Lemah Kuning! Nama ini sengaja aku pilih, karena ini akan mengingatkan pada suatu masalah tersendiri, yang menjadi harus dicampakkan, dan dijauhkan dari kebenaran. Dan mungkin kebenaran itu hanya menjadi suatu impian belaka. Namun demikian marilah kita bermimpi, banyak orang mengatakan dengin bermimpi suatu saat akan menjadi kenyataan. Jauh sebelum saya menggunakan kata ini untuk memberi judul blog, hanya satu masalah yang muncul ketika dilakukan pencarian menggunakan google.

11.7.12

Mempelajari

Naluri Binatang



















Sudah sejak lama saya menginginkan untuk memposting tentang ini, namun baru kesampaian sekarang ini, tak apalah! Seperti gambar di atas, tentu saja binatang yang aku maksud adalah kucing.

Saya mulai cerita ini ketika kucing itu datang pertama-kali ke rumahku adalah sekitar setahun yang lalu. Banyak memang kucing yang datang pergi ke rumahku tetapi tidak mempunyai kebiasaan/kelakuan seperti kucing tersebut. Pada awal kedatangan kucing tersebut sangat liar, karena sama sekali tidak berkomunikasi dengan saya. Dia datang untuk menempati dan langsung tidur (kapanpun dia datang) di suatu tempat yang sulit dijangkau. Kadang-kadang malam hari tetapi juga tidak jarang siang hari. Saya memang tidak mengusir kucing itu dan membiarkan kucing itu untuk menempati tempat yang dia pilih sendiri.

Setelah agak lama dia tinggal dan keluar masuk ke tempat itu (kurang lebih seminggu), dia memberanikan diri untuk mendekatiku (tanpa bersuara) terutama ketika saya sedang makan, saya tahu dia sedang mengharapkan sisa makanan dariku yang biasanya tulang ikan atau ayam, dan juga daging. Kalau memang ada sisa makanan dari ketiga jenis itu saya memang suka memberikannya dengan menaruh di suatu tempat yang agak jauh, dan saya tidak mencoba untuk memberikan nasi yang dicampurkan atau yang lainnya, biarkan tetap sebagai fitrahnya bahwa kucing adalah pemakan daging karena mempunyai gigi taring yang cukup untuk itu.

Beberapa kali aku memberikan sisa makanan membuat kucing itu agak jinak kepada saya, mulailah mengeluarkan suara ketika saya sedang makan. Dan memang kadang-kadang saya makan tanpa menggunakan ketiga jenis makanan di atas (daging, ikan atau ayam), jadi tidak ada sisa makanan yang bisa saya berikan kepadanya. Namanya kucing ya tidak bisa menuntut apa-apa.

Suatu ketika setelah kucing itu benar-benar mulai akrab dengan saya, karena saya mulai mengajak bercanda dengan menyentuh beberapa bagian tubuhnya, maka suaranya makin mulai nyata meskipun kadang-kadang menunjukkan kemarahannya. Cuma yang saya heran kalau dia marah tidak menggunakan cakarnya untuk menyerang tetapi menggunkan mulutnya dengan keinginan untuk menggigit. Ketika itu pula (melalui mimpi) aku diberi petunjuk bahwa binatang itu hanya kucing tetangga yang sedang main.

Keakraban dengan binatang itu makin bertambah ketika dia tidak lagi menempati tempatnya semula untuk istirahat atau tidur. Dia lebih suka untuk tidur dekat saya, ataupun kalau saya mengusirnya ia hanya cukup untuk tidur dekat kaki saya. Dan menjadi lebih sering untuk selalu tidur disana. Bahkan ketika dia merasa cukup kenyang, karena kadang-kadang saya memang menjaga agar ketika makan menggunkan lauk seperti ketiga jenis di atas tadi dengan maksud gar ada sisa makanan yang bisa saya berikan. Saya juga berpikir, saya manusia bisa makan apa saja, tetapi kucing hanya akan makan daging, ikan atau ayam, jadi lebih baik saya makan yang lainnya, sedangkan daging, ikan atau ayam saya berikan untuk kucing itu.

Karena saya sendirian, jadi lebih sering saya tidak membawa makanan ke rumah, artinya kucing itupun lebih sering untuk tidak makan alias kelaparan. Meskipun ketika benar-benar dia merasa kenyang dengan tanda dia tidak menghabiskan makanan yang aku berikan, maka saya melihatnya bahwa dia benar-benar merasa nyaman dan aman. Tanda itu juga terlihat ketika sedang tidur, bila kucing itu kenyang dan merasa aman maka tidurnya akan miring dan menjulurkan ke-empat kakinya, sedangkan kalau dia tidak kenyang atau tidak merasa aman maka akan tidur dengan bertumpu pada ke-empat kakinya (nderum).

Sebelumnya saya tidak mengetahui jenis kelamin dari kucing itu, karena tubuhnya yang tetap kecil, tidak besar dan gemuk seperti pada umumnya kucing-kucing liar yang ada di jalanan. Sampai pada suatu waktu aku dikejutkan dengan kehadiran anak-anak kucing kecil yang ada di kebun belakang rumahku. Hamilpun aku tidak tahu, kok tiba-tiba mempunyai anak. Yang menjadi sangat heran dimanakah kucing itu beranak? Karena anak kucing yang baru dilahirkan belum bisa mengeong apalagi berjalan, sedangkan anak-anak kucing itu (hanya sepasang) sudah pandai berlompat-lompatan. Memang pada waktu itu aku sempat merasakan kok kucing itu jarang kelihatan, bukan berarti tidak kelihatan sama-sekali. Apakah karena aku menjadi jarang untuk pulang dengan membawa nasi bungkus yang ada lauknya ikan?

Saya memang cukup senang dengan kehadiran anak-anak kucing itu, tetapi lama-lama menjadi cukup terganggu dengan kehadiran anak-anak kucing itu, pasalnya anak-anak kucing itu tidak sekedar bermain-main lompat-lompatan di lantai. Tetapi sampai menyusup-nyusup ke peralatan elektronika saya yang memang semuanya dalam kondisi terbuka dan banyak ruangan-ruangan menyempil yang bisa dimasuki anak kucing. Kalau terjadi sesuatu sehingga short itu akan sangat merugikan saya. Sehingga sayapun mulai mengusir apabila anak-anak kucing itu merambah samapai ke tempat itu, tetapi dasar anak kucing, sedangkan yang anak manusiapun belum tentu bisa dengan pelarangan yang seperti itu.

Memang benar ketika induknya datang dia tidak akan main-main ke tempat itu. Pada suatu waktu ketika induknya sedang pergi, dan saya sudah kehabisan akal untuk menghalau anak kucing itu, maka saya upayakan agar kucing itu tetap berada di kebun dan tidak masuk ke dalam rumah (malam hari). Tetapi ternyata saya menjadi tidak betah karena suasana menjadi panas. (Sehari-hari saya selalu membuka pintu belakang, dan hanya menutupnya sedikit ketika tidur, jadi tetap ada aliran udara dari luar.) Hal inipun aku tetap mengakali dengan membuat penghalang agar anak kucing itu tudak bisa masuk, tetapi aliran udara tetap ada. Artinya anak kucing itu tetap melihat bahwa pintu masih terbuka dan ingin berusaha masuk, dengan mengeong dan melompat-lompat ke arah penghalang itu. Selamat sampai pagi.

Tragedi itu terjadi ketika pagi hari menjelang siang (kurang lebih jam 5:30). Induk kucing datang, dan induk kucing itu tahu kalau anak-anaknya telah membuat masalah, maka dia harus memindahkan anak-anaknya ke tempat lain. Kucing akan memindahkan anak-anaknya secara paksa dengan menggendong (menggigit bagian tengkuk anak kucing), tetapi jalan satu-satunya harus melompat tembok setinggi 2 meter. Dalam kondisi sendirian tanpa menggendong anaknya kucing itu telah terbiasa, tetapi ketika harus menggendong anaknya yang sudah besar (lihat gambar di atas), maka selalu gagal. Hal itupun sudah dicoba berulang-kali. Akhirnya aku memberikan jalan dengan cara membukakan pintu depan rumah. (Hari masih gelap jadi, saya belum membuka pintu maupun jendela, dan sayapun harus pergi kerja sehingga jendela tidak saya buka.) Akhirnya kucing itu dengan anak-anaknya pergi melenggang melewati pintu depan rumah.

Hari-hari berikutnya kucing dewasa tetap datang untuk minta makan (kalau ada) dan tanpa membawa anak-anaknya. Dan kucing dewasa itupun tetap dengan kebiasaan ketika belum mempunyai anak. Yang saya hampir tidak percaya adalah ketika melihat bahwa kucing itu menangkap tikus yang cukup besar (segede anaknya) di depan mata saya, karena saya selama ini beranggapan bahwa kucing di Jakarta ini tidak akan pernah menangkap tikus. Untuk apa susah-susah menangkap tikus, makanan melimpah dimana-mana.

Malam hari kemarin (sekitar pukul 0:00 WIB), kucing itu kembali datang dengan membawa anak-anaknya tetap melalui tembok belakang, dengan meninggalkan anak kucing itu di atas tembok dan diharuskan melompat turun sendiri. Akhirnya mereka semua masuk ke dalam rumah. Dalam 24 jam terakhir ini banyak terjadi perubahan-perubahan. Ternyata anak-anak kucing itu tidak seliar ketika pertama kali berkunjung ke rumah waktu itu. Dan ternyata kadang-kadang induk kucing itu juga marah terhadap anak-anaknya apabila anak-anaknya melakukan kesalahan, dan induk kucing itu juga marah ketika anaknya aku ganggu di depannya.

Sekarang ini, ketika aku sedang menuliskan cerita ini, kucing dan anak-anaknya itu telah pergi tanpa aku ketahui (mungkin aku ketiduran). Tetapi terlebih dahulu anak kucing itu (bukan kucing dewasa) telah meninggalkan kotorannya diatas tempat dimana biasanya aku tidur. Mungkin kucing itu tahu, kalau mereka tidak segera pergi maka anak kucing itu akan aku rebus.