas. Ganbar di bawah ini adalah ngengat terbesar yang pernah ditemukan, bentangan sayapnya mencapai 30cm. 




Saya memuat dan menelusuri binatang ini, juga karena tingkah binatang ini yang sempat mengganggu (mengusik) jam istirahat malam saya tanggal 12 Maret 2013 yang lalu. (Hari libur Nyepi, Selasa Kliwon). Kurang lebih setelah isya' terdengar kepakan sayap dari arah pintu depan yang tertutup, dan makhluk itu telah masuk melalui lobang ventilasi di atas pintu. Saya segera mencari tahu, ternyata seekor kupu-kupu yang cukup besar (nggilani). Karena demikian besarnya kupu-kupu itu, tetapi saya tetap menjaga untuk tidak panik, dengan itu kemudian aku mematikan lampu (refleks, karena aku tidak tahu makhluk itu menyukai cahaya apa tidak) hasilnya cukup menenangkan, karena tidak terdengar lagi suara kepakan sayap yang menandakan sedang terbang. Istirahat bisa aku teruskan dengan tetap waspada dan hanya tidur di kursi saja. Tak enak juga, akhirnya aku mencari-cari keberadaan makhluk itu berada, ternyata ia hinggap dengan nyaman di daun pintu kamar depan yang terbuka. Aku segera menggambil camera untuk mengabadikannya, dan jadilah gambar yang pertama di atas. 

Kurang lebih tengah malam, terdengar lagi kepakan sayap itu dan aku tetap waspada. Saya tidak ingin mengusir makhluk itu, tetapi apabila berkenan saya persilakan keluar lewat pintu belakang yang langsung ke kebon. Tetapi tidak dilakukannya, padahal saya sudah mengarahkan dengan membuka pintu dan menyalakan lampu yang ada diluar. Tetapi malahan hinggap di daun pintu depan yang tertutup. Karena merasa nyaman disana ya saya biarkan. 

Menjelang subuh terdengar lagi kepakan sayapnya yang memang lebar itu, akhir dari kepakan sayap itu memilih untuk hinggap di lampion yang tergantung di kusen pintu kamar belakang. Lampion itu aku beli ketika libur akhir tahun dan sedang menjelajahi Glodok bersama temanku, artinya lampion itu adalah lampion yang biasanya digunakan oleh umat beragama Budha atau Kong Hu Chu dalam perayaan Imlek. Setelah kurang lebih sepuluh menit disana, maka sebelum terdengan adzan subuh akhirnya makhluk itu mau keluar lewat pintu belakang, dan segera saya tutup.     

Saya tidak bisa segera menjelaskan apa arti peristiwa ini, tetapi memang banyak hal yang sedang terjadi dan sedang berproses dalam kehidupan saya. Sekian uneg-uneg dari saya dansemoga dapat menghibur sebagai bacaan segar.

3.2.13

Sangkobak


(Isotoma longiflora (L.)Presl )



Kurang lebih dua tahun yang lalu (2010/2011) di bawah pohon jeruk yang kurang lebih setahun aku tanam tumbuh rerumputan yang aku tidak tahu namanya. Dan memang aku sebenarnya tidak banyak mengenal nama-nama rerumputan baik yang berguna maupun tidak. Tetapi aku melihat cara tumbuhnya, dan mengapa tumbuh tiba-tiba aku menjadi tergelitik untuk mengetahui lebih jauh tentang rumput-rumputan. Aku mulai menelusuri web-web dan situs-situs di internet, dan pusing juga malah dibuatnya. Pernah kucoba pula untuk mendata semua jenis tanaman obat, itu juga tidak berhasil. Sebenarnya aku sudah putus asa, bodo amat cuma rumput itu.  

Baru beberapa bulan yang lalu aku mencoba lagi, ya karena rumput itu tumbuh lagi, dan ketika kucoba untuk membiakkan bersama tanaman strawberry yang kuperoleh ketika berkunjung ke Ciwidey malah keduanya mati alias tidak mau tumbuh. Aku mencoba mencari dengan cara yang berbeda. Biasanya kalau aku googling  selalu mencari situs ternama, wikipedia, minimal blogspot (blogspot adalah milik google sehingga semua yang ada disana akan dengan mudah diketahui). Maka usaha kali ini saya mencoba dengan pencarian gambar, ternyata hasilnya memuaskan, terbukti dengan mudah aku mendapatkannya.

Rumput itu bernama Sangkobak atau Ki Tolod. Di luar negri rumput itu terkenal dengan Five Star, karena bunganya berwarna putih dan mahkotanya 5 helai. Keterangan selanjutnya di bawah ini saya dapatkan dari: http://beningdarulhuda.blogspot.com/. Ternyata tumbuhan ini mempunyai banyak khasiat terutama dalam dunia farmasi (obat-obatan) meskipun secara sepintas tanaman ini dianggap beracun karena kandungan zat-zat kimia esensialnya sangat tinggi. Antara lain lobelin, lobelamin, isotomin, saponin, flavonoid dan poliferol. Mempunyai efek farmakologi: anti radang, anti inflamasi, anti neoplastik, analgesik dan hemostatik. Bila anda ingin mengkonsumsi tumbuhan ini konsultasi dulu dengan ahli herbal.

Gambar yang ada dibawah ini adalah yang saya dapatkan dari penelusuran dengan google.








Catatan: Tumbuhan ini juga mempunyai 3 nama ilmiah yang lain
             - Hippobroma longiflora
                 - Laurentia longiflora
                 - Lobelia longiflora



15.1.13

Januari

Hujan Sehari-hari














Bolehlah kiranya sesekali saya bercerita tentang masa kecil. Tentu saja sebuah kehidupan di desa yang sementara orang menganggap hidup di desa itu nyaman, tentram dan menyenangkan. Meskipun tidaklah selalu demikian, tetapi yang akan saya ceritakan ini adalah hal demikian itu, gambaran seorang anak yang hanya selalu senang yang tidak pernah berfikir bagaimana nanti menjalani hidup kelak yang penuh dengan liku-liku.

Musim penghujan seperti sekarang ini, dulu ketika saya masih kecil adalah hal yang biasa. Artinya tidak pernah menjadikan beban bagi saya sebagai seorang anak. Misalnya, kalau pagi-pagi menjelang berangkat sekolah sudah hujan, ya tidak apa-apa dan tetap saja pergi ke sekolah, entah itu hujan deras dari semalam suntuk ataupun hanya hujan gerimis ringan. Dan jika seharian tanpa ada sinar matahari yang terlihat itu juga biasa, namanya musim hujan. Dan juga jika kemudian banjir (banyak air menggenang yang tidak segera surut) itu juga biasa. Kondisi apapun selalu senang, tentu saja sambil bermain dengan kondisi yang ada apapun adanya.

Sebuah permainan imajinasi anak-anak ketika musim hujan datang, adalah ketika melihat air mengalir pada parit-parit kecil. Bukanlah sebuah selokan, tetapi hanya cekungan yang memang sengaja dibuat untuk mengalirkan air apabila musim hujan sehingga air tidak menggenang dimana-mana. Ini adalah strategi agar tanaman-tanaman yang ada di pekarangan rumah bisa tumbuh dengan baik. Tanpa tergenang air walau musim hujan. Ketika hujan sudah reda maka parit-parit itu masih mengalirkan air. Dengan mencoba untuk membendung aliran itu, dan kemudian dengan sebatang tangkai daun pepaya yang dalamnya bolong, maka air yang mulai menggenang itu akan mengalir melalui lobang pada tangkai daun pepaya tadi, layaknya sebuah pancuran-pancuran dari bambu yang ada di daerah pegunungan. Meskipun kemudian diomeli karena dianggap akan menghambat aliran air.

Di sebuah sungai kecil yang airnya keruh berlumpur tentunya, maka di musim penghujan dapat bermain dengan memancing (memperangkap) kepiting. Kepiting-kepiting ini tidaklah terlalu besar sehingga masih aman untuk anak-anak. Memancing kepiting adalah hal yang mudah, karena tidak ada teknik yang rumit, misalnya seperti memancing ikan. Yang diperlukan hanya perangkap, dan kadang-kadang tanpa perangkappun bisa didapat. Perangkap yang dipakai bisa alat apa saja, yang penting ketika diangkat air tidak ikut terbawa. Maka kalau kebetulan alat yang didapat bekas timba, harus benar-benar timba itu mempunyai lobang yang cukup banyak sehingga air tidak ikut terbawa. Umpan yang dipakai bisa keong ataupun bekicot. Umpan diikat didalam perangkap, dan perangkap itu sudah dilengkapi dengan tali yang cukup kuat, kemudian di masukkan ke dalam air sungai yang mengalir itu. Limabelas menit diangkat, biasanya minimal dua ekor kepiting ada di sana.  

Masih banyak permainan yang biasa saya lakukan ketika musim hujan, tetapi adalah satu hal yang sangat tidak dapat dilupakan seumur hidup ketika sekolah tempat saya belajar roboh di saat jam belajar. Entah apa yang terjadi dengan hari itu, ketika saya yang masih kelas IV SD mendapati ruang belajarnya dudah rata dengan tanah. 

Saat itu memang sedang musim hujan, dan berarti air akan menggenang dimana-mana termasuk di sekitar sekolah. Maklum sekolah kampung maka guru hanya satu untuk mengajarkan seluruh mata pelajaran dan sekaligus sebagai wali kelas. Entah apa yang tersirat dengan guru kami itu, sehingga kelas IV diistirahatkan lebih awal dari biasanya, meskipun sebenarnya jam masuk maupun jam istirahat tidak pernah dimengerti oleh siswa karena semua tergantung guru, kapan potongan besi rel kereta itu akan dipukul.        

Karena musim hujan dan banyak air menggenang, kami murid kelas IV yang diistirahatkan lebih awal main jauh sekali, dan jauh dari sekolah. Tentu saja kami asyik dengan mainan kami sendiri. Air! Dan ketika seseorang meneriaki kami katanya sekolah kami roboh, kami tidak percaya, tak urung juga kami kembali ke sekolah, ternyata benar adanya.

Banyak orang berteriak-teriak, banyak orang menjerit-jerit, banyak orang menangis, banyak juga orang melakukan evakuasi. Tidak seluruh bangunan roboh, hanya sebagian kelas IV dan kelas V. Kelas V adalah yang banyak menjadi korban karena memang sedang ada kegiatan belajar dan tidak sedang istirahat seperti kami. Memang tidak ada korban meninggal, tetapi bisa saya bayangkan seandainya ketika bangunan itu roboh kami sedang belajar apa jadinya. Tepat di atas bangku saya ada kayu tulangan yang melintang. Saya juga mendapati alat tulis saya pecah sehari kemudian di tempat evakuasi. 

Setelah kejadian, seluruh ruangan tertutup untuk belajar. Kegiatan belajar mengajar dipindahkan ke rumah-rumah penduduk. Dua tahun kemudian sekolah itu baru selesai diperbaiki, jadi saya langsung menempati ruangan kelas VI.   

6.1.13

Stasiun Kereta Api

Kutoarjo

















Tidak dapat diingat dengan pasti kapan saya mulai mengenal kereta api atau sepur, tetapi yang jelas saya masih kecil sekali dan belum sekolah. Di stasiun Kutoarjo itu saya pertama kali melihat yang namanya kereta api, tetapi peristiwa apakah itu saya kurang jelas. Kemudian dengan jelas dan pasti tahun 1970, saya kembali berada di stasiun itu karena diajak bapak saya untuk mengantarkan kakak tertua dengan membawa bekal cukup banyak untuk menempuh kehidupan baru di Jakarta. Satu tahun kemudian saya benar-benar naik kereta api menuju Jakarta untuk pertama kali melihat Ibukota Negara Republik Indonesia, DKI Jakarta.

Waktu itu kereta yang digunakan/dinaiki adalah kereta yang berasal dari stasiun Solo Balapan, dan belum diberi embel-embel ekonomi. Jadi kereta itu terkenal dengan nama Snailtrain Solo Balapan, karena selalu dibalap oleh kereta-kereta mahal yang lain. Kereta itu dulu berjalan siang hari, tetapi sekarang berubah nama menjadi Kereta Api Ekonomi Bengawan Solo yang berangkat dari stasiun Solo Jebres, dan hanya berjalan malam hari.

Entah kapan (karena saya benar-benar tidak dapat mengingat) semenjak dari peristiwa itu, maka dari radio diumumkan bahwa akan ada kereta api yang berangkat dari stasiun Kutoarjo menuju Jakarta dengan nama Sawunggalih. Tidak bisa juga saya selusuri asal kata itu, tetapi di kota kecil itu memang ada beberapa tempat yang menggunakan nama hampir sama, misalnya Semawung. Tetapi ada juga sebuah sekolah swasta yang persis menggunakan kata itu, SMEA (SMK) Sawunggalih. 

Asal kata Sawunggalih sendiri dari sawo dan galih, yaitu buah sawo dan inti pokok batang pohon sawo. Jadi secara keseluruhan bisa berarti inti batang pokok pohon sawo yang berwarna kehitaman dan sangat keras. Konon itu adalah legenda setempat yang menyebutkan perkelahian yang diwakilkan seekor ayam jantan (jago). Ayam jago itu penjelmaan dari inti pokok batang sawo itu sehingga sangat susah dikalahkan dengan ayam-ayam lain.

Kereta Sawunggalih itu berangkat dari Kutoarjo malam hari, sampi di Jakarta pagi hari dan langsung balik lagi ke Kutoarjo. Dulu di gerbong kereta itu tertulis PWT singkatan dari kata Purwokerto, yang artinya kereta api itu mempunyai Dipo induk di Purwokerto. Memang stasiun Kutoarjo adalah merupakan Daerah Operasi V yang berpusat di Purwokerto. Sebelah Timur Kutoarjo, stasiun Jenar sudah merupakan Daerah Operasi VI Yogyakarta.     

Semenjak satahun yang lalu, tulisan di gerbong itu berubah menjadi KTA (seperti dalam gambar), yang merupakan singkatan dari Kutoarjo. Itu adalah bagian dari pengakuan PT. KAI bahwa stasiun Kutoarjo merupakan Stasiun Besar, yang disejajarkan dengan stasiun Pasar Senen (PSE), Gambir, Jatinegara (JNG), Cirebon (CN), Yogyakarta (YK), Solo Balapan (SLO), Semarang Tawang (SMT), Surabaya dan Purwokerto sendiri. Sedangkan stasiun Jakarta Kota (JAKK) adalah stasiun Pusat.

Kini stasiun Kutoarjo benar-benar merupakan stasiun besar. Dari stasiun ini sekarang diberangkatkan 5 kereta api. Kereta Api yang dulu bernama Sawunggalih sekarang berubah nama menjadi Kutojaya Utara (ekonomi), dengan keberangkatan tetap malam hari. Kereta Api Kutojaya Selatan (ekonomi) diberangkatkan pagi hari menuju kota Bandung hanya sampai stasiun Kiara Condong. Kemudian ada Sawunggalih Pagi (bisnis) dan Sawunggalih Malam (bisnis). Satu lagi Bogowonto, yang merupakan Kereta Api Ekonomi AC pertama kali. Pada hari-hari di sekitar lebaran ada tambahan ekstra lebaran yang menyesuaikan dengan kondisi lapangan tentunya.