Lemah Kuning! Nama ini sengaja aku pilih, karena ini akan mengingatkan pada suatu masalah tersendiri, yang menjadi harus dicampakkan, dan dijauhkan dari kebenaran. Dan mungkin kebenaran itu hanya menjadi suatu impian belaka. Namun demikian marilah kita bermimpi, banyak orang mengatakan dengin bermimpi suatu saat akan menjadi kenyataan. Jauh sebelum saya menggunakan kata ini untuk memberi judul blog, hanya satu masalah yang muncul ketika dilakukan pencarian menggunakan google.

6.1.13

Stasiun Kereta Api

Kutoarjo

















Tidak dapat diingat dengan pasti kapan saya mulai mengenal kereta api atau sepur, tetapi yang jelas saya masih kecil sekali dan belum sekolah. Di stasiun Kutoarjo itu saya pertama kali melihat yang namanya kereta api, tetapi peristiwa apakah itu saya kurang jelas. Kemudian dengan jelas dan pasti tahun 1970, saya kembali berada di stasiun itu karena diajak bapak saya untuk mengantarkan kakak tertua dengan membawa bekal cukup banyak untuk menempuh kehidupan baru di Jakarta. Satu tahun kemudian saya benar-benar naik kereta api menuju Jakarta untuk pertama kali melihat Ibukota Negara Republik Indonesia, DKI Jakarta.

Waktu itu kereta yang digunakan/dinaiki adalah kereta yang berasal dari stasiun Solo Balapan, dan belum diberi embel-embel ekonomi. Jadi kereta itu terkenal dengan nama Snailtrain Solo Balapan, karena selalu dibalap oleh kereta-kereta mahal yang lain. Kereta itu dulu berjalan siang hari, tetapi sekarang berubah nama menjadi Kereta Api Ekonomi Bengawan Solo yang berangkat dari stasiun Solo Jebres, dan hanya berjalan malam hari.

Entah kapan (karena saya benar-benar tidak dapat mengingat) semenjak dari peristiwa itu, maka dari radio diumumkan bahwa akan ada kereta api yang berangkat dari stasiun Kutoarjo menuju Jakarta dengan nama Sawunggalih. Tidak bisa juga saya selusuri asal kata itu, tetapi di kota kecil itu memang ada beberapa tempat yang menggunakan nama hampir sama, misalnya Semawung. Tetapi ada juga sebuah sekolah swasta yang persis menggunakan kata itu, SMEA (SMK) Sawunggalih. 

Asal kata Sawunggalih sendiri dari sawo dan galih, yaitu buah sawo dan inti pokok batang pohon sawo. Jadi secara keseluruhan bisa berarti inti batang pokok pohon sawo yang berwarna kehitaman dan sangat keras. Konon itu adalah legenda setempat yang menyebutkan perkelahian yang diwakilkan seekor ayam jantan (jago). Ayam jago itu penjelmaan dari inti pokok batang sawo itu sehingga sangat susah dikalahkan dengan ayam-ayam lain.

Kereta Sawunggalih itu berangkat dari Kutoarjo malam hari, sampi di Jakarta pagi hari dan langsung balik lagi ke Kutoarjo. Dulu di gerbong kereta itu tertulis PWT singkatan dari kata Purwokerto, yang artinya kereta api itu mempunyai Dipo induk di Purwokerto. Memang stasiun Kutoarjo adalah merupakan Daerah Operasi V yang berpusat di Purwokerto. Sebelah Timur Kutoarjo, stasiun Jenar sudah merupakan Daerah Operasi VI Yogyakarta.     

Semenjak satahun yang lalu, tulisan di gerbong itu berubah menjadi KTA (seperti dalam gambar), yang merupakan singkatan dari Kutoarjo. Itu adalah bagian dari pengakuan PT. KAI bahwa stasiun Kutoarjo merupakan Stasiun Besar, yang disejajarkan dengan stasiun Pasar Senen (PSE), Gambir, Jatinegara (JNG), Cirebon (CN), Yogyakarta (YK), Solo Balapan (SLO), Semarang Tawang (SMT), Surabaya dan Purwokerto sendiri. Sedangkan stasiun Jakarta Kota (JAKK) adalah stasiun Pusat.

Kini stasiun Kutoarjo benar-benar merupakan stasiun besar. Dari stasiun ini sekarang diberangkatkan 5 kereta api. Kereta Api yang dulu bernama Sawunggalih sekarang berubah nama menjadi Kutojaya Utara (ekonomi), dengan keberangkatan tetap malam hari. Kereta Api Kutojaya Selatan (ekonomi) diberangkatkan pagi hari menuju kota Bandung hanya sampai stasiun Kiara Condong. Kemudian ada Sawunggalih Pagi (bisnis) dan Sawunggalih Malam (bisnis). Satu lagi Bogowonto, yang merupakan Kereta Api Ekonomi AC pertama kali. Pada hari-hari di sekitar lebaran ada tambahan ekstra lebaran yang menyesuaikan dengan kondisi lapangan tentunya.