Lemah Kuning! Nama ini sengaja aku pilih, karena ini akan mengingatkan pada suatu masalah tersendiri, yang menjadi harus dicampakkan, dan dijauhkan dari kebenaran. Dan mungkin kebenaran itu hanya menjadi suatu impian belaka. Namun demikian marilah kita bermimpi, banyak orang mengatakan dengin bermimpi suatu saat akan menjadi kenyataan. Jauh sebelum saya menggunakan kata ini untuk memberi judul blog, hanya satu masalah yang muncul ketika dilakukan pencarian menggunakan google.

3.2.10

Emping & Melinjo

Melinjo Tidak Menyebabkan Asam Urat

(dari Wikipedia)

Gambar Purine :
                    
Gambar Resveratrol :



Gnetum gnemon is a species of Gnetum native to southeast Asia and the western Pacific Ocean islands, from Assam south and east through Indonesia and Malaysia to the Philippines and Fiji. Common names include melinjo or belinjo (Indonesian language), bago (Malay language, Tagalog language), peesae (Thai language), dae (Kwara'ae language) and bét, rau bép, rau danh or gắm (Vietnamese language). They are sometimes called padi oats or paddy oats.
Melinjo merupakan jenis Gnetum asli Asia Tenggara dan pulau-pulau di Samudera Pasifik bagian barat, dari Assam (India) selatan dan timur melintasi Indonesia dan Malaysia menuju ke Filipina dan erakhir di Fiji. Nama-nama yang umum digunakan melinjo atau belinjo (Indonesia), bago (Melayu dan Tagalog), peesae (Thailand), dae (Kwara'ae) dan bet, rau bet, rau danh, gam (Vietnam). Kadang-kadang juga disebut pedi oat.


It is a small to medium-size tree (unlike most other Gnetum species, which are lianas), growing to 15-20 m tall. The leaves are evergreen, opposite, 8-20 cm long and 3-10 cm broad, entire, emerging bronze-coloured, maturing glossy dark green. The fruit-like strobilus consist of little but skin and a large nut-like seed 2-4 cm long inside.
Pohonnya berukuran kecil sampai dengan sedang (tidak seperti kebanyakan spesies gnetum lainnya, tetapi lurus keatas), dengan ketinggian 15-20 meter. Daunnya berwarna hijau cemara seluruhnya, berpasangan, dengan panjang 8-20 cm dan lebar 3-10 cm, yang sudah tua berwarna hijau tua dan mengilap. Buahnya seperti strobilus terdiri dari sebagian kecil kulit dan bagian besarnya biji dengan panjang 2 sampai 4 cm.

Fleshy strobili weigh about 5.5 g, the seed alone 3.8 g. Strobili mature mainly from June to September in NE Philippines. The red strobili are eaten by birds, mammals and reptiles.
Beratnya termasuk kulit sekitar 5,5 gram, sedangkan bijinya sendiri hanya 3,8 gram. Di Filipina buah ini akan matang terutama dari bulan Juni hingga September. Bijinya yang berwarna merah ini akan dimakan oleh burung, mamalia maupun reptil.

Kegunaan

It is widely used in Indonesian cuisine. The seeds are used for sayur asem (sour vegetables soup) and also, grind into flour and deep-fried as crackers (emping, a type of krupuk). The crackers have a slightly bitter taste and are frequently served as a snack or accompaniment to Indonesian dishes. The leaves are also commonly used for vegetables dishes in Indonesia.
Melinjo secara luas digunakan dalam masakan-masakan di Indonesia. Bijinya digunakan untuk sayur asem dan juga digiling (digepeng) menjadi pipih dan digoreng sebagai kerupuk (emping). Kerupuk ini memiliki rasa getir dan sering disajikan sebagai camilan atau pendamping masakan-masakan Indonesia. Daunnya juga sering digunakan untuk sayuran.

Recently, Japanese scientists found that Gnetum gnemon is not the cause of gout disease (uric acid disease).[1]
Melinjo is native to Indonesia and very popular in this country. Lately, it is found that melinjo strobili are rich in polyphenol component which is called resveratrol. The resveratrol substances that found in melinjo is identified as dimer form and was published in XXIII International Conference on Polyphenols, Canada, in 2006.

Melinjo resveratrol, having antibacterial and antioxidative activity,[2] exhibit good effects as food preservative, off flavour inhibitor and taste enhancer.[3] They become of importance in food industries which do not use any synthetic chemicals in their processes.

At the present, Melinjo Extract is produced and supervised under cooperation between Indonesian Agricultural Association (NOFA (id:KTNA) ; Ikamaja's Mother Organization) and JASMELINDO (Japanese Non-Profit Organization), to protect certain profit for Indonesian farmers.

Baru-baru ini, para ilmuwan Jepang menemukan bahwa melinjo bukanlah penyebab penyakit gout (penyakit asam urat). Melinjo adalah tanaman asli Indonesia dan sangat populer di negara ini. Akhir-akhir ini, ditemukan bahwa strobili melinjo kaya akan komponen polifenol yang disebut resveratrol. Zat resveratrol yang ditemukan didalam melinjo diidentifikasi sebagai dimer dan telah diumumkan pada Konverensi Internasional Polyfenol ke XXIII di Kanada pada tahun 2006.

Resveratol pada melinjo memiliki sifat sebagai antibakteri dan antioksidan, menunjukkan efek yang baik sebagai pengawet makanan, penghambat rasa mati dan penambah cita rasa. Melinjo perlu diperhitungkan dalam industri makanan yang tidak menggunakan bahan kimia sintetis didalam prosesnya.
Saat ini, ekstrak melinjo sudah diproduksi yang diawasi di bawah kerjasama antara Asosiasi Pertanian Indonesia (NOFA = KTNA; induk organisasi Ikamaja ) dan JASMELINDO (organisasi Non-Profit Jepang), untuk melindungi petani-petani Indonesia.

Referensi :
[1] Mori, M., et al.. (2008). Relationship between Lifestyle-related Diseases with The Intake of Indonesian Traditional Fruit Melinjo Rich in Phytoestrogens. Niigata, Japan. The 4th International Niigata Symposium on Diet and Health Integrative Function of Diet in Anti-aging and Cancer Prevention.

[2] Hisada, H., et al.. (2005). Antibacterial and Antioxidative Constituents of Melinjo Seeds and Their Application to Foods. Japan. Science Links Japan.

[3] Santoso, M., et al..(2008). Inhibition of Fish Lipid Oxidation by the Extract of Indonesia Edible Plant Seed `Melinjo`. Kyoto, Japan. Japanese Society for Food Science and Technology.

Sumber lain :
Kato, E., Tokunaga, Y., Sakan, F. (2009). Stilbenoids Isolated from the Seeds of Melinjo (Gnetum gnemon L.) and Their Biological Activity. Japan. J. Agric Food Chem, 57 (6), 2544-2549.

Tidak ada komentar: